Friday, October 4, 2024

Morfologi

 A. Pengertian Morfologi

Morfologi didefinisikan sebagai cabang ilmu bahasa yang mengkaji struktur internal kata, proses pembentukannya, serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap golongan dan arti kata. Istilah morfologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu gabungan kata 'morphē' yang berarti 'bentuk' dan 'logos' yang berarti 'ilmu'.

B. Objek Kajian Morfologi

Objek kajian utama morfologi meliputi:

  1. Morfem dan kata
  2. Proses-proses morfologis
  3. Hasil proses morfologis
  4. Makna gramatikal yang timbul akibat proses morfologis

C. Hubungan Morfologi dengan Cabang Linguistik Lain

Morfologi memiliki kaitan erat dengan cabang linguistik lainnya, terutama:

  1. Fonologi: Berkaitan dengan perubahan bunyi akibat proses morfologis
  2. Sintaksis: Berkaitan dengan peran kata dalam struktur kalimat
  3. Semantik: Berkaitan dengan perubahan makna akibat proses morfologis

D. Pengertian Morfem

Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna. Morfem merupakan konsep abstrak yang direalisasikan dalam bentuk konkret yang disebut morf.

E. Jenis-jenis Morfem

Morfem Bebas dan Morfem Terikat

  1. Morfem Bebas: Morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata (contoh: rumah, makan, tidur)
  2. Morfem Terikat: Morfem yang harus melekat pada bentuk lain (contoh: ber-, -kan, -an)

Morfem Utuh dan Morfem Terbagi

  1. Morfem Utuh: Morfem yang selalu muncul sebagai satu kesatuan utuh (contoh: rumah, buku)
  2. Morfem Terbagi: Morfem yang kemunculannya dapat terpisah (contoh: ke-an dalam 'kebesaran')

Morfem Segmental dan Morfem Suprasegmental

  1. Morfem Segmental: Morfem yang dapat diidentifikasi secara linear (contoh: ber-, -an)
  2. Morfem Suprasegmental: Morfem yang direalisasikan dalam bentuk prosodi (contoh: intonasi, tekanan)

F. Alomorf

Alomorf adalah variasi bentuk dari sebuah morfem yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan fonologis. Contoh:

  • Prefiks me- memiliki alomorf: mem- (membaca), men- (menulis), meng- (menggambar), meny- (menyapu), me- (merawat)

G. Proses Identifikasi Morfem

Proses identifikasi morfem melibatkan beberapa langkah:

  1. Segmentasi kata menjadi bagian-bagian terkecil
  2. Identifikasi makna setiap bagian
  3. Pengelompokan bagian-bagian yang memiliki kemiripan bentuk dan makna
  4. Penentuan morfem berdasarkan kesamaan bentuk dan makna

H. Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem

Prinsip 1 : Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti leksikal atau arti gramatik yang sama merupakan satu morfem

Prinsip 2 : Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonlogik yang berbeda merupakan satu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, asal perbedaan itu dapat dijelaskan secara fonologik.

Prinsip 3 : Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologik, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer.

Prinsip 4 : Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero.

Prinsip 5 : Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda.

Prinsip 6 : Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.

Prinsip 1: Kesamaan Struktur Fonologik dan Arti

Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti leksikal atau arti gramatik yang sama merupakan satu morfem.

Contoh:

  • Morfem {ber-} dalam kata "bermain", "berlari", "berjalan" memiliki struktur fonologik dan arti gramatik yang sama (melakukan suatu tindakan), sehingga dianggap sebagai satu morfem.

Prinsip 2: Perbedaan Fonologik yang Dapat Dijelaskan

Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda merupakan satu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, asal perbedaan itu dapat dijelaskan secara fonologik.

Contoh:

  • Morfem {me-} dalam "membaca", "menulis", "menggambar" memiliki struktur fonologik yang berbeda (mem-, men-, meng-), namun perbedaan ini dapat dijelaskan secara fonologik (asimilasi nasal) dan memiliki arti gramatik yang sama (melakukan tindakan), sehingga dianggap sebagai satu morfem.

Prinsip 3: Distribusi Komplementer

Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologik, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer.

Contoh:

  • Morfem {-i} dan {-kan} dalam "menduduki" dan "mendudukkan" memiliki struktur fonologik yang berbeda, namun keduanya memiliki fungsi gramatikal yang serupa (membentuk verba transitif) dan distribusi yang komplementer, sehingga dapat dianggap sebagai alomorf dari morfem yang sama.

Prinsip 4: Morfem Zero

Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero.

Contoh:

  • Dalam pasangan kata "makan" dan "makanan", "makan" dianggap memiliki morfem zero untuk penanda nomina, sementara "makanan" memiliki penanda nomina eksplisit {-an}.

Prinsip 5: Homonimi Morfemis

Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda.

Contoh:

  • Morfem {-nya} dalam "bukunya" (kepemilikan) dan "indahnya" (penegas) memiliki struktur fonologik yang sama namun merupakan morfem yang berbeda karena memiliki fungsi gramatikal yang berbeda.

Prinsip 6: Keterpisahan Satuan

Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.

Contoh:

  • Dalam kata "ketidakadilan", kita dapat memisahkan satuan-satuan "ke-", "tidak", "adil", dan "-an", yang masing-masing merupakan morfem tersendiri.

Penerapan Prinsip-prinsip:

  1. Analisis Morfologis:
    • Menggunakan prinsip-prinsip ini untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan morfem dalam bahasa Indonesia.
    • Contoh: Menganalisis kata "pemberdayaan" menjadi morfem {pem-}, {ber-}, {daya}, dan {-an}.
  2. Pemahaman Alomorf:
    • Prinsip 2 dan 3 sangat berguna dalam memahami konsep alomorf dalam bahasa Indonesia.
    • Contoh: Memahami bahwa {me-}, {mem-}, {men-}, {meng-}, {meny-} adalah alomorf dari morfem yang sama.
  3. Identifikasi Morfem Terikat dan Bebas:
    • Prinsip 6 membantu dalam membedakan antara morfem terikat dan morfem bebas.
    • Contoh: Mengidentifikasi "buku" sebagai morfem bebas dan "ke-" sebagai morfem terikat.
  4. Analisis Kata Majemuk:
    • Prinsip-prinsip ini membantu dalam menganalisis struktur kata majemuk dalam bahasa Indonesia.
    • Contoh: Menganalisis "rumah sakit" sebagai gabungan dua morfem bebas.

Pemahaman dan penerapan keenam prinsip morfologi ini sangat penting dalam studi linguistik bahasa Indonesia, terutama dalam analisis struktur kata dan pembentukan kata baru. Prinsip-prinsip ini memberikan kerangka kerja yang sistematis untuk memahami kompleksitas morfologi bahasa Indonesia.

I. Leksem dan Kata

  1. Leksem: Satuan abstrak yang mendasari berbagai bentuk inflektif suatu kata
  2. Kata: Satuan terkecil dalam sintaksis yang berasal dari leksem yang telah mengalami proses morfologis

J. Kata

Pengertian Kata

Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan memiliki makna. Dalam linguistik, kata dibedakan menjadi kata fonologis, kata gramatikal, dan kata ortografis.

Jenis-jenis Kata

a. Berdasarkan Bentuk

  1. Kata Dasar: Kata yang belum mengalami proses morfologis (contoh: buku, meja)
  2. Kata Turunan: Kata yang sudah mengalami proses morfologis (contoh: membaca, penulis)

b. Berdasarkan Kelas

  1. Verba (Kata Kerja)
  2. Nomina (Kata Benda)
  3. Adjektiva (Kata Sifat)
  4. Adverbia (Kata Keterangan)
  5. Pronomina (Kata Ganti)
  6. Numeralia (Kata Bilangan)
  7. Konjungsi (Kata Hubung)
  8. Preposisi (Kata Depan)
  9. Artikula (Kata Sandang)
  10. Interjeksi (Kata Seru)

Kelas Kata

Kelas kata atau kategori sintaksis adalah perangkat kata yang sedikit banyak berperilaku sintaksis sama. Dalam bahasa Indonesia, kelas kata dibagi menjadi beberapa jenis:

Verba (Kata Kerja)

Verba adalah kata yang menjelaskan perbuatan, keadaan, atau proses. Ciri-ciri verba:

  • Berfungsi sebagai predikat dalam kalimat
  • Dapat diingkarkan dengan kata 'tidak'
  • Tidak dapat diberi kata 'sangat', 'lebih', atau 'paling'

Contoh: membaca, menulis, berlari

Nomina (Kata Benda)

Nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Ciri-ciri nomina:

  • Dapat diawali dengan kata 'sang', 'si', atau 'para'
  • Dapat diperluas dengan 'yang + kata sifat'
  • Dapat dihitung (untuk benda konkret)

Contoh: buku, meja, kebaikan

Adjektiva (Kata Sifat)

Adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Ciri-ciri adjektiva:

  • Dapat diberi keterangan pembanding 'lebih', 'kurang', 'paling'
  • Dapat diberi keterangan penguat 'sangat', 'amat', 'sekali'
  • Dapat diingkarkan dengan kata 'tidak'

Contoh: cepat, indah, pintar

Adverbia (Kata Keterangan)

Adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva, adverbia lain, atau bahkan seluruh kalimat. Ciri-ciri adverbia:

  • Dapat menerangkan verba, adjektiva, atau adverbia lain
  • Sebagian dapat mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis

Contoh: sangat, hanya, selalu

Pronomina (Kata Ganti)

Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain. Jenis-jenis pronomina:

  • Pronomina persona: saya, kamu, dia
  • Pronomina penunjuk: ini, itu
  • Pronomina penanya: apa, siapa, mana

Numeralia (Kata Bilangan)

Numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Jenis-jenis numeralia:

  • Numeralia pokok: satu, dua, tiga
  • Numeralia tingkat: pertama, kedua, ketiga
  • Numeralia pecahan: setengah, sepertiga

Konjungsi (Kata Hubung)

Konjungsi adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat. Jenis-jenis konjungsi:

  • Konjungsi koordinatif: dan, atau, tetapi
  • Konjungsi subordinatif: karena, jika, meskipun
  • Konjungsi korelatif: baik...maupun..., tidak hanya...tetapi juga...

Preposisi (Kata Depan)

Preposisi adalah kata tugas yang bertugas sebagai unsur pembentuk frasa preposisional. Contoh: di, ke, dari, pada, untuk

Artikula (Kata Sandang)

Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Contoh: sang, si, para

 Interjeksi (Kata Seru)

Interjeksi adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Contoh: wah, aduh, oh

c. Bentuk Dasar dan Bentuk Asal

  1. Bentuk Dasar: Bentuk linguistik yang menjadi dasar pembentukan kata yang lebih besar
  2. Bentuk Asal: Bentuk yang paling kecil yang menjadi asal suatu kata

K. Proses Morfologis

Proses morfologis adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronomisasi dan kontraksi), atau pengubahan status (dalam proses konversi).

Afiksasi

Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, dikenal beberapa jenis afiks:

Prefiks (Awalan)

  1. me-: membentuk verba aktif (contoh: membaca, menulis)
  2. ber-: membentuk verba intransitif atau adjektiva (contoh: berlari, bersedih)
  3. ter-: membentuk verba pasif atau adjektiva (contoh: terbaca, terbaik)
  4. pe-: membentuk nomina (contoh: penulis, pembaca)
  5. se-: menyatakan satu atau sama (contoh: serumah, setinggi)

Contoh penggunaan:

  • me- + baca → membaca
  • ber- + main → bermain
  • ter- + bawa → terbawa
  • pe- + ajar → pengajar
  • se- + kampung → sekampung

Infiks (Sisipan)

  1. -el-: menyatakan banyak atau berulang-ulang (contoh: telapak, gelembung)
  2. -em-: menyatakan intensitas (contoh: gemetar, gemuruh)
  3. -er-: menyatakan intensitas atau frekuensi (contoh: gerigi, seruling)

Contoh penggunaan:

  • tapak + -el- → telapak
  • gatar + -em- → gemetar
  • gigi + -er- → gerigi

Sufiks (Akhiran)

  1. -kan: membentuk verba transitif atau kausatif (contoh: membesarkan, menidurkan)
  2. -i: membentuk verba transitif atau verba berulang (contoh: mendatangi, memarahi)
  3. -an: membentuk nomina (contoh: makanan, minuman)
  4. -nya: membentuk nomina atau menyatakan kepastian (contoh: rajinnya, pastinya)

Contoh penggunaan:

  • besar + -kan → besarkan
  • datang + -i → datangi
  • makan + -an → makanan
  • rajin + -nya → rajinnya

Konfiks

Konfiks adalah gabungan afiks yang melingkupi bentuk dasar dan berfungsi sebagai satu kesatuan.

  1. ke-an: membentuk nomina atau menyatakan keadaan (contoh: kerajaan, kebesaran)
  2. pe-an: membentuk nomina (contoh: pendidikan, pelatihan)
  3. ber-an: menyatakan tindakan jamak atau resiprokal (contoh: berdatangan, bergandengan)
  4. per-an: membentuk nomina (contoh: pertemuan, pertandingan)

Contoh penggunaan:

  • ke- + raja + -an → kerajaan
  • pe- + didik + -an → pendidikan
  • ber- + datang + -an → berdatangan
  • per- + temu + -an → pertemuan

Reduplikasi

Reduplikasi adalah proses pengulangan bentuk dasar, baik secara keseluruhan, sebagian, maupun dengan perubahan bunyi. Jenis-jenis reduplikasi:

Reduplikasi Penuh

Pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.

Contoh:

  • rumah → rumah-rumah
  • buku → buku-buku

Reduplikasi Sebagian

Pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya.

Contoh:

  • lelaki (dari laki)
  • tetamu (dari tamu)

Reduplikasi dengan Perubahan Fonem

Pengulangan bentuk dasar disertai perubahan fonem.

Contoh:

  • bolak-balik (dari balik)
  • gerak-gerik (dari gerak)

Reduplikasi Berimbuhan

Pengulangan bentuk dasar disertai dengan penambahan afiks.

Contoh:

  • berjalan-jalan (dari jalan)
  • main-mainan (dari main)

Kata Majemuk

Kata majemuk adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan.

Ciri-ciri Kata Majemuk

  1. Ketaktersisipan: Unsur-unsurnya tidak dapat disisipi dengan bentuk lain
  2. Ketakterluasan: Unsur-unsurnya tidak dapat dimodifikasi secara terpisah
  3. Ketakterbalikan: Urutan unsur-unsurnya tidak dapat dipertukarkan

 Jenis-jenis Kata Majemuk

  1. Kata majemuk endosentris: Salah satu unsurnya merupakan inti (contoh: rumah sakit)
  2. Kata majemuk eksosentris: Tidak ada unsur yang menjadi inti (contoh: temu karya)

Komposisi (Pemajemukan)

Komposisi adalah proses penggabungan dua kata atau lebih yang membentuk kata baru dengan makna tunggal. Jenis-jenis komposisi:

Komposisi Utuh

Penggabungan dua kata atau lebih secara utuh.

Contoh:

  • rumah sakit
  • meja makan

Komposisi Berimbuhan

Penggabungan dua kata atau lebih yang disertai dengan penambahan afiks.

Contoh:

  • bertanggung jawab
  • dilipatgandakan

Komposisi Unik

Salah satu unsurnya merupakan morfem unik yang hanya muncul dalam kombinasi tersebut.

Contoh:

  • gegap gempita
  • simpang siur

Abreviasi

Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Jenis-jenis abreviasi:

Singkatan

Proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak.

Contoh:

  • DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
  • KTP (Kartu Tanda Penduduk)

Akronim

Proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata.

Contoh:

  • Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)
  • tilang (bukti pelanggaran)

Kontraksi

Proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem.

Contoh:

  • tak (tidak)
  • takkan (tidak akan)

Penggalan

Proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem.

Contoh:

  • prof (profesor)
  • lab (laboratorium

Konversi

Konversi adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental. Proses ini juga dikenal sebagai derivasi zero atau transposisi.

Contoh:

  • cangkul (nomina) → mencangkul (verba)
  • sapu (nomina) → menyapu (verba)

Derivasi dan Infleksi

Derivasi

Derivasi adalah proses pembentukan kata yang menghasilkan leksem baru (mengubah identitas leksikalnya). Proses ini biasanya mengubah kelas kata.

Contoh:

  • baca (V) → pembaca (N)
  • cantik (Adj) → kecantikan (N)

Infleksi

Infleksi adalah proses pembentukan kata yang tidak menghasilkan leksem baru. Proses ini tidak mengubah kelas kata dan hanya mengubah bentuk kata untuk menyatakan kategori gramatikal.

Contoh:

  • baca → membaca
  • tulis → menulis

Morfofonemik

Morfofonemik adalah studi tentang perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Beberapa proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia:

Perubahan Fonem

Contoh:

  • me- + pilih → memilih
  • me- + tulis → menulis

Penambahan Fonem

Contoh:

  • me- + ajar → mengajar
  • me- + ukur → mengukur

Penghilangan Fonem

Contoh:

  • ber- + ajar → belajar
  • ter- + ambil → terambil

Analisis Morfologis

Analisis morfologis adalah proses mengidentifikasi dan menjelaskan struktur internal kata. Langkah-langkah dalam analisis morfologis:

  1. Identifikasi morfem-morfem dalam kata
  2. Klasifikasi jenis morfem (bebas atau terikat)
  3. Identifikasi proses morfologis yang terlibat
  4. Analisis perubahan makna yang terjadi

Contoh analisis: Kata: ketidakadilan

  • ke-an: konfiks pembentuk nomina
  • tidak: morfem bebas
  • adil: morfem bebas (bentuk dasar) Proses: konfiks ke-an + tidak + adil Makna: hal yang tidak adil

Produktivitas dan Kreativitas dalam Pembentukan Kata

Produktivitas Morfologis

Produktivitas morfologis mengacu pada sejauh mana pola pembentukan kata tertentu dapat digunakan untuk menciptakan kata-kata baru. Faktor yang mempengaruhi produktivitas:

  1. Frekuensi penggunaan
  2. Kejelasan makna
  3. Keteraturan pola

Kreativitas Morfologis

Kreativitas morfologis adalah kemampuan penutur bahasa untuk menciptakan kata-kata baru menggunakan aturan morfologis yang ada. Beberapa contoh kreativitas morfologis dalam bahasa Indonesia:

  1. Pembentukan kata baru dari akronim (contoh: puskesmas → dipuskesmaskan)
  2. Penggunaan afiks pada kata pinjaman (contoh: men-download, di-update)
  3. Penciptaan kata majemuk baru (contoh: jasa marga, kartu kredit)

Morfologi dan Leksikografi

Morfologi memiliki peran penting dalam leksikografi (penyusunan kamus):

  1. Penentuan entri kamus: Membantu menentukan bentuk dasar yang akan dijadikan entri
  2. Definisi kata: Membantu menjelaskan makna kata berdasarkan struktur morfologisnya
  3. Informasi gramatikal: Memberikan informasi tentang kelas kata dan perilaku morfologis kata

Perkembangan dan Perubahan Morfologis

Bahasa Indonesia, seperti bahasa lainnya, mengalami perkembangan dan perubahan morfologis seiring waktu. Beberapa fenomena yang dapat diamati:

  1. Pergeseran makna afiks
  2. Produktivitas afiks yang berubah
  3. Munculnya pola pembentukan kata baru
  4. Pengaruh bahasa asing terhadap sistem morfologi

Morfologi Kontrastif

Morfologi kontrastif adalah studi perbandingan sistem morfologi antara dua bahasa atau lebih. Dalam konteks bahasa Indonesia, beberapa aspek yang sering dibandingkan dengan bahasa lain:

  1. Sistem afiksasi
  2. Proses reduplikasi
  3. Pembentukan kata majemuk
  4. Kelas kata dan perubahannya

Morfologi dan Pengajaran Bahasa

Pemahaman morfologi sangat penting dalam pengajaran bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa pertama maupun bahasa kedua. Beberapa implikasi morfologi dalam pengajaran bahasa:

  1. Pengajaran kosakata: Membantu siswa memahami struktur kata dan memperkaya kosakata
  2. Pemahaman teks: Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami makna kata dalam konteks
  3. Produksi bahasa: Membantu siswa dalam membentuk kata-kata baru sesuai kebutuhan komunikasi
  4. Analisis kesalahan: Membantu mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan morfologis dalam pembelajaran bahasa

Isu-isu Kontemporer dalam Morfologi Bahasa Indonesia

Beberapa isu kontemporer yang relevan dengan morfologi bahasa Indonesia:

  1. Pengaruh bahasa gaul dan bahasa Internet terhadap morfologi
  2. Adaptasi kata-kata pinjaman ke dalam sistem morfologi bahasa Indonesia
  3. Standardisasi pembentukan istilah baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
  4. Peranan morfologi dalam pengembangan teknologi pemrosesan bahasa alami untuk bahasa Indonesia

Post a Comment

avatar
Admin Purwarupalingua Online
Welcome to Purwarupalingua theme
Chat with WhatsApp