Struktur Narasi dan Plot dalam Teknik Penulisan Naskah
Pendahuluan
Dalam dunia penulisan
naskah, struktur narasi dan plot memainkan peran yang sangat penting. Kedua
elemen ini adalah fondasi yang menopang keseluruhan cerita, membentuk kerangka
yang memungkinkan penulis untuk menyampaikan ide dan emosi dengan cara yang menarik
dan bermakna. Pemahaman yang mendalam tentang struktur narasi dan plot tidak
hanya membantu penulis dalam menciptakan cerita yang koheren dan memikat,
tetapi juga memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi berbagai teknik
storytelling yang inovatif.
Struktur narasi merujuk
pada cara sebuah cerita disusun dan disajikan kepada audiens. Ini mencakup
urutan peristiwa, sudut pandang yang digunakan, serta cara informasi
diungkapkan atau disembunyikan dari pembaca atau penonton. Di sisi lain, plot
adalah rangkaian peristiwa yang membentuk tulang punggung cerita, menghubungkan
berbagai elemen narasi menjadi satu kesatuan yang utuh dan bermakna.
Dalam esai ini, kita akan
menyelami kompleksitas struktur narasi dan plot, mengeksplorasi berbagai teori
dan pendekatan yang telah dikembangkan oleh para ahli di bidang ini. Kita akan
membahas komponen-komponen kunci dari struktur narasi, berbagai jenis plot yang
umum digunakan dalam penulisan naskah, serta teknik-teknik yang dapat digunakan
untuk memanipulasi struktur dan plot guna menciptakan efek dramatis yang kuat.
Selain itu, kita juga
akan menganalisis bagaimana struktur narasi dan plot berinteraksi dengan
elemen-elemen lain dalam cerita, seperti karakter, tema, dan setting. Pemahaman
tentang interaksi ini sangat penting bagi penulis naskah untuk menciptakan cerita
yang tidak hanya menarik secara struktural, tetapi juga kaya akan makna dan
resonansi emosional.
Melalui pembahasan ini,
diharapkan para penulis naskah dan penggemar storytelling dapat memperoleh
wawasan yang lebih dalam tentang seni dan ilmu di balik struktur narasi dan
plot. Dengan pemahaman ini, mereka dapat mengasah keterampilan mereka dalam menciptakan
cerita yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mampu menggerakkan hati dan
pikiran audiens mereka.
Struktur Narasi: Fondasi
Cerita
Definisi dan Fungsi
Struktur Narasi
Struktur narasi adalah
kerangka yang menopang keseluruhan cerita, menentukan bagaimana informasi dan
peristiwa disajikan kepada audiens. Menurut Bal (2017), struktur narasi bukan
hanya tentang urutan peristiwa, tetapi juga mencakup cara penyampaian, sudut
pandang, dan manipulasi waktu dalam cerita. Fungsi utama struktur narasi adalah
untuk memberikan koherensi dan makna pada serangkaian peristiwa, membantu
audiens memahami dan terlibat dengan cerita.
Herman et al. (2010)
menekankan bahwa struktur narasi memiliki peran krusial dalam membentuk
pengalaman pembaca atau penonton. Mereka menyatakan:
"Narrative structure
is not merely a technical aspect of storytelling, but a fundamental way in
which human beings organize and make sense of experience" (p. 23).
Pernyataan ini menegaskan
bahwa struktur narasi bukan hanya alat teknis dalam bercerita, tetapi juga
mencerminkan cara manusia memahami dan memaknai pengalaman mereka.
Komponen-komponen
Struktur Narasi
- Urutan Peristiwa
Urutan peristiwa dalam narasi dapat disusun secara kronologis atau
non-kronologis. Genette (1980) memperkenalkan konsep "order"
dalam naratologi, yang merujuk pada hubungan antara urutan peristiwa dalam
cerita (story) dan urutan penyajiannya dalam narasi (discourse). Penulis
dapat menggunakan teknik seperti flashback atau flash-forward untuk
memanipulasi urutan ini, menciptakan ketegangan atau memberikan konteks
yang diperlukan.
- Sudut Pandang
Sudut pandang menentukan dari perspektif siapa cerita disampaikan. Booth
(1983) membedakan antara narasi orang pertama, orang kedua, dan orang
ketiga, masing-masing dengan implikasi yang berbeda terhadap pengalaman
pembaca. Misalnya, narasi orang pertama dapat menciptakan kedekatan dan
intimasi dengan karakter utama, sementara narasi orang ketiga omniscient
memberikan pandangan yang lebih luas tentang dunia cerita.
- Fokalisasi
Konsep fokalisasi, yang diperkenalkan oleh Genette (1980) dan dikembangkan
lebih lanjut oleh Bal (2017), merujuk pada perspektif dari mana cerita
dilihat. Ini bisa bersifat internal (melalui mata karakter tertentu) atau
eksternal (dari sudut pandang narator yang berada di luar cerita).
Fokalisasi mempengaruhi informasi apa yang tersedia bagi pembaca dan
bagaimana informasi tersebut dipersepsikan.
- Tingkat Naratif
Rimmon-Kenan (2002) membahas tentang tingkat naratif, yang mengacu pada
hubungan hierarkis antara berbagai bagian cerita. Ini mencakup cerita
dalam cerita, atau narasi bingkai, di mana satu narasi membingkai atau
memuat narasi lainnya. Teknik ini dapat digunakan untuk menciptakan
kompleksitas dan kedalaman dalam struktur narasi.
- Manipulasi Waktu
Selain urutan peristiwa, penulis juga dapat memanipulasi durasi dan
frekuensi peristiwa dalam narasi. Genette (1980) mengidentifikasi beberapa
teknik temporal seperti:
- Scene: waktu cerita dan waktu narasi
kurang lebih sama
- Summary: waktu narasi lebih pendek
dari waktu cerita
- Pause: waktu cerita berhenti
sementara narasi berlanjut (misalnya dalam deskripsi)
- Ellipsis: bagian dari waktu cerita
dilewati dalam narasi
- Kausalitas dan Kontingensi
Struktur narasi juga ditentukan oleh hubungan sebab-akibat antara
peristiwa. Seperti yang diungkapkan oleh Ricoeur (1984):
"A story is made out
of events to the extent that plot makes events into a story" (p. 167).
Kausalitas memberikan
koherensi pada cerita, sementara kontingensi (peristiwa yang tidak terduga atau
kebetulan) dapat digunakan untuk menciptakan kejutan atau perubahan arah dalam
narasi.
Teori-teori Struktur
Narasi
Beberapa teori penting
tentang struktur narasi yang telah mempengaruhi pemahaman kita tentang
storytelling meliputi:
- Morfologi Dongeng oleh Vladimir Propp
Propp (1968) menganalisis dongeng Rusia dan mengidentifikasi 31 fungsi
narasi yang muncul secara konsisten. Meskipun awalnya diterapkan pada
dongeng, teori Propp telah mempengaruhi pemahaman kita tentang struktur
narasi dalam berbagai genre.
- Aktansial Model oleh A.J. Greimas
Greimas (1966) mengembangkan model yang mengidentifikasi enam peran atau
"actants" dalam narasi: subjek, objek, pengirim, penerima,
pembantu, dan penentang. Model ini menekankan hubungan dan interaksi
antara berbagai elemen dalam cerita.
- Strukturalisme Naratif oleh Tzvetan
Todorov Todorov (1969) mengusulkan bahwa
semua cerita memiliki struktur dasar yang terdiri dari:
- Equilibrium awal
- Gangguan terhadap equilibrium
- Pengakuan bahwa gangguan telah
terjadi
- Upaya untuk memperbaiki gangguan
- Pemulihan equilibrium
- Teori Narasi oleh Seymour Chatman
Chatman (1978) membedakan antara "story" (apa yang diceritakan)
dan "discourse" (bagaimana cerita itu diceritakan). Ia
menekankan pentingnya kedua aspek ini dalam memahami struktur narasi
secara komprehensif.
Penerapan Struktur Narasi
dalam Penulisan Naskah
Dalam konteks penulisan
naskah, pemahaman tentang struktur narasi memungkinkan penulis untuk:
- Merancang Alur Informasi:
Penulis dapat memutuskan kapan dan bagaimana mengungkapkan informasi
penting kepada audiens, menciptakan ketegangan atau kejutan.
- Membangun Keterlibatan Emosional:
Melalui manipulasi sudut pandang dan fokalisasi, penulis dapat membuat
audiens merasa lebih terhubung dengan karakter tertentu.
- Menciptakan Kompleksitas:
Penggunaan teknik seperti narasi bingkai atau pergeseran sudut pandang
dapat menambah kedalaman dan kompleksitas pada cerita.
- Mengontrol Ritme:
Manipulasi waktu narasi memungkinkan penulis untuk mengontrol ritme
cerita, mempercepat atau memperlambat narasi sesuai kebutuhan.
- Memperkuat Tema:
Struktur narasi dapat digunakan untuk memperkuat tema cerita, misalnya
melalui pengulangan motif atau pola tertentu.
Struktur narasi adalah
alat yang kuat dalam tangan penulis naskah yang terampil. Pemahaman yang
mendalam tentang berbagai komponen dan teori struktur narasi memungkinkan
penulis untuk menciptakan cerita yang tidak hanya menarik secara struktural,
tetapi juga kaya akan makna dan resonansi emosional.
Plot: Tulang Punggung
Cerita
Definisi dan Fungsi Plot
Plot adalah rangkaian
peristiwa dalam sebuah cerita yang disusun dengan hubungan sebab-akibat. E.M.
Forster (1927) dalam bukunya "Aspects of the Novel" memberikan
definisi klasik tentang plot:
"The king died and
then the queen died" is a story. "The king died, and then the queen
died of grief" is a plot. (p. 86)
Definisi ini menekankan
pentingnya kausalitas dalam plot. Plot bukan hanya urutan peristiwa, tetapi
juga hubungan logis antara peristiwa-peristiwa tersebut.
Fungsi utama plot adalah
untuk memberikan struktur dan makna pada cerita. Menurut Brooks (1984):
"Plot is the
principal ordering force of those meanings that we try to wrest from human
temporality" (p. 11).
Dengan kata lain, plot
membantu kita memahami dan memaknai pengalaman manusia yang kompleks dan
temporal.
Elemen-elemen Plot
- Eksposisi
Eksposisi adalah bagian awal cerita yang memperkenalkan karakter, setting,
dan situasi awal. Chatman (1978) menyebut ini sebagai "stasis"
atau keadaan equilibrium awal yang kemudian akan terganggu oleh
peristiwa-peristiwa berikutnya.
- Konflik
Konflik adalah elemen sentral dalam plot. Egri (1960) menyatakan:
"Without conflict,
there is no drama" (p. 131).
Konflik bisa bersifat
eksternal (antara karakter dengan karakter lain atau lingkungan) atau internal
(konflik dalam diri karakter).
- Rising Action
Ini adalah serangkaian peristiwa yang membangun ketegangan dan
kompleksitas cerita. Freytag (1900) menggambarkan ini sebagai bagian dari
"piramid dramatik" yang ia kembangkan.
- Klimaks
Klimaks adalah titik balik utama dalam cerita, saat ketegangan mencapai
puncaknya. McKee (1997) menyebutnya sebagai "crisis" dan
menjelaskan bahwa ini adalah momen ketika protagonis menghadapi pilihan
tersulit dan paling berisiko.
- Falling Action
Setelah klimaks, cerita mulai bergerak menuju resolusi. Freytag (1900)
menyebut fase ini sebagai "die Umkehr" atau pembalikan.
- Resolusi
Resolusi adalah bagian akhir cerita di mana konflik terselesaikan dan
equilibrium baru tercapai. Aristoteles dalam "Poetics"
menyebutnya sebagai "dénouement".
Jenis-jenis Plot
- Plot Linear
Plot linear mengikuti urutan kronologis dari awal hingga akhir. Bordwell
dan Thompson (2008) menyebut ini sebagai "classical narrative"
yang sering digunakan dalam film-film Hollywood.
- Plot Non-linear
Plot non-linear menyajikan peristiwa tidak dalam urutan kronologis.
Chatman (1978) membahas bagaimana plot non-linear dapat digunakan untuk
menciptakan efek naratif yang kuat, seperti membangun ketegangan atau
mengungkapkan informasi secara bertahap.
- Plot Episodik
Plot episodik terdiri dari serangkaian peristiwa yang tidak selalu
terhubung secara kausal. Menurut Aarseth (1997), plot episodik sering
ditemukan dalam game dan narasi interaktif.
- Plot Sirkular
Plot sirkular adalah plot di mana akhir cerita kembali ke titik awal. Frye
(1957) menghubungkan plot sirkular dengan mitos dan narasi arketip.
- Plot Terbuka dan Tertutup
Lodge (1992) membedakan antara plot tertutup (di mana semua persoalan
terselesaikan di akhir) dan plot terbuka (yang meninggalkan beberapa
pertanyaan tidak terjawab).
Teori-teori Plot
- Aristotelian Plot Structure
Aristoteles dalam "Poetics" mengusulkan struktur plot yang
terdiri dari awal, tengah, dan akhir, dengan penekanan pada kesatuan aksi
- Hero's Journey oleh Joseph Campbell
Campbell (1949) dalam bukunya "The Hero with a Thousand Faces"
mengusulkan struktur monomyth atau perjalanan pahlawan yang terdiri dari
tiga tahap utama: keberangkatan, inisiasi, dan kembali. Teori ini telah
mempengaruhi banyak penulis dan pembuat film, termasuk George Lucas dalam
menciptakan "Star Wars".
- Dramatic Structure oleh Gustav
Freytag Freytag (1900) mengembangkan model
"Freytag's Pyramid" yang membagi plot menjadi lima bagian:
eksposisi, rising action, klimaks, falling action, dan dénouement.
Meskipun awalnya dikembangkan untuk drama, model ini sering diaplikasikan
dalam berbagai bentuk narasi.
- Teori Aktansial oleh A.J. Greimas
Greimas (1966) mengembangkan model aktansial yang melihat plot sebagai
serangkaian fungsi dan relasi antara berbagai "actants" atau
peran dalam cerita. Model ini menekankan struktur dalam dari narasi,
terlepas dari variasi permukaan dalam cerita yang berbeda.
- Narrative Arc oleh Robert McKee
McKee (1997) dalam bukunya "Story" menjelaskan konsep
"narrative arc" yang terdiri dari beat, scene, sequence, act,
dan story. Ia menekankan pentingnya "inciting incident" yang
memulai perjalanan protagonis dan "progressive complications"
yang membangun ketegangan menuju klimaks.
Teknik
Manipulasi Plot
- In Medias Res
Teknik ini memulai cerita di tengah-tengah aksi. Horace dalam "Ars
Poetica" menyebut teknik ini sebagai cara untuk segera menarik
perhatian audiens. Genette (1980) membahas bagaimana teknik ini
menciptakan ketegangan naratif dengan menunda eksposisi.
- Flashback dan Flash-forward
Teknik-teknik ini memungkinkan penulis untuk memanipulasi urutan temporal
cerita. Bordwell (1985) membahas bagaimana flashback dan flash-forward
dapat digunakan untuk mengungkapkan informasi penting atau menciptakan
dramatic irony.
- Plot Twist
Plot twist adalah perubahan tak terduga dalam arah cerita. Chatman (1978)
mendiskusikan bagaimana plot twist dapat mengubah pemahaman audiens
tentang cerita dan menciptakan efek kejutan yang kuat.
- Subplot
Subplot adalah alur cerita sekunder yang berjalan paralel dengan plot
utama. McKee (1997) menekankan bahwa subplot yang efektif harus
berinteraksi dengan dan memperkuat plot utama.
- MacGuffin
Istilah ini dipopulerkan oleh Alfred Hitchcock untuk menggambarkan elemen
plot yang memotivasi karakter tetapi mungkin tidak penting bagi audiens.
Bordwell dan Thompson (2008) membahas bagaimana MacGuffin dapat digunakan
untuk menggerakkan plot tanpa harus menjadi fokus utama cerita.
Hubungan
antara Struktur Narasi dan Plot
Struktur
narasi dan plot, meskipun sering dibahas secara terpisah, sebenarnya sangat
terkait erat dalam praktik penulisan naskah. Bal (2017) menegaskan bahwa
struktur narasi adalah cara plot disajikan kepada audiens. Dengan kata lain,
jika plot adalah "apa" yang diceritakan, maka struktur narasi adalah
"bagaimana" cerita itu disampaikan.
Interaksi
antara struktur narasi dan plot dapat menciptakan berbagai efek naratif yang
kuat:
- Ketegangan Dramatis
Manipulasi struktur narasi, seperti penggunaan sudut pandang terbatas atau
fokalisasi internal, dapat meningkatkan ketegangan dalam plot. Misalnya,
dengan membatasi informasi yang tersedia bagi audiens, penulis dapat
menciptakan suspense atau misteri.
- Resonansi Tematik
Struktur narasi dapat digunakan untuk memperkuat tema yang dieksplorasi
dalam plot. Rimmon-Kenan (2002) membahas bagaimana pengulangan motif atau
pola tertentu dalam struktur narasi dapat memperkuat tema cerita.
- Kompleksitas Karakter
Penggunaan teknik naratif seperti aliran kesadaran atau narasi multi-fokal
dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang karakter, memperkaya
plot dengan dimensi psikologis yang kompleks.
- Manipulasi Waktu
Struktur narasi yang memanipulasi waktu (seperti penggunaan flashback atau
ellipsis) dapat mempengaruhi bagaimana plot dirasakan oleh audiens.
Genette (1980) membahas bagaimana manipulasi waktu dapat mengubah fokus
dan interpretasi audiens terhadap peristiwa dalam plot.
- Ironi Dramatis
Struktur narasi dapat menciptakan ironi dramatis dengan memberikan audiens
informasi yang tidak diketahui oleh karakter. Booth (1983) membahas
bagaimana ini dapat meningkatkan ketegangan dan keterlibatan emosional
audiens dengan plot.
Pendekatan
Kontemporer terhadap Struktur Narasi dan Plot
Dalam
era digital dan transmedia storytelling, konsep tradisional tentang struktur
narasi dan plot terus berkembang:
- Narasi Non-linear dan Interaktif
Ryan (2015) membahas bagaimana media digital memungkinkan struktur narasi
yang lebih kompleks dan interaktif, di mana audiens dapat mempengaruhi
perkembangan plot.
- Transmedia Storytelling
Jenkins (2006) menjelaskan bagaimana cerita dapat dikembangkan melalui
berbagai platform media, masing-masing memberikan kontribusi unik terhadap
pengembangan plot dan struktur narasi secara keseluruhan.
- Narasi Database
Manovich (2001) mengusulkan konsep "database narrative" di mana
plot tidak lagi linear tetapi dapat diakses dan dieksplorasi melalui
berbagai jalur.
- Struktur Fraktal
Deleuze dan Guattari (1987) memperkenalkan konsep "rhizome" yang
telah diaplikasikan dalam narasi postmodern, menciptakan struktur plot
yang non-hierarkis dan multi-entry.
Implikasi
untuk Penulisan Naskah
Pemahaman
yang mendalam tentang struktur narasi dan plot memiliki implikasi penting bagi
penulis naskah:
- Fleksibilitas Kreatif
Pengetahuan tentang berbagai pendekatan terhadap struktur narasi dan plot
memungkinkan penulis untuk bereksperimen dengan bentuk-bentuk storytelling
yang inovatif.
- Kontrol Naratif
Penulis dapat dengan lebih efektif mengendalikan pengalaman audiens,
mengatur ritme, ketegangan, dan resonansi emosional cerita.
- Keseimbangan antara Konvensi dan
Inovasi Penulis dapat membuat keputusan yang
informasional tentang kapan harus mengikuti konvensi naratif dan kapan
harus menyimpang dari mereka untuk efek tertentu.
- Adaptabilitas Lintas Media
Pemahaman tentang berbagai pendekatan struktur narasi dan plot
memungkinkan penulis untuk mengadaptasi cerita mereka ke berbagai format
media dengan lebih efektif.
- Pengembangan Tema
Struktur narasi dan plot yang dipikirkan dengan baik dapat memperkuat dan
memperdalam tema cerita, menciptakan karya yang lebih koheren dan
bermakna.
Kesimpulan
Struktur
narasi dan plot adalah elemen fundamental dalam seni storytelling dan penulisan
naskah. Keduanya berfungsi sebagai kerangka yang memungkinkan penulis untuk
menyusun dan menyampaikan cerita mereka dengan cara yang menarik, bermakna, dan
efektif. Melalui manipulasi struktur narasi dan plot, penulis dapat menciptakan
berbagai efek dramatis, mengeksplorasi tema-tema kompleks, dan menghadirkan
karakter dan dunia yang kaya dan mendalam.
Perkembangan
teori naratologi dan praktik penulisan kreatif telah memperluas pemahaman kita
tentang potensi struktur narasi dan plot. Dari pendekatan klasik Aristotelian
hingga eksperimen postmodern dan narasi digital, penulis memiliki beragam alat
dan teknik yang dapat mereka gunakan untuk menciptakan cerita yang unik dan
memikat.
Namun,
penting untuk diingat bahwa struktur narasi dan plot bukanlah formula kaku yang
harus diikuti secara membabi buta. Sebaliknya, mereka adalah alat yang
fleksibel yang dapat diadaptasi dan dimanipulasi sesuai dengan kebutuhan
spesifik setiap cerita. Penulis yang sukses adalah mereka yang memahami
prinsip-prinsip dasar struktur narasi dan plot, tetapi juga berani
bereksperimen dan mendorong batas-batas konvensi ketika diperlukan.
Dalam
era digital dan transmedia, pemahaman tentang struktur narasi dan plot menjadi
semakin penting. Penulis naskah ditantang untuk menciptakan cerita yang tidak
hanya menarik dalam satu medium, tetapi juga dapat beradaptasi dan berkembang
di berbagai platform. Ini membutuhkan pemahaman yang lebih dalam tentang
bagaimana struktur narasi dan plot dapat dimanipulasi untuk menciptakan
pengalaman yang koheren dan menarik di berbagai format.
Akhirnya,
meskipun teknik dan teori adalah penting, esensi dari storytelling yang efektif
tetap sama: kemampuan untuk menghubungkan dengan audiens pada tingkat emosional
dan intelektual. Struktur narasi dan plot yang dipikirkan dengan baik berfungsi
untuk mendukung tujuan ini, memungkinkan penulis untuk menciptakan cerita yang
tidak hanya menghibur, tetapi juga menggerakkan, menginspirasi, dan mungkin
bahkan mengubah perspektif audiens mereka.
Dalam
menghadapi masa depan penulisan naskah, penulis yang memahami dan menguasai
kompleksitas struktur narasi dan plot akan berada dalam posisi yang baik untuk
menciptakan karya yang tidak hanya relevan dan menarik, tetapi juga mampu
bertahan dalam lanskap media yang terus berubah. Dengan fondasi yang kuat dalam
prinsip-prinsip ini, penulis dapat terus mendorong batas-batas storytelling,
menciptakan narasi yang inovatif, mendalam, dan memiliki dampak yang langgeng.
Daftar
Pustaka
Aarseth,
E. J. (1997). Cybertext: Perspectives on ergodic literature. Johns
Hopkins University Press.
Aristotle.
(1987). Poetics (R. Janko, Trans.). Hackett Publishing. (Original work
published ca. 335 BCE)
Bal,
M. (2017). Narratology: Introduction to the theory of narrative (4th
ed.). University of Toronto Press.
Booth,
W. C. (1983). The rhetoric of fiction (2nd ed.). University of Chicago
Press.
Bordwell,
D. (1985). Narration in the fiction film. University of Wisconsin Press.
Bordwell,
D., & Thompson, K. (2008). Film art: An introduction (8th ed.).
McGraw-Hill.
Brooks,
P. (1984). Reading for the plot: Design and intention in narrative.
Harvard University Press.
Campbell,
J. (1949). The hero with a thousand faces. Pantheon Books.
Chatman,
S. (1978). Story and discourse: Narrative structure in fiction and film.
Cornell University Press.
Deleuze,
G., & Guattari, F. (1987). A thousand plateaus: Capitalism and
schizophrenia (B. Massumi, Trans.). University of Minnesota Press.
Egri,
L. (1960). The art of dramatic writing: Its basis in the creative
interpretation of human motives. Simon & Schuster.
Forster,
E. M. (1927). Aspects of the novel. Edward Arnold.
Freytag,
G. (1900). Technique of the drama: An exposition of dramatic composition and
art (E. J. MacEwan, Trans.). Scott, Foresman and Company.
Frye,
N. (1957). Anatomy of criticism: Four essays. Princeton University
Press.
Genette,
G. (1980). Narrative discourse: An essay in method (J. E. Lewin,
Trans.). Cornell University Press.
Greimas,
A. J. (1966). Sémantique structurale: Recherche de méthode. Larousse.
Herman,
D., Jahn, M., & Ryan, M. L. (Eds.). (2010). Routledge encyclopedia of
narrative theory. Routledge.
Horace.
(1978). Satires. Epistles. The art of poetry (H. R. Fairclough, Trans.).
Harvard University Press. (Original work published ca. 19 BCE)
Jenkins,
H. (2006). Convergence culture: Where old and new media collide. New
York University Press.
Lodge,
D. (1992). The art of fiction: Illustrated from classic and modern texts.
Penguin Books.
Manovich,
L. (2001). The language of new media. MIT Press.
McKee,
R. (1997). Story: Substance, structure, style, and the principles of
screenwriting. ReganBooks.
Propp,
V. (1968). Morphology of the folktale (2nd ed.) (L. Scott, Trans.).
University of Texas Press.
Ricoeur,
P. (1984). Time and narrative, volume 1 (K. McLaughlin & D.
Pellauer, Trans.). University of Chicago Press.
Rimmon-Kenan,
S. (2002). Narrative fiction: Contemporary poetics (2nd ed.). Routledge.
Ryan,
M. L. (2015). Narrative as virtual reality 2: Revisiting immersion and
interactivity in literature and electronic media. Johns Hopkins University
Press.
Todorov,
T. (1969). Grammaire du Décaméron. Mouton.
Post a Comment