Thursday, January 7, 2021

KERAGAMAN BUDAYA BALI

 Oleh:

Ailsa Ardelia

Universitas Pamulang

Sumber Gambar : Koleksi pribadi Gusti Kadek Ayu

Dalam penulisan artikel ini, saya menyampaikan bahwasannya saya bukanlah orang Bali asli. Saya mengangkat pembahasan ini dikarenakan ketertarikan saya dengan ragam budaya lokal di Bali yang masih kental dan menyatu dengan kehidupan masyarakat pada jaman sekarang. Semua dalam penulisan ini berdasarkan sumber sumber dan referensi tertentu yang akan saya lampirkan diakhir nanti.

Saya memiliki teman di media sosial yang berasal Dari Bali bernama Nia, dan adik kelas saya saat SMA, Gusti Kadek Ayu. Jadi saya mengetahui tentang Bali dari mereka. Nia pernah mengatakan, bahwa, "setiap hari kamis orang orang di bali akan mengenakan pakaian adat mereka". Hal ini bertujuan untuk melestarikan budayanya, beribadah, dan mengikuti kegiatan Tari daerah Bali. Jujur saya kagum dengan mereka karena memiliki kesadaran dan keinginan untuk  terus menjaga kebudayaan Bali. Seperti yang kita ketahui Bali adalah salah satu daerah yang yang memiliki banyak keragaman kebudayaan lokal dan tradisi unik, Bali menjadikan budaya sebagai nilai tambah untuk menarik turis asing datang ke Bali. Bali memiliki sejumlah budaya yang terjaga baik sampai sekarang ini, diantaranya rumah adat, pakaian adat, kesenian, tradisi, bahasa daerah, lagu daerah, senjata tradisional, organisasi sosial dan kemasyarakatan, makanan khas, permainan, pertanian termasuk juga dengan kepercayaan beragama dengan berbagai jenis prosesi upacara dalam perayaan tersebut.

Selanjutnya, saya akan menjelaskan tentang tradisi yang ada di Bali, namun harap dicatat sebelumnya. Bahwasannya tradisi bali tidak hanya seperti yang saya jelaskan. Saya hanya menjelaskan sebagian kecil dari tradisi budaya Bali diantaranya; Pertama, tradisi potong gigi (mesanggih atau metatah). Tradisi inilah yang menurut saya sangat unik, bagi masyarakat Bali yang sudah menginjak umur  dewasa ( sudah dating bulan ). Tradisi ini memiliki makna dan tujuan tertentu yaitu mengendalikan atau bermak sud untuk menghilangkan 6 sifat buruk (sad ripu), kama (hawa nafsu yang tidak dapat dikendalikan), loba (Ketamakan, selalu ingin mendapatkan sesuatu yang lebih ), mada (mabuk yang membawa kegelapan fikiran), moha (kebingungan dan kurang dapat berkonsentrasi sehingga tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik dan sempurna), krodha (marah yang melampaui batas dan tidak dapat dikendalikan sama sekali), matsarya (iri hati atau dengki yang dapat mengakibatkan permusuhan sesama).
Kedua, Ngaben. Istilah ini pasti sering kita mendengarnya atau bahkan mengetahuinya. Ngaben adalah sebuah upacara pembakaran jasad yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali. Teman saya menjelaskan, bahwa upacara ini dimaksudkan untuk mengembalikan pancamahabhuta (5 unsur yang membentuk badan kasar manusia) ke asalnya masing masing atau bisa disebut sebagai bentuk cara mempercepat roh bersatu dengan tuhan, jadi yang dari tanah kembali ke tanah, yang dari air kembali ke air, sementara atman atau roh kembali kepada tuhan. Untuk lebih mudah di ingat, ngaben sebagai pelebur jiwa menuju nirwana.
Ketiga, perayaan hari raya. Mayoritas agama dari penduduk Bali menganut agama Hindu. Setiap tahunnya mereka mengadakan hari rayanya, setau saya ada banyak hari raya yang dilakukan seperti Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon, Tumpek, Galungan, dan Kuningan. Selain itu adapula hari raya Nyepi. Hari raya ini adalah tahun baru Saka, nyepi jatuh pada hitungan tilem kesanga (penanggalan Bali) pelaksanaan Catur brata penyepian. Seusai dari namanya ada 4 ketentuan yang harus di patuhi, yaitu amati geni (dilarang menyalakan api), amati karya (dilarang bekerja), amati lelelungan (dilarang- bepergian), amati lelanguan (dilarang bersenang-senang). Lalu apa yang mereka lakukan sepanjang hari? Mereka melakukan sembahyang sambil perenungan diri atas kesalahan yang selama ini dilakukan. Tujuannya untuk memohon supaya Bhuana Alit (dunia kecil/manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta disucikan). Dalam pelaksanaan perayaan upacara Nyepi terdapat banyak sekali rangkaiannya dan memiliki makna disetiap sesinya. Jujur saya tidak begitu mengetahui apa saja rangkaiannya tapi yang saya tahu salah satunya adalah pengarakan ogoh ogoh. Banyak sekali hari raya dan semuanya diatur berdasarkan penanggalan Bali. Saya sebagai bukan orang Bali asli masih tidak mengerti dengan sistem tersebut. 
Keempat, suku tertua di Bali. Suku tertua di Bali adalah Bali Aga, yang masih sangat menjaga tradisi asli. Keberadaannya diperkirakan sudah ada sejak abad ke-11. Contoh daerahnya, Tenganan pegringsingan yang memiliki keunikan yang sedikit berbeda dari Bali pada umumnya. Dahulu mereka adalah orang orang dari kaum Prajurit. Dewa tertinggi nya adalah Dewa Indra, dan mereka tidak mengenal kasta. Sistem Kasta diambil berdasarkan garis darah keturunan, dan semuanya dilihat dari pekerjaan nenek moyangnya dahulu. Jenis kasta “caturwangsa/caturwarna” terdiri 4 Brahmana (pemuka agama), Ksatria (orang pekerja di pemerinatahan), Weisya , Sudra ( buruh ). Disetiap kastanya akan memiliki nama tertentu, contohnya pada kasta ksatria ada Anak Agung, Gusti, Dewa Ayu. 
Dalam usaha pelestarian budayanya, orang orang Bali terbiasa membawa anak-anaknya pergi ke sanggar tari. Mempelajari,dan memaknai jadi tidak heran banyak anak anak diusia muda di bali dapat menarikan tarian daerahnya dengan sangat baik. Contohnya, tari kecak yang menceritakan kisah Ramayana, dan tari pendet adalah tarian sembahan di pura, tempat ibadah umat hindu sebagai bentuk penyambutan. 
Mari kita beralih ke kuliner, siapa yang tidak tahu dengan makanan lezat yaitu ayam betutu, bahkan dimana saja kita kini dapat mudah menemukannya saking terkenalnya. Ada juga babi guling, sate lilit, lawar (campuran daging dan sayuran dengan bumbu khusus), dan juga masih banyak yang lainnya. Yang tentunya enak dan wajib untuk dicoba.
Jadilah itulah diatas beberapa pengertian. Penjelasan serta contoh keberagaman budaya di Indonesia contoh nya dari daerah Bali. Semua itu belumlah semuanya dituliskan masih banyak lagi tentang tarian Bali dan tradisinya namun saya hanya menuliskannya beberapa. Karena tidak akan ada habisnya dan akan menjadi pembahasannya yang sangat panjang. Saya tidak bisa memastikan 100% kebenaran dan kepastiannya, jadi mohon maaf jika ada salah informasi yang saya berikan. Contoh yang bisa ambil dari masyarakat Bali adalah rasa keinginan untuk melindungi, menjaga, melestarikan budaya local supaya tidak punah maupun hilang ditelan perkembangan zaman. Jadi tidak heran jika banyak yang takjub dan pergi berkunjung ke Bali untuk menghabiskan waktu berlibur.

Sumber Rujukan:
1. Hasil Wawancara dengan Gusti Ayu Kadek Widiani dan Putu Mas Anandania Pradnya Paramita.
2. Youtube CNN Indonesia, https://youtu.be/2LY750vcTyA diaksese 5 Januari 2021


Post a Comment

avatar
Admin Purwarupalingua Online
Welcome to Purwarupalingua theme
Chat with WhatsApp