Tuesday, September 17, 2024

Ringkasan EYD

 Ringkasan Ejaan Bahasa Indonesia (EYD)

Ejaan Bahasa Indonesia (EYD) adalah pedoman resmi yang mengatur tata cara penulisan dalam bahasa Indonesia. Berikut adalah ringkasan komprehensif dari aturan-aturan utama dalam EYD:

I. Pemakaian Huruf

A. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf:

A a, B b, C c, D d, E e, F f, G g, H h, I i, J j, K k, L l, M m, N n, O o, P p, Q q, R r, S s, T t, U u, V v, W w, X x, Y y, Z z

B. Huruf Vokal

Huruf vokal dalam bahasa Indonesia: a, e, i, o, u

C. Huruf Konsonan

Huruf konsonan dalam bahasa Indonesia: b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z

D. Huruf Diftong

Diftong dalam bahasa Indonesia dilambangkan dengan: ai, au, ei, oi

E. Gabungan Huruf Konsonan

Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi: kh, ng, ny, sy

II. Pemenggalan Kata

  1. Pemenggalan kata dasar:
    • Di antara dua huruf vokal: ma-in, sa-at
    • Sebelum huruf konsonan di tengah kata: pan-dai, cin-cin
    • Di antara dua huruf konsonan yang berurutan: Ap-ril, cap-lok
    • Gabungan huruf konsonan tidak dipisahkan: bang-krut, bang-sa
  2. Pemenggalan kata berimbuhan:
    • Pemenggalan dilakukan di antara bentuk dasar dan imbuhan: ber-jalan, mem-baca
    • Awalan dan akhiran yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal: ku-bawa, e-kor-nya
  3. Pemenggalan kata yang mengandung bentuk terikat:
    • Bentuk terikat yang biasanya dipakai sebagai gabungan kata dipenggal: bio-logi, foto-grafi

III. Pemakaian Huruf Kapital

  1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
  2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
  3. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
  4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan.
  5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
  6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
  7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
  8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
  9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
  10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
  11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
  12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas.
  13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
  14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang digunakan sebagai sapaan.

IV. Penulisan Kata

A. Kata Dasar

Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan: buku, sang, dengan

B. Kata Turunan

  1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, konfiks) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya: berjalan, gemetar, lemahkan
  2. Bentuk dasar berupa gabungan kata ditulis terpisah: bertanggung jawab, menganak sungai
  3. Bentuk dasar berupa gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai: mempertanggungjawabkan, menghancurleburkan

C. Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-): anak-anak, biri-biri, lauk-pauk

D. Gabungan Kata

  1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah: meja tulis, orang tua
  2. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai: acapkali, beasiswa, peribahasa

E. Pemendekan dan Akronim

  1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik: M. Hatta, S.H., Ny., Prof.
  2. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik: dll., dsb., hlm.
  3. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik: BIG, LIPI, PASI

F. Angka dan Bilangan

  1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf: dua belas, seratus lima puluh
  2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf: Tiga puluh siswa mengikuti lomba.
  3. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf: 250 juta, Rp50 miliar
  4. Bilangan seperti yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, akta, atau kuitansi dapat ditulis dengan angka dan diikuti oleh huruf.

Misalnya:

Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Pada hari ini, Rabu, tanggal 13-10-2021 (tiga belas Oktober dua ribu dua puluh satu) telah hadir di hadapan saya, Noviansyah, notaris yang berkedudukan di Kota Batam.

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).

G. Kata Ganti

Kata ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti atau mendahuluinya: kulihat, bukumu, mobilnya

H. Kata Depan

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya: di rumah, ke pasar, dari sekolah

I. Partikel

  1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya: pergilah, apakah, apatah
  2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya: apa pun, siapa pun
  3. Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', 'tiap' ditulis terpisah: per 1 April, satu per satu

V. Tanda Baca

A. Tanda Titik (.)

  1. Dipakai pada akhir kalimat pernyataan.
  2. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
  3. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.

B. Tanda Koma (,)

  1. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
  2. Dipakai sebelum kata penghubung terakhir dalam perincian.
  3. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.

C. Tanda Titik Koma (;)

  1. Dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara di dalam kalimat majemuk.
  2. Dipakai untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata.

D. Tanda Titik Dua (:)

  1. Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.
  2. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

E. Tanda Hubung (-)

  1. Dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
  2. Dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.

F. Tanda Pisah (—)

  1. Dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
  2. Dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.

G. Tanda Tanya (?)

Dipakai pada akhir kalimat tanya.

H. Tanda Seru (!)

Dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah.

I. Tanda Elipsis (...)

Dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan.

J. Tanda Petik ("...")

  1. Dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
  2. Dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

K. Tanda Petik Tunggal ('...')

  1. Dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.
  2. Dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.

L. Tanda Kurung ((...))

  1. Dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
  2. Dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.

M. Tanda Kurung Siku ([...])

  1. Dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
  2. Dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

N. Tanda Garis Miring (/)

  1. Dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
  2. Dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.

VI. Penulisan Unsur Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan Bali, maupun dari bahasa asing, seperti bahasa Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar:

  1. Unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti force majeur, de facto, de jure, dan l'exploitation de l'homme par l'homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
  2. Unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini, penyerapan diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu antara lain sebagai berikut:

  1. ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e Contoh: aerobe, maestro
  2. ae menjadi e jika bervariasi dengan e Contoh: anaemia menjadi anemia, haemoglobin menjadi hemoglobin
  3. ai tetap ai Contoh: trailer, caisson
  4. au tetap au Contoh: audiogram, autotroph
  5. c di depan a, o, u, dan konsonan menjadi k Contoh: construction menjadi konstruksi, cubic menjadi kubik
  6. cc di depan o, u, dan konsonan menjadi k Contoh: accommodation menjadi akomodasi, acculturation menjadi akulturasi
  7. cc di depan e dan i menjadi ks Contoh: accent menjadi aksen, accessory menjadi aksesori
  8. ch yang lafalnya c menjadi c Contoh: charter menjadi carter, chip menjadi cip
  9. ch yang lafalnya s atau sy menjadi s Contoh: machine menjadi mesin, echelon menjadi eselon
  10. e tetap e Contoh: effective menjadi efektif, synthesis menjadi sintesis
  11. ea tetap ea Contoh: idealist menjadi idealis, habeas menjadi habeas
  12. ee (Belanda) menjadi e Contoh: stratosfeer menjadi stratosfer, systeem menjadi sistem
  13. ei tetap ei Contoh: eicosane menjadi eikosan, eidetic menjadi eidetik
  1. eo tetap eo Contoh: stereo, geometry menjadi geometri
  2. eu tetap eu Contoh: neutron, eugenol
  3. f tetap f Contoh: factor menjadi faktor, fossil menjadi fosil
  4. gh menjadi g Contoh: ghost menjadi gost, sorghum menjadi sorgum
  5. ie tetap ie jika lafalnya bukan i Contoh: variety menjadi varietas, patient menjadi pasien
  6. ie menjadi i jika lafalnya i Contoh: hierarchie menjadi hierarki, riem menjadi rim
  7. oo (vokal ganda) tetap oo Contoh: zoology menjadi zoologi, coordination menjadi koordinasi
  8. oo (Belanda) menjadi o Contoh: komfoor menjadi kompor, provoost menjadi provos
  9. ou menjadi u jika lafalnya u Contoh: coupon menjadi kupon, contour menjadi kontur
  10. ph menjadi f Contoh: phase menjadi fase, physiology menjadi fisiologi
  11. ps tetap ps Contoh: pseudo menjadi pseudo, psychiatry menjadi psikiatri
  12. pt tetap pt Contoh: pterosaur menjadi pterosaur, ptyalin menjadi ptialin
  13. q menjadi k Contoh: aquarium menjadi akuarium, frequency menjadi frekuensi
  14. rh menjadi r Contoh: rhapsody menjadi rapsodi, rhetoric menjadi retorika
  15. sc di depan a, o, u, dan konsonan menjadi sk Contoh: scandium menjadi skandium, scotopia menjadi skotopia
  16. sc di depan e, i, dan y menjadi s Contoh: scenography menjadi senografi, scintillation menjadi sintilasi
  17. sch di depan vokal menjadi sk Contoh: schema menjadi skema, scholastic menjadi skolastik
  18. t di depan i menjadi s jika lafalnya s Contoh: ratio menjadi rasio, action menjadi aksi
  19. th menjadi t Contoh: theology menjadi teologi, orthography menjadi ortografi
  20. u tetap u Contoh: unit menjadi unit, structure menjadi struktur
  21. ua tetap ua Contoh: aquarium menjadi akuarium, duality menjadi dualitas
  22. ue tetap ue Contoh: duet, suede
  23. ui tetap ui Contoh: equinox menjadi ekuinoks, equivalent menjadi ekuivalen
  24. uo tetap uo Contoh: fluorescent menjadi fluoresen, quorum menjadi kuorum
  25. uu menjadi u Contoh: vacuum menjadi vakum, continuum menjadi kontinum
  26. v tetap v Contoh: vitamin, television menjadi televisi
  27. x pada awal kata tetap x Contoh: xanthate menjadi xantat, xenon menjadi xenon
  28. x pada posisi lain menjadi ks Contoh: executive menjadi eksekutif, latex menjadi lateks
  29. xc di depan e dan i menjadi ks Contoh: exception menjadi eksepsi, excess menjadi ekses
  30. xc di depan a, o, u, dan konsonan menjadi ksk Contoh: excavation menjadi ekskavasi, excommunication menjadi ekskomunikasi
  31. y tetap y jika lafalnya y Contoh: yahoo, yoga
  32. y menjadi i jika lafalnya ai atau i Contoh: dynamo menjadi dinamo, psychology menjadi psikologi
  33. z tetap z Contoh: zenith menjadi zenit, zone menjadi zona

VII. Pemakaian Tanda Baca dalam Penulisan Bilangan dan Angka

  1. Tanda titik (.) dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah. Contoh: Indonesia memiliki lebih dari 13.600 pulau.
  2. Tanda koma (,) dipakai untuk memisahkan bilangan desimal. Contoh: Panjang gelombang itu adalah 5,75 cm.
  3. Tanda hubung (-) dipakai untuk merangkai: a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital Contoh: se-Indonesia, se-Jawa Barat b. ke- dengan angka Contoh: peringkat ke-2, tahun ke-10 c. angka dengan -an Contoh: tahun 1950-an, uang 5000-an d. P.P. dengan nomor yang mengikutinya Contoh: P.P. No. 16 Tahun 2004 e. dalam penomoran deret Contoh: Bab I-V, halaman 28-35
  4. Tanda garis miring (/) dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran. Contoh: No. 7/PK/2024, Jalan Kramat III/10, tahun ajaran 2024/2025

VIII. Penulisan Nama

  1. Nama orang, nama organisasi, atau nama diri yang sudah lazim ditulis sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Contoh: Amir Hamzah, Universitas Indonesia
  2. Nama orang, nama organisasi, atau nama diri yang belum lazim dapat ditulis sesuai dengan ejaan bahasa asalnya. Contoh: Voltaire, Shakespeare
  3. Penulisan nama dalam dokumen resmi (seperti akta kelahiran atau ijazah) harus sesuai dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia.

IX. Penulisan Kata atau Ungkapan Asing

  1. Penulisan kata atau ungkapan asing yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia hendaknya ditulis dengan huruf miring. Contoh: Nama ilmiah buah manggis adalah Garcinia mangostana.
  2. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia dan ditulis sesuai dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia tidak perlu ditulis dengan huruf miring. Contoh: Semua warga negara wajib membayar pajak.

X. Penulisan Kata Sandang

  1. Kata sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh: Surat itu dikembalikan kepada si pengirim. Sang juara melambaikan tangan kepada penonton.
  2. Kata si dan sang ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata tersebut terdapat pada awal kalimat.

XI. Pemakaian Huruf Tebal

Huruf tebal dipakai untuk:

  1. Menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
  2. Menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
  3. Menegaskan bagian-bagian karangan, seperti rumus, definisi, atau kutipan.

 Referensi:

https://ejaan.kemdikbud.go.id/


 

Post a Comment

avatar
Admin Purwarupalingua Online
Welcome to Purwarupalingua theme
Chat with WhatsApp