Morfologi
Definisi Morfologi
Morfologi, secara
etimologis berasal dari bahasa Yunani "morphe" yang berarti
"bentuk" dan "logos" yang berarti "ilmu", adalah
cabang linguistik yang mempelajari struktur internal kata dan proses
pembentukannya. Menurut Haspelmath dan Sims (2010), morfologi dapat
didefinisikan sebagai "studi sistematis tentang struktur internal
kata-kata" (p. 1). Definisi ini menekankan pada aspek sistematis dari
analisis morfologis, menunjukkan bahwa morfologi bukan sekadar deskripsi acak
tentang kata-kata, melainkan sebuah pendekatan terstruktur untuk memahami
komponen-komponen kata dan hubungan di antara mereka.
Booij (2012) memperluas
definisi ini dengan menyatakan bahwa morfologi adalah "studi tentang
korelasi sistematis antara bentuk dan makna kata-kata" (p. 3). Definisi
ini menambahkan dimensi semantik ke dalam studi morfologi, menegaskan bahwa morfologi
tidak hanya berkaitan dengan struktur kata, tetapi juga dengan bagaimana
struktur tersebut berkontribusi pada makna kata.
Aronoff dan Fudeman
(2011) memberikan perspektif yang lebih luas dengan mendefinisikan morfologi
sebagai "cabang linguistik yang berkaitan dengan kata-kata, struktur
internalnya, dan bagaimana mereka dibentuk" (p. 2). Definisi ini mencakup
tidak hanya struktur statis kata-kata, tetapi juga proses dinamis pembentukan
kata.
Bauer (2003) menekankan
aspek produktif dari morfologi dengan mendefinisikannya sebagai "studi
tentang bagaimana kata-kata dibentuk dan bagaimana bentuk-bentuk kata
bervariasi tergantung pada bagaimana mereka digunakan dalam kalimat" (p.
1). Definisi ini memperkenalkan ide bahwa morfologi tidak hanya berkaitan
dengan kata-kata yang ada, tetapi juga dengan potensi pembentukan kata-kata
baru.
Lieber (2009) menambahkan
dimensi kognitif ke dalam definisi morfologi dengan menyatakan bahwa morfologi
adalah "studi tentang pengetahuan mental kita tentang bentuk kata"
(p. 2). Definisi ini menekankan aspek psikologis dari morfologi, mengingatkan
kita bahwa morfologi tidak hanya tentang kata-kata di atas kertas, tetapi juga
tentang bagaimana otak kita memproses dan menyimpan informasi tentang struktur
kata.
Dari berbagai definisi di
atas, kita dapat menyimpulkan bahwa morfologi adalah:
- Studi sistematis tentang struktur
internal kata-kata
- Analisis korelasi antara bentuk dan
makna kata
- Eksplorasi proses pembentukan kata
- Investigasi variasi bentuk kata dalam
konteks yang berbeda
- Pemahaman tentang representasi mental
struktur kata
Morfologi, dengan
demikian, memainkan peran sentral dalam linguistik dengan menjembatani gap
antara fonetik/fonologi (studi tentang suara bahasa) dan sintaksis (studi
tentang struktur kalimat). Ia memberikan wawasan tentang bagaimana unit-unit
terkecil bahasa yang bermakna (morfem) dikombinasikan untuk membentuk
kata-kata, dan bagaimana kata-kata ini kemudian dapat dimodifikasi untuk
mengekspresikan berbagai nuansa makna.
Dalam konteks yang lebih
luas, pemahaman tentang morfologi sangat penting untuk berbagai aspek studi
bahasa dan aplikasinya. Misalnya, dalam pengajaran bahasa kedua, pengetahuan
tentang morfologi dapat membantu pembelajar memahami pola-pola pembentukan kata,
memfasilitasi akuisisi kosakata baru. Dalam komputasi linguistik,
prinsip-prinsip morfologi digunakan untuk mengembangkan algoritma untuk
pemrosesan bahasa alami, seperti lemmatisasi dan stemming. Dalam studi evolusi
bahasa, analisis morfologis dapat memberikan wawasan tentang bagaimana struktur
kata berubah seiring waktu.
Dengan demikian,
morfologi bukan hanya studi akademis yang abstrak, tetapi merupakan komponen
vital dari pemahaman kita tentang bahasa sebagai sistem komunikasi yang
kompleks dan dinamis. Dalam bagian-bagian selanjutnya, kita akan menggali lebih
dalam ke dalam aspek-aspek spesifik dari morfologi, dimulai dengan perbedaan
antara morf, morfem, dan kata.
3. Perbedaan Morf,
Morfem, dan Kata
Dalam morfologi, terdapat
tiga konsep dasar yang sering kali membingungkan bagi pemula: morf, morfem, dan
kata. Meskipun ketiganya saling terkait, mereka memiliki perbedaan yang
signifikan. Mari kita bahas satu per satu.
3.1 Morf
Morf adalah realisasi
fonetis atau grafis konkret dari sebuah morfem. Dengan kata lain, morf adalah
bentuk fisik atau nyata yang mewakili sebuah unit makna dalam bahasa. Menurut
Booij (2012), "Morf adalah segmen fonologis yang merupakan eksponensial
dari morfem" (p. 13).
Contoh:
- Dalam kata "cats",
"-s" adalah morf yang merepresentasikan morfem jamak.
- Dalam kata "walked",
"-ed" adalah morf yang merepresentasikan morfem past tense.
Penting untuk dicatat
bahwa sebuah morfem dapat memiliki beberapa morf yang berbeda, tergantung pada
konteks fonologis atau morfologis. Fenomena ini dikenal sebagai alomorfi.
3.2 Morfem
Morfem adalah unit
terkecil yang memiliki makna dalam sebuah bahasa. Ini adalah konsep abstrak
yang mewakili hubungan antara bentuk dan makna. Haspelmath dan Sims (2010)
mendefinisikan morfem sebagai "tanda linguistik minimal, yaitu, sebuah
unit bentuk dan makna yang tidak dapat dipisahkan lagi menjadi tanda-tanda yang
lebih kecil" (p. 14).
Morfem dapat dibagi
menjadi dua jenis utama:
- Morfem Bebas: Dapat berdiri sendiri
sebagai kata. Contoh: "cat", "walk",
"happy".
- Morfem Terikat: Tidak dapat berdiri
sendiri dan harus melekat pada morfem lain. Contoh: "-s"
(penanda jamak), "un-" (penanda negasi), "-ly"
(penanda adverbia).
Bauer (2003) menekankan
bahwa "morfem adalah unit abstrak, bukan unit konkret seperti morf"
(p. 14). Ini berarti bahwa morfem adalah konsep teoritis yang kita gunakan
untuk menganalisis struktur kata, sementara morf adalah manifestasi nyata dari
konsep tersebut.
3.3 Kata
Kata adalah unit
linguistik yang lebih besar dari morfem dan merupakan elemen dasar dalam
sintaksis. Mendefinisikan "kata" secara tepat sebenarnya cukup
kompleks dan telah menjadi subjek perdebatan di kalangan linguis. Namun, secara
umum, kata dapat dipahami sebagai unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan
memiliki makna leksikal atau gramatikal.
Lieber (2009) menjelaskan
bahwa "kata dapat terdiri dari satu morfem (kata monomorfemik) atau
beberapa morfem (kata polimorfemik)" (p. 32).
Contoh:
- Kata monomorfemik: "cat",
"dog", "run"
- Kata polimorfemik: "cats"
(cat + -s), "running" (run + -ing), "unhappy" (un- +
happy)
3.4 Perbedaan dan
Hubungan antara Morf, Morfem, dan Kata
Untuk memahami perbedaan
dan hubungan antara ketiga konsep ini, mari kita lihat contoh berikut:
Kata:
"unfriendliness"
Morfem:
- "un-" (morfem terikat,
prefiks negasi)
- "friend" (morfem bebas,
akar kata)
- "-ly" (morfem terikat,
sufiks pembentuk adjektiva)
- "-ness" (morfem terikat,
sufiks pembentuk nomina abstrak)
Morf:
- /ʌn/ untuk morfem "un-"
- /frend/ untuk morfem
"friend"
- /li/ untuk morfem "-ly"
- /nəs/ untuk morfem "-ness"
Dalam contoh ini, kita
dapat melihat bahwa:
- Kata "unfriendliness"
terdiri dari empat morfem.
- Setiap morfem direalisasikan oleh
satu morf dalam kasus ini.
- Morfem adalah unit abstrak yang
membawa makna, sementara morf adalah realisasi konkret dari morfem
tersebut.
- Kata adalah unit yang lebih besar
yang terbentuk dari kombinasi morfem-morfem ini.
Aronoff dan Fudeman
(2011) menekankan bahwa "hubungan antara morf dan morfem adalah seperti
hubungan antara fon dan fonem dalam fonologi" (p. 2). Ini berarti bahwa
morf adalah realisasi konkret dari morfem, sama seperti fon adalah realisasi
konkret dari fonem.
Pemahaman tentang
perbedaan dan hubungan antara morf, morfem, dan kata sangat penting dalam
analisis morfologis. Ini memungkinkan kita untuk:
- Mengidentifikasi unit-unit makna
terkecil dalam kata (morfem).
- Menganalisis bagaimana unit-unit ini
direalisasikan secara fonetis atau grafis (morf).
- Memahami bagaimana unit-unit ini
dikombinasikan untuk membentuk kata-kata.
- Mengeksplorasi proses-proses
morfologis yang terjadi dalam pembentukan kata.
Dengan pemahaman ini,
kita dapat lebih baik dalam menganalisis struktur kata dalam berbagai bahasa,
mengidentifikasi pola-pola pembentukan kata, dan bahkan memprediksi
bentuk-bentuk kata baru yang mungkin muncul dalam bahasa.
Dalam bagian selanjutnya,
kita akan membahas tentang kelas kata, yang merupakan kategori-kategori yang
digunakan untuk mengelompokkan kata-kata berdasarkan peran gramatikal dan
semantiknya dalam bahasa.
4. Kelas Kata
Kelas kata, juga dikenal
sebagai kategori leksikal atau parts of speech, adalah klasifikasi kata-kata
berdasarkan peran gramatikal dan semantiknya dalam bahasa. Pemahaman tentang
kelas kata sangat penting dalam morfologi karena proses-proses morfologis sering
kali terkait erat dengan kelas kata tertentu. Selain itu, banyak afiks yang
hanya dapat ditambahkan ke kelas kata tertentu atau mengubah kelas kata ketika
ditambahkan.
4.1 Kelas Kata Utama
Menurut Aarts (2011),
"Kelas kata utama adalah kategori yang memiliki anggota dalam jumlah besar
dan dapat menerima anggota baru" (p. 37). Berikut adalah kelas kata utama
yang umumnya diakui dalam bahasa Inggris dan banyak bahasa lainnya:
- Nomina (Kata Benda) Nomina adalah
kata-kata yang merujuk pada orang, tempat, benda, atau konsep. Morfologis,
nomina dalam bahasa Inggris dapat mengalami infleksi untuk jumlah
(tunggal/jamak) dan kepemilikan. Contoh: book, teacher, happiness,
information
- Verba (Kata Kerja) Verba adalah
kata-kata yang menunjukkan tindakan, keadaan, atau proses. Verba dapat
mengalami infleksi untuk waktu, aspek, modus, dan kesesuaian subjek.
Contoh: run, think, become, exist
- Adjektiva (Kata Sifat) Adjektiva
adalah kata-kata yang memodifikasi nomina, memberikan informasi tentang
kualitas, keadaan, atau karakteristik. Contoh: happy, big, interesting,
red
- Adverbia (Kata Keterangan) Adverbia
memodifikasi verba, adjektiva, atau adverbia lain, memberikan informasi
tentang cara, waktu, tempat, atau tingkat. Contoh: quickly, very, often,
well
4.2 Kelas Kata Tertutup
Selain kelas kata
utama, ada juga kelas kata tertutup, yang memiliki anggota dalam jumlah
terbatas dan jarang menerima anggota baru. Lieber (2009) menjelaskan bahwa
"kelas kata tertutup umumnya memiliki fungsi gramatikal daripada
leksikal" (p. 45). Berikut adalah beberapa kelas kata tertutup yang umum:
5.
Preposisi Preposisi menunjukkan
hubungan antara elemen-elemen dalam kalimat, terutama hubungan spasial atau
temporal. Contoh: in, on, at, by, with
6.
Konjungsi Konjungsi menghubungkan
kata, frasa, atau klausa dalam kalimat. Contoh: and, but, or, because, although
7.
Determinan Determinan muncul sebelum
nomina untuk menentukan referensi atau kuantitasnya. Contoh: the, a, this,
that, some, many
8.
Pronomina Pronomina menggantikan
nomina atau frasa nomina. Contoh: I, you, he, she, it, they, who, which
9.
Interjeksi Interjeksi adalah kata-kata
yang mengekspresikan emosi atau reaksi spontan. Contoh: oh, wow, ouch, hey
4.3 Kelas Kata dalam
Perspektif Lintas Bahasa
Penting untuk
dicatat bahwa klasifikasi kelas kata dapat bervariasi antara bahasa. Schachter
dan Shopen (2007) menegaskan bahwa "tidak semua bahasa memiliki semua
kelas kata yang ada dalam bahasa Inggris, dan beberapa bahasa mungkin memiliki
kelas kata yang tidak ada dalam bahasa Inggris" (p. 3).
Misalnya:
- Bahasa Jepang memiliki kelas kata
yang disebut "keishikimeishi" (形式名詞), yang berfungsi sebagai nomina formal dan tidak memiliki padanan
langsung dalam bahasa Inggris.
- Bahasa Tagalog memiliki sistem
kelas kata yang berbeda, di mana perbedaan antara nomina dan verba tidak
sejelas dalam bahasa Indo-Eropa.
Daftar Pustaka
Aarts, B. (2011). Oxford
modern English grammar. Oxford University Press.
Aronoff, M., &
Fudeman, K. (2011). What is morphology? (2nd ed.). Wiley-Blackwell.
Bauer, L. (2003). Introducing
linguistic morphology (2nd ed.). Edinburgh University Press.
Booij, G. (2012). The
grammar of words: An introduction to linguistic morphology (3rd ed.).
Oxford University Press.
Comrie, B. (1989). Language
universals and linguistic typology: Syntax and morphology (2nd ed.).
University of Chicago Press.
Haspelmath, M., &
Sims, A. D. (2010). Understanding morphology (2nd ed.). Hodder
Education.
Lieber, R. (2009). Introducing
morphology. Cambridge University Press.
Sapir, E. (1921). Language:
An introduction to the study of speech. Harcourt, Brace and Company.
Schachter, P., &
Shopen, T. (2007). Parts-of-speech systems. In T. Shopen (Ed.), Language
typology and syntactic description (2nd ed., Vol. 1, pp. 1-60). Cambridge
University Press.
Post a Comment