Morfologi
A. Pengertian Morfologi
Morfologi didefinisikan sebagai
cabang ilmu bahasa yang mengkaji struktur internal kata, proses pembentukannya,
serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap golongan dan arti
kata. Istilah morfologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu gabungan kata
'morphē' yang berarti 'bentuk' dan 'logos' yang berarti 'ilmu'.
B. Objek Kajian Morfologi
Objek kajian utama
morfologi meliputi:
- Morfem dan kata
- Proses-proses morfologis
- Hasil proses morfologis
- Makna gramatikal yang timbul akibat
proses morfologis
C. Hubungan Morfologi dengan
Cabang Linguistik Lain
Morfologi memiliki kaitan
erat dengan cabang linguistik lainnya, terutama:
- Fonologi: Berkaitan dengan perubahan
bunyi akibat proses morfologis
- Sintaksis: Berkaitan dengan peran
kata dalam struktur kalimat
- Semantik: Berkaitan dengan perubahan
makna akibat proses morfologis
D. Pengertian Morfem
Morfem adalah satuan gramatikal
terkecil yang memiliki makna. Morfem merupakan konsep abstrak yang
direalisasikan dalam bentuk konkret yang disebut morf.
E. Jenis-jenis Morfem
Morfem Bebas dan Morfem Terikat
- Morfem Bebas: Morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata
(contoh: rumah, makan, tidur)
- Morfem Terikat: Morfem yang harus melekat pada bentuk lain (contoh:
ber-, -kan, -an)
Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
- Morfem Utuh: Morfem yang selalu muncul sebagai satu kesatuan utuh
(contoh: rumah, buku)
- Morfem Terbagi: Morfem yang kemunculannya dapat terpisah (contoh:
ke-an dalam 'kebesaran')
Morfem Segmental dan Morfem
Suprasegmental
- Morfem Segmental: Morfem yang dapat diidentifikasi secara linear
(contoh: ber-, -an)
- Morfem Suprasegmental: Morfem yang direalisasikan dalam bentuk
prosodi (contoh: intonasi, tekanan)
F. Alomorf
Alomorf adalah variasi bentuk dari
sebuah morfem yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan fonologis. Contoh:
- Prefiks me- memiliki alomorf: mem- (membaca), men- (menulis), meng-
(menggambar), meny- (menyapu), me- (merawat)
G. Proses Identifikasi Morfem
Proses identifikasi morfem melibatkan
beberapa langkah:
- Segmentasi kata menjadi bagian-bagian terkecil
- Identifikasi makna setiap bagian
- Pengelompokan bagian-bagian yang memiliki kemiripan bentuk dan makna
- Penentuan morfem berdasarkan kesamaan bentuk dan makna
H. Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem
Prinsip 1 : Satuan-satuan yang
mempunyai struktur fonologik dan arti leksikal atau arti gramatik yang sama
merupakan satu morfem
Prinsip 2 : Satuan-satuan yang
mempunyai struktur fonlogik yang berbeda merupakan satu morfem apabila
satuan-satuan itu mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, asal
perbedaan itu dapat dijelaskan secara fonologik.
Prinsip 3 : Satuan-satuan yang
mempunyai struktur fonologik yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat
dijelaskan secara fonologik, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila
mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, dan mempunyai distribusi
yang komplementer.
Prinsip 4 : Apabila dalam deretan
struktur, suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu
merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero.
Prinsip 5 : Satuan-satuan yang
mempunyai struktur fonologik yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin
pula merupakan morfem yang berbeda.
Prinsip 6 : Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.
Prinsip 1: Kesamaan Struktur Fonologik
dan Arti
Satuan-satuan yang mempunyai struktur
fonologik dan arti leksikal atau arti gramatik yang sama merupakan satu morfem.
Contoh:
- Morfem {ber-} dalam kata "bermain", "berlari",
"berjalan" memiliki struktur fonologik dan arti gramatik yang
sama (melakukan suatu tindakan), sehingga dianggap sebagai satu morfem.
Prinsip 2: Perbedaan Fonologik yang
Dapat Dijelaskan
Satuan-satuan yang mempunyai struktur
fonologik yang berbeda merupakan satu morfem apabila satuan-satuan itu
mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, asal perbedaan itu dapat
dijelaskan secara fonologik.
Contoh:
- Morfem {me-} dalam "membaca", "menulis",
"menggambar" memiliki struktur fonologik yang berbeda (mem-,
men-, meng-), namun perbedaan ini dapat dijelaskan secara fonologik
(asimilasi nasal) dan memiliki arti gramatik yang sama (melakukan
tindakan), sehingga dianggap sebagai satu morfem.
Prinsip 3: Distribusi Komplementer
Satuan-satuan yang mempunyai struktur
fonologik yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara
fonologik, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai arti
leksikal atau arti gramatik yang sama, dan mempunyai distribusi yang
komplementer.
Contoh:
- Morfem {-i} dan {-kan} dalam "menduduki" dan
"mendudukkan" memiliki struktur fonologik yang berbeda, namun
keduanya memiliki fungsi gramatikal yang serupa (membentuk verba
transitif) dan distribusi yang komplementer, sehingga dapat dianggap
sebagai alomorf dari morfem yang sama.
Prinsip 4: Morfem Zero
Apabila dalam deretan struktur, suatu
satuan berparalel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan
morfem, ialah yang disebut morfem zero.
Contoh:
- Dalam pasangan kata "makan" dan "makanan",
"makan" dianggap memiliki morfem zero untuk penanda nomina,
sementara "makanan" memiliki penanda nomina eksplisit {-an}.
Prinsip 5: Homonimi Morfemis
Satuan-satuan yang mempunyai struktur
fonologik yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan
morfem yang berbeda.
Contoh:
- Morfem {-nya} dalam "bukunya" (kepemilikan) dan
"indahnya" (penegas) memiliki struktur fonologik yang sama namun
merupakan morfem yang berbeda karena memiliki fungsi gramatikal yang
berbeda.
Prinsip 6: Keterpisahan Satuan
Setiap satuan yang dapat dipisahkan
merupakan morfem.
Contoh:
- Dalam kata "ketidakadilan", kita dapat memisahkan
satuan-satuan "ke-", "tidak", "adil", dan
"-an", yang masing-masing merupakan morfem tersendiri.
Penerapan Prinsip-prinsip:
- Analisis Morfologis:
- Menggunakan prinsip-prinsip ini untuk
mengidentifikasi dan mengklasifikasikan morfem dalam bahasa Indonesia.
- Contoh: Menganalisis kata "pemberdayaan"
menjadi morfem {pem-}, {ber-}, {daya}, dan {-an}.
- Pemahaman Alomorf:
- Prinsip 2 dan 3 sangat berguna dalam memahami konsep
alomorf dalam bahasa Indonesia.
- Contoh: Memahami bahwa {me-}, {mem-}, {men-},
{meng-}, {meny-} adalah alomorf dari morfem yang sama.
- Identifikasi Morfem Terikat dan Bebas:
- Prinsip 6 membantu dalam membedakan antara morfem
terikat dan morfem bebas.
- Contoh: Mengidentifikasi "buku" sebagai
morfem bebas dan "ke-" sebagai morfem terikat.
- Analisis Kata Majemuk:
- Prinsip-prinsip ini membantu dalam menganalisis
struktur kata majemuk dalam bahasa Indonesia.
- Contoh: Menganalisis "rumah sakit" sebagai
gabungan dua morfem bebas.
Pemahaman dan penerapan keenam prinsip
morfologi ini sangat penting dalam studi linguistik bahasa Indonesia, terutama
dalam analisis struktur kata dan pembentukan kata baru. Prinsip-prinsip ini
memberikan kerangka kerja yang sistematis untuk memahami kompleksitas morfologi
bahasa Indonesia.
I. Leksem dan Kata
- Leksem: Satuan abstrak yang mendasari berbagai bentuk inflektif suatu kata
- Kata: Satuan terkecil dalam sintaksis yang berasal dari leksem yang telah mengalami proses morfologis
J. Kata
Pengertian Kata
Kata adalah satuan bahasa
terkecil yang dapat berdiri sendiri dan memiliki makna. Dalam linguistik, kata
dibedakan menjadi kata fonologis, kata gramatikal, dan kata ortografis.
Jenis-jenis Kata
a. Berdasarkan Bentuk
- Kata Dasar: Kata yang belum mengalami
proses morfologis (contoh: buku, meja)
- Kata Turunan: Kata yang sudah
mengalami proses morfologis (contoh: membaca, penulis)
b. Berdasarkan Kelas
- Verba (Kata Kerja)
- Nomina (Kata Benda)
- Adjektiva (Kata Sifat)
- Adverbia (Kata Keterangan)
- Pronomina (Kata Ganti)
- Numeralia (Kata Bilangan)
- Konjungsi (Kata Hubung)
- Preposisi (Kata Depan)
- Artikula (Kata Sandang)
- Interjeksi (Kata Seru)
Kelas Kata
Kelas kata atau kategori
sintaksis adalah perangkat kata yang sedikit banyak berperilaku sintaksis sama.
Dalam bahasa Indonesia, kelas kata dibagi menjadi beberapa jenis:
Verba (Kata Kerja)
Verba adalah kata yang
menjelaskan perbuatan, keadaan, atau proses. Ciri-ciri verba:
- Berfungsi sebagai predikat dalam
kalimat
- Dapat diingkarkan dengan kata 'tidak'
- Tidak dapat diberi kata 'sangat',
'lebih', atau 'paling'
Contoh: membaca, menulis,
berlari
Nomina (Kata Benda)
Nomina adalah kata yang
mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Ciri-ciri
nomina:
- Dapat diawali dengan kata 'sang',
'si', atau 'para'
- Dapat diperluas dengan 'yang + kata
sifat'
- Dapat dihitung (untuk benda konkret)
Contoh: buku, meja,
kebaikan
Adjektiva (Kata Sifat)
Adjektiva adalah kata
yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan
oleh nomina dalam kalimat. Ciri-ciri adjektiva:
- Dapat diberi keterangan pembanding
'lebih', 'kurang', 'paling'
- Dapat diberi keterangan penguat
'sangat', 'amat', 'sekali'
- Dapat diingkarkan dengan kata 'tidak'
Contoh: cepat, indah,
pintar
Adverbia (Kata
Keterangan)
Adverbia adalah kata yang
menjelaskan verba, adjektiva, adverbia lain, atau bahkan seluruh kalimat.
Ciri-ciri adverbia:
- Dapat menerangkan verba, adjektiva,
atau adverbia lain
- Sebagian dapat mendampingi nomina
dalam konstruksi sintaksis
Contoh: sangat, hanya,
selalu
Pronomina (Kata Ganti)
Pronomina adalah kata
yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain. Jenis-jenis pronomina:
- Pronomina persona: saya, kamu, dia
- Pronomina penunjuk: ini, itu
- Pronomina penanya: apa, siapa, mana
Numeralia (Kata Bilangan)
Numeralia adalah kata
yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang)
dan konsep. Jenis-jenis numeralia:
- Numeralia pokok: satu, dua, tiga
- Numeralia tingkat: pertama, kedua,
ketiga
- Numeralia pecahan: setengah,
sepertiga
Konjungsi (Kata Hubung)
Konjungsi adalah kata
tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat. Jenis-jenis
konjungsi:
- Konjungsi koordinatif: dan, atau,
tetapi
- Konjungsi subordinatif: karena, jika,
meskipun
- Konjungsi korelatif:
baik...maupun..., tidak hanya...tetapi juga...
Preposisi (Kata Depan)
Preposisi adalah kata
tugas yang bertugas sebagai unsur pembentuk frasa preposisional. Contoh: di,
ke, dari, pada, untuk
Artikula (Kata Sandang)
Artikula adalah kata
tugas yang membatasi makna nomina. Contoh: sang, si, para
Interjeksi (Kata Seru)
Interjeksi adalah kata
tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Contoh: wah, aduh, oh
c. Bentuk Dasar dan Bentuk
Asal
- Bentuk Dasar: Bentuk linguistik yang
menjadi dasar pembentukan kata yang lebih besar
- Bentuk Asal: Bentuk yang paling kecil
yang menjadi asal suatu kata
K. Proses Morfologis
Proses morfologis adalah
proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks
(dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan
(dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronomisasi dan kontraksi),
atau pengubahan status (dalam proses konversi).
Afiksasi
Afiksasi adalah proses
pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia,
dikenal beberapa jenis afiks:
Prefiks (Awalan)
- me-: membentuk verba aktif (contoh:
membaca, menulis)
- ber-: membentuk verba intransitif
atau adjektiva (contoh: berlari, bersedih)
- ter-: membentuk verba pasif atau
adjektiva (contoh: terbaca, terbaik)
- pe-: membentuk nomina (contoh:
penulis, pembaca)
- se-: menyatakan satu atau sama
(contoh: serumah, setinggi)
Contoh penggunaan:
- me- + baca → membaca
- ber- + main → bermain
- ter- + bawa → terbawa
- pe- + ajar → pengajar
- se- + kampung → sekampung
Infiks (Sisipan)
- -el-: menyatakan banyak atau
berulang-ulang (contoh: telapak, gelembung)
- -em-: menyatakan intensitas (contoh:
gemetar, gemuruh)
- -er-: menyatakan intensitas atau
frekuensi (contoh: gerigi, seruling)
Contoh penggunaan:
- tapak + -el- → telapak
- gatar + -em- → gemetar
- gigi + -er- → gerigi
Sufiks (Akhiran)
- -kan: membentuk verba transitif atau
kausatif (contoh: membesarkan, menidurkan)
- -i: membentuk verba transitif atau
verba berulang (contoh: mendatangi, memarahi)
- -an: membentuk nomina (contoh:
makanan, minuman)
- -nya: membentuk nomina atau
menyatakan kepastian (contoh: rajinnya, pastinya)
Contoh penggunaan:
- besar + -kan → besarkan
- datang + -i → datangi
- makan + -an → makanan
- rajin + -nya → rajinnya
Konfiks
Konfiks adalah gabungan
afiks yang melingkupi bentuk dasar dan berfungsi sebagai satu kesatuan.
- ke-an: membentuk nomina atau
menyatakan keadaan (contoh: kerajaan, kebesaran)
- pe-an: membentuk nomina (contoh:
pendidikan, pelatihan)
- ber-an: menyatakan tindakan jamak
atau resiprokal (contoh: berdatangan, bergandengan)
- per-an: membentuk nomina (contoh:
pertemuan, pertandingan)
Contoh penggunaan:
- ke- + raja + -an → kerajaan
- pe- + didik + -an → pendidikan
- ber- + datang + -an → berdatangan
- per- + temu + -an → pertemuan
Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses
pengulangan bentuk dasar, baik secara keseluruhan, sebagian, maupun dengan
perubahan bunyi. Jenis-jenis reduplikasi:
Reduplikasi Penuh
Pengulangan seluruh
bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses
pembubuhan afiks.
Contoh:
- rumah → rumah-rumah
- buku → buku-buku
Reduplikasi Sebagian
Pengulangan sebagian dari
bentuk dasarnya.
Contoh:
- lelaki (dari laki)
- tetamu (dari tamu)
Reduplikasi dengan
Perubahan Fonem
Pengulangan bentuk dasar
disertai perubahan fonem.
Contoh:
- bolak-balik (dari balik)
- gerak-gerik (dari gerak)
Reduplikasi Berimbuhan
Pengulangan bentuk dasar
disertai dengan penambahan afiks.
Contoh:
- berjalan-jalan (dari jalan)
- main-mainan (dari main)
Kata Majemuk
Kata majemuk adalah
gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai
pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang
bersangkutan.
Ciri-ciri Kata Majemuk
- Ketaktersisipan: Unsur-unsurnya tidak
dapat disisipi dengan bentuk lain
- Ketakterluasan: Unsur-unsurnya tidak
dapat dimodifikasi secara terpisah
- Ketakterbalikan: Urutan
unsur-unsurnya tidak dapat dipertukarkan
Jenis-jenis Kata Majemuk
- Kata majemuk endosentris: Salah satu
unsurnya merupakan inti (contoh: rumah sakit)
- Kata majemuk eksosentris: Tidak ada
unsur yang menjadi inti (contoh: temu karya)
Komposisi (Pemajemukan)
Komposisi adalah proses
penggabungan dua kata atau lebih yang membentuk kata baru dengan makna tunggal.
Jenis-jenis komposisi:
Komposisi Utuh
Penggabungan dua kata
atau lebih secara utuh.
Contoh:
- rumah sakit
- meja makan
Komposisi Berimbuhan
Penggabungan dua kata
atau lebih yang disertai dengan penambahan afiks.
Contoh:
- bertanggung jawab
- dilipatgandakan
Komposisi Unik
Salah satu unsurnya
merupakan morfem unik yang hanya muncul dalam kombinasi tersebut.
Contoh:
- gegap gempita
- simpang siur
Abreviasi
Abreviasi adalah proses
penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga
jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Jenis-jenis abreviasi:
Singkatan
Proses pemendekan yang
berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang
tidak.
Contoh:
- DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
- KTP (Kartu Tanda Penduduk)
Akronim
Proses pemendekan yang
menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan
sebagai sebuah kata.
Contoh:
- Puskesmas (Pusat Kesehatan
Masyarakat)
- tilang (bukti pelanggaran)
Kontraksi
Proses pemendekan yang
meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem.
Contoh:
- tak (tidak)
- takkan (tidak akan)
Penggalan
Proses pemendekan yang
mengekalkan salah satu bagian dari leksem.
Contoh:
- prof (profesor)
- lab (laboratorium
Konversi
Konversi adalah proses
pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur
segmental. Proses ini juga dikenal sebagai derivasi zero atau transposisi.
Contoh:
- cangkul (nomina) → mencangkul (verba)
- sapu (nomina) → menyapu (verba)
Derivasi dan Infleksi
Derivasi
Derivasi adalah proses
pembentukan kata yang menghasilkan leksem baru (mengubah identitas
leksikalnya). Proses ini biasanya mengubah kelas kata.
Contoh:
- baca (V) → pembaca (N)
- cantik (Adj) → kecantikan (N)
Infleksi
Infleksi adalah proses pembentukan kata yang tidak menghasilkan leksem baru. Proses ini tidak mengubah kelas kata dan hanya mengubah bentuk kata untuk menyatakan kategori gramatikal.
Contoh:
- baca → membaca
- tulis → menulis
Morfofonemik
Morfofonemik adalah studi
tentang perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem
dengan morfem lain. Beberapa proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia:
Perubahan Fonem
Contoh:
- me- + pilih → memilih
- me- + tulis → menulis
Penambahan Fonem
Contoh:
- me- + ajar → mengajar
- me- + ukur → mengukur
Penghilangan Fonem
Contoh:
- ber- + ajar → belajar
- ter- + ambil → terambil
Analisis Morfologis
Analisis morfologis
adalah proses mengidentifikasi dan menjelaskan struktur internal kata.
Langkah-langkah dalam analisis morfologis:
- Identifikasi morfem-morfem dalam kata
- Klasifikasi jenis morfem (bebas atau
terikat)
- Identifikasi proses morfologis yang
terlibat
- Analisis perubahan makna yang terjadi
Contoh analisis: Kata:
ketidakadilan
- ke-an: konfiks pembentuk nomina
- tidak: morfem bebas
- adil: morfem bebas (bentuk dasar)
Proses: konfiks ke-an + tidak + adil Makna: hal yang tidak adil
Produktivitas dan
Kreativitas dalam Pembentukan Kata
Produktivitas Morfologis
Produktivitas morfologis
mengacu pada sejauh mana pola pembentukan kata tertentu dapat digunakan untuk
menciptakan kata-kata baru. Faktor yang mempengaruhi produktivitas:
- Frekuensi penggunaan
- Kejelasan makna
- Keteraturan pola
Kreativitas Morfologis
Kreativitas morfologis
adalah kemampuan penutur bahasa untuk menciptakan kata-kata baru menggunakan
aturan morfologis yang ada. Beberapa contoh kreativitas morfologis dalam bahasa
Indonesia:
- Pembentukan kata baru dari akronim
(contoh: puskesmas → dipuskesmaskan)
- Penggunaan afiks pada kata pinjaman
(contoh: men-download, di-update)
- Penciptaan kata majemuk baru (contoh:
jasa marga, kartu kredit)
Morfologi dan
Leksikografi
Morfologi memiliki peran
penting dalam leksikografi (penyusunan kamus):
- Penentuan entri kamus: Membantu
menentukan bentuk dasar yang akan dijadikan entri
- Definisi kata: Membantu menjelaskan
makna kata berdasarkan struktur morfologisnya
- Informasi gramatikal: Memberikan
informasi tentang kelas kata dan perilaku morfologis kata
Perkembangan dan
Perubahan Morfologis
Bahasa Indonesia, seperti
bahasa lainnya, mengalami perkembangan dan perubahan morfologis seiring waktu.
Beberapa fenomena yang dapat diamati:
- Pergeseran makna afiks
- Produktivitas afiks yang berubah
- Munculnya pola pembentukan kata baru
- Pengaruh bahasa asing terhadap sistem
morfologi
Morfologi Kontrastif
Morfologi kontrastif
adalah studi perbandingan sistem morfologi antara dua bahasa atau lebih. Dalam
konteks bahasa Indonesia, beberapa aspek yang sering dibandingkan dengan bahasa
lain:
- Sistem afiksasi
- Proses reduplikasi
- Pembentukan kata majemuk
- Kelas kata dan perubahannya
Morfologi dan Pengajaran
Bahasa
Pemahaman morfologi
sangat penting dalam pengajaran bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa pertama
maupun bahasa kedua. Beberapa implikasi morfologi dalam pengajaran bahasa:
- Pengajaran kosakata: Membantu siswa
memahami struktur kata dan memperkaya kosakata
- Pemahaman teks: Meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami makna kata dalam konteks
- Produksi bahasa: Membantu siswa dalam
membentuk kata-kata baru sesuai kebutuhan komunikasi
- Analisis kesalahan: Membantu
mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan morfologis dalam pembelajaran
bahasa
Isu-isu Kontemporer dalam
Morfologi Bahasa Indonesia
Beberapa isu kontemporer
yang relevan dengan morfologi bahasa Indonesia:
- Pengaruh bahasa gaul dan bahasa
Internet terhadap morfologi
- Adaptasi kata-kata pinjaman ke dalam
sistem morfologi bahasa Indonesia
- Standardisasi pembentukan istilah
baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
- Peranan morfologi dalam pengembangan
teknologi pemrosesan bahasa alami untuk bahasa Indonesia
Post a Comment