Pemajemukan
1. apa yang dimaksud pemajemukan?
Komposisi atau pemajemukan adalah proses morfologi atau proses pembentukan kata melalui penggabungan dua morfem yang membentuk satu kesatuan. Hasil dari proses morfologi ini adalah kata majemuk.
Bagan arus komposisi atau pemajemukan adalah :
morfem + morfem = komposisi/kata majemuk
Berdasarkan bagan arus di atas, bahwa kata majemuk harus selalu terdiri atas dua unsur. Dua unsur pembentukannya itu harus merupakan satu kesatuan.
Ciri-ciri bentuk majemuk adalah sebagai berikut.
a. Hubungan unsur-unsur pembentukannya rapat atau sudah menjadi satu senyawa.
b. Struktur unsur-unsur pembentukannya tidak dapat dipertukarkan.
c. Salah satu atau semua unsurnya adalah pokok kata.
Berikut ini adalah contoh-contoh bentuk majemuk dalam bahasa Indonesia.
mata + gelap mata gelap
kursi + goyang kursi goyang
kamar + mandi kamar mandi
mata + uang mata uang
daun + pintu daun pintu
bola + lampu bola lampu
timbangan + anak timbangan anak
Kriteria Pertama
Kriteria ini mengemukakan bahwa komponen-komponen sebuah kata majemuk (compound word) Bahasa Indonesia haruslah morfem bebas, seperti rumah + sakit, meja + tulis, dan kereta + api merupakan morfem bebas (free morpheme). Atau, sebuah morfem dasar yang dapat dibentuk menjadi kata bersusun, misalnya kembang biak. Komponen kedua 'biak' bukan sebuah morfem bebas, tetapi dapat dibentuk menjadi sebuah kata bersusun seperti membiakkan, dan berbiak. Oleh karena itu, konstruksi kembang biak, berkembang biak, merupakan konstruksi kata majemuk. Paduan kata seperti mala petaka, sedu sedan, dan gegap gempita tidak dapat digolongkan kepada kata majemuk. Salah satu komponennya, yaitu petaka, sedan, dan gempita bukan morfem bebas. Kata-kata itu juga bukan morfem yang dapat dibentuk menjadi sebuah kata bersusun seperti morfem 'biak' di atas. Bentuk-bentuk seperti itu diberi nama kata bersusun (complex word) saja. Jadi, bentuk itu bukan kata majemuk atau frase. Morfem-morfem seperti petaka, sedan, dan gempita disebut morfem terikat morfologis non imbuhan sebab merupakan morfem terikat (morfologis), tetapi bukan afiks.
Kriteria Kedua
Dalam kriteria ini dinyatakan bahwa di antara komponen komponen kata majemuk tidak dapat disisipkan unsur lain, baik bentuk bebas maupunbentuk terikat. Apabila di antara komponen kata majemuk itu disisipkan unsur lain, makna yang terkandung pada kata majemuk itu hilang. Misalnya,dari data ditemukan kata kasir muda yang artinya 'pangkat kasir yang rendah'. Di atasnya, misalnya ada kasir kepala. Contoh lain, lektor muda, direk¬tur muda, raja muda. Bila disisipkan kata yang di antara kedua komponen kata majemuk itu menjadi kasir yang muda, makna tadi hilang (berubah) sebab kasir yang muda artinya 'seorang kasir yang masih muda (usianya)'.
Kriteria Ketiga
Dalam kriteria ini dikatakan bahwa gabungan komponen kata majemuk itu membentuk satu pusat. Dengan demikian, kata-kata yang ditambahkan kepadanya sebagai atributif berfungsi sekaligus untuk kesatuan kata ma¬ jemuk itu, bukan untuk salah satu komponennya. Dari data dikutip kata jangka pendek. Kalau ditambahkan kata 'kedua' di belakang kata majemuk itu, kata majemuk itu menjadi jangka pendek kedua, misalnya dalam frase program jangka pendek kedua, kata 'kedua' berfungsi menjadi keterangan (atribut) terhadap jangka pendek bukan hanya terhadap pendek; "'pendek kedua atau *pendek ketiga, tidak ada maknanya. Bandingkan dengan uraian pendek yang dapat dikatakan uraian pendek sekali (uraian/pendek--sekali). Artinya, 'uraian yang sangat pendek'. Jadi, kata 'sekali' hanya berfungsi terhadap kata pendek. Oleh sebab itu, uraian pendek bukanlah kata majemuk, melainkan frase biasa.
Kriteria Keempat
Kriteria ini tidak terdapat pada laporan penelitian yang pertama dan hanya bersifat sebagai pelengkap terhadap ketiga kriteria sebelumnya. Lagi pula hanya khusus untuk kata-kata majemuk yang terdiri dari komponen- komponen kata benda + kata kerja.walaupun komponen-komponennya terdiri dari kata benda + kata ker¬ja, kedua unsur itu tidak membentuk konstruksi pelaku-perilaku. Contoh¬nya kolam renang, meja tulis, rumah makan, mengandung makna 'kolam tern pat berenang', 'meja tempat menulis', 'rumah tempat makan '.
Ciri-ciri kata majemuk
Menurut Harimurti Kridalaksana ada 3 yaitu :
1. Ketaktersisipan
salah satu ciri kata majemuk adalah ketaktersisipan artinya di antara komponen-komponen kompositum tidak dapat disisipi apa pun. Misalnya : Buta warna, alih nama, diam diri, dll. antara kata buta dan kata warna tidak bisa disisipi oleh kata lain.
2. Ketakterluasan
Ketakterluasan artinya komponen kompositum itu masing-masing tidak dapat diafiksasikan atau dimodifikasikan. Di samping ketaktersisipan, kepekatan unsur-unsur dalam kata majemuk dapat terlihat dari perlakuan terhadap unsur-unsurnya yang dianggap sebagai satu kesatuan bentuk. Hal ini dapât dibuktikan apabila kata majemuk mendapat afiks akan diperlakukan sebagai bentuk dasar sebagaimana kata. Masing-masing unsur kata majemuk tidak dapat diberi afiks. Afiks harus melekat pada bentuk kata majemuk seluruhnya. Marilah kita perhatikan contoh berikut ini!
kereta api + per-an < perkeretaapian
hancur lebur+ meN-kan < menghancurleburkan
tanggungjawab + per-an < pertanggungjawaban
daya guna + meN-kan < rnendayagunakan
tenaga kerja + ke-an < ketenagakerjaan
kambing hitam + meN-kan < mengkambinghitamkan
Berdasarkan contoh-contoh tersebut, jelaslah jika afiks digabungkan dengan kata majemuk harus melekat pada bentuk keseluruhan kata majemuk. Dengan demikian tidak akan ada bentuk-bentuk seperti perkeretaan api menghancurkan lebur, pertanggungan jawab, mendayakan guna, ketenagaan kerja dan mengkambingkan hitam.
3. Ketakterbalikan
Ketakterbalikan artinya komponen kompositum tidak dapat dipertukarkan.
Konstruksi bentuk majemuk selalu tetap. Letak unsur-unsur yang membentuk kata majernuk tidak dapat dipertukarkan. Jika konstuksi kata majemuk itu KB + KK tidak akan dapat dipertukarkan menjadi KK + KB, misalnya meja tulis, kamar tidur, rumah makan. Bentuk-bentuk mi tidak dapat diubah menjadi tulis meja, tidur kamar dan makan rumah. Begitu pula untuk konstruksi yang lain seperti jam tangan tidak dapat menjadi tangan jam. Ketakterbalikan ini pasti dalam setiap bentuk majemuk. Bagaimana dengan bentuk-bentuk seperti pisang goreng. tempe goreng dan tahu goreng?
Bentuk-bentuk ini dapat dibolak-balik. Bentuk tersebut dapat menjadi goreng pisang, goreng tempe dan goreng tahu. Berdasarkan ciri-ciri kata majemuk di atas, bentuk-bentuk tersebut dapat digolongkan ke dalam kata majemuk. Walaupun demikian, kita tidak dapat mengingkari bahwa bentukan tersebut merupakan salah satu dialek geografis bahasa Indonesia.
Apakah bentuk pisang goreng sama dengan pisang yang digoreng? Pisang yang digoreng bisa saja berbentuk keripik pisang. Dengan demikian, kedua bentuk pisang goreng adalah kata majemuk, begitu pula halnya dengan tempe goreng dan tahu goreng. Hal ini pun tentu berlaku bagi brigade mobil dengan mobil brigade dan deviasi standar dengan standar deviasi
Beda frasa dan kata majemuk
Gorys Keraf mengemukakan bahwa salah satu ciri kata majemuk adalah tediri dari kata-kata dasar. Dengan demikian dapat kita bedakan antara kata-kata dasar. Dengan demikian dapat kita bedakan antara kata majemuk dengan bentuk frasa. Jika unsur-unsur pembentuk konstruksi tersebut berupa bentuk tunggal, maka konstruksi itu adalah kata majemuk. Jika unsur-unsur pembentuk konstruksi tersebut berupa bentuk kompleks, maka konstruksi tersebut adalah frasa. Perhatikan konstruksi berikut ini:
kelompok A
tulang punggung
cuci muka
gosok gigi
kelompok B
bertulang punggung
mencuci muka
menggosok gigi
Berdasarkan tinjauan di atas dapat disebut bahwa kelompok A adalah kata majemuk dan kelompok B adalah frasa.
Post a Comment