Monday, November 16, 2020

Problem Based Learning (PBL)

                                                    PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Oleh:

LIANDA 

Mahasiswa Program Magister Pendidikan Sejarah 

Universitas Sebelas Maret 

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar Individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat mengamati dan memahami sesuatu (Sudjana, 1989: 28). 

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua pelaku yaitu guru dan siswa.Perilaku guru mengajar dan perilaku siswa belajar.Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran.Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan.

Hubungan antara guru, siswa, dan bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks.Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang yaitu, tujuan pembelajaran, materi, strategi belajar mengajar dan evaluasi. Masing-masing komponen tersebut saling terkait dan saling memengaruhi satu sama lain.

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi,tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem, atau teor-teori lain (Joyce & Weil, 1980). Biasanya mempelajari model-model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran yang menjadi pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi pembelajaran yang diharapkan.

Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau di luar kelas.Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Perkembangan pendidikan yang kian pesat menuntut guru dapat memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif terlibat dalam pengalaman belajarnya. Ivor K. Davis (2000) mengemukakan bahwa “salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah melupakan hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru”. 

Ketika keterampilan abad 21 yang meliputi 4C (Creative, Collaboratif, Critical Thinking, dan Communication) sedang digaungkan dalam Kurikulum, maka model pembelajaran berperan penting dalam menunjang tercapainya tujuan yang baik tersebut.Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan di kembangkannya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah adalah Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning di singkat PBL.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep, karakteristik, dan tujuan dari model Problem Based Learning (PBL)?

2. Bagaimana hasil belajar dari model Problem Based Learning (PBL)?

3. Bagaimana langkah-langkah serta fase-fase dan tindakan guru dalam model Problem Based Learning (PBL)?

4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari model Problem Based Learning (PBL)?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari permasalahan dalam penulisan makalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan konsep, karakteristik, dan tujuan dari model Problem Based Learning (PBL).

2. Mendeskripsikan hasil belajar dari model Problem Based Learning (PBL).

3. Mendeskripsikan langkah-langkah sertafase-fase dan tindakan guru dalam model Problem Based Learning (PBL).

4. Mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan dari model Problem Based Learning (PBL).

II. PEMBAHASAN

A. Konsep, Karakteristik, dan TujuanProblem Based Learning (PBL)

1. Konsep Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan berdasarkankonsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner.Jerome S. Bruner (1966) adalah seorang ahli psikologi perkembangan danahli psikologi belajar kognitif.Ia mengakui bahwa balajar adalah untukmempertahankan dan mentransformasikan informasi secara aktif. Sebagai tokohkognitivisme, ia berpendapat bahwa belajar bukanlah hanya pembentukan tingkah laku yang diperolehkarena pengulangan hubungan serta adanya reward dan reinforcement,tetapimerupakan fungsi pengalaman-pengalaman perseptual dan proses kognitif yangmencakup ingatan, retensi, lupa, pengolahan informasi, dan sebagainya (Dahalar. 1989: 97).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwaProblem Based Learning (PBL)didasarkan pada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajaradalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajarbukan sekedar menghafal sejumlah fakta tetapi suatu proses interaksi secarasadar antara individu dan lingkungannya. Melalui Problem Based Learning(PBL ), diharapkan siswa dapat berkembang di berbagai aspek baik kognitif,afektif maupun psikomotor melalui penghayatan problema yang dihadapinya.

Yang dimaksud dengan “masalah” dalam modelProblem BasedLearning (PBL) sebagaimana dijelaskan oleh Stephen B. Klein:

“A problem is a situation in wich a person is motivated in reach a goal butattaiment of the goal is blocked by some obstacle or obstacles. Theperson’s task is to find a solution to the problem, that is to discover wayto overcome the obstacle” (Stephen B. Klein, 1996 : 370).

Sebuah masalah adalah situasi dimana seseorang memiliki motivasi untukmencapai sebuah tujuan tetapi proses pencapaian tujuan tersebut terhalangoleh suatu hambatan atau rintangan. Tugas seseorang tersebut adalahuntuk menemukan sebuah solusi masalah dengan menemukan jalan untukmembuka rintangan tersebut.

Wina Sanjaya (2006: 214) memberi batasan, hakekat permasalahan yangdiangkat dalam Problem Based Learning (PBL )adalah gap atau kesenjanganantara situasi nyata dengan situasi yang diharapkan, atau antara yang terjadidengan harapan. Kesenjangan tersebut dapat dirasakan dari adanya keresahan,keluhan-keluhan, kecemasan atau kerisauan.Untuk mengetahui adanyamasalah dan kesenjangan maka pembelajaran harus awali denganpenyajiankonsep, informasi serta teori-teori yang seharusnya sehingga siswa secaramudah dituntun untuk menyandingkan dengan kondisi yang terjadi, barumuncul masalah. Dengan demikian secara keseluruhan sumber dan materipembelajaran Problem Based Learning (PBL) tidak hanya terbatas pada bukuteks saja tetapi lebih luas, yakni bisa dari media massa, narasumber serta keadaanriil masyarakat.

Menurut Wina Sanjaya kriteria pemilihan bahan pembelajaran yangakan disajikan melalui Problem Based Learning (PBL )adalah sebagaiberikut:(Wina Sanjaya, 2006 : 214)

a. Bahan pelajaran mengandung isu-isu yang mengundang konflik yang bisabersumber dari media massa, rekaman, berita maupun kondisi riilmasyarakat

b. Bahan pelajaran familier dengan siswa sehingga siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik

c. Bahan pelajaran menyangkut kepentingan atau berkaitan dengan orang banyak sehingga terasa manfaatnya

d. Bahan pelajaran mendukung kompetensi yang diajarkan atau yang termuat dalam kurikulum

e. Bahan pelajaran merangsang minat siswa sehingga tertarik untukmemecahkan masalah.

2. Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) merupakan rangkaian aktivitaspembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yangdihadapi secara ilmiah (Wina Sanjaya, 2006 : 212).Terdapat tiga karakter atau ciri utama dalam modelProblem Based Learning(PBL), yaitu sebagai berikut:

a. Merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menuntut siswa secara aktif terlibat berkomunikasi, mengembangkan daya fikir, mencari dan mengolah data serta menyusun kesimpulan dan bukan hanya sekedar mendengarkan, mencatat, atau menghafal materi pembelajaran.

b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Tanpa adanya masalah, pembelajaran tidak akan terjadi.

c. Pemecahan masalah dilakukan dengan pendekatan berfikir ilmiah. Proses berfikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya cara berfikir dilakukan dengan tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. 

3. Tujuan Model Problem Based Learning (PBL)

Dalam buku Pengajaran Berbasis Masalah karya Ibrahim (2006: 7) dijelaskan bahwa Problem Based Learning (PBL) dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual.Belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri. Selain itu, tujuan lainnya dari model Problem Based Learning(PBL)adalah agar siswa mampu mencapai kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai, diantaranya meliputi:

a. Agar siswa tidak hanya dapat mengingat materi pembelajaran tetapi dapat memahami dan menguasai materi pembelajaran secara penuh.

b. Untuk mengembangkan pola berfikir rasional siswa yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka kuasai dalam situasi baru, mengenal perbedaan antara fakta dengan pendapat, serta mengembangkan kemampuan mengambil keputusan secara obyektif.

c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah serta mengembangkan intelektual siswa.

d. Memahami hubungan antara yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupan.

B. Hasil Belajar dari Problem Based Learning (PBL)

Agus Suprijono dalam bukunya yang berjudulCooperative Learnng (2009: 72-73) menguraikan bahwa hasil  belajar  dari  Problem Based Learning (PBL)  diantaranya meliputi

1. Siswa memiliki keterampilan penyelidikan

2. Siswa  mempunyai  keterampilan  mengatasi  masalah

3. Siswa mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa, yang artinya dapat  mengarahkan diri sendiri, siswa dapat menggunakan pengalaman sebagai bahan pembelajaran, siswa akhirnya menyadari bahwa pengalaman terbangun dari pemecahan masalah atau menyelesaikan tugas sehari-hari.

4. Siswa dapat menjadi pembelajar yang  mandiri dan indipenden.

Selain yang telah dijelaskan diatas, hasil belajar dari PBL adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi. Adapun ciri-ciri dari keterampilan berfikir tingkat tinggi yakni sebagai berikut:

1. Bersifat non algoritmik, artinya jalur tindakan tidak sepenuhnya ditetapkan sebelumnya.

2. Bersifat kompleks, artinya mampu berpikir dalam berbagai perspektif atau mampu menggunakan sudut pandang.

3. Banyak solusi, artinya mampu mengemukakan dan menggunakan berbagai solusi  dengan  mempertimbangkan  keuntungan  dan  kelemahan  masing-masing.

4. Melitbatkan   banyak   kriteria,   artinya   mampu   menggunakan   berbagai kriteria.

5. Melibatkan ketidakpastian, artinya tidak semua yang berhubungan dengan tugas yang ditangani telah diketahui.

6. Melibatkan pengaturan diri proses-proses berpikir.

7. Menentukan  makna,  menemukan  struktur  dalam  sesuatu  yang  tampak tidak beraturan. 

8. Mampu mengidentifikasi pola pengetahuan.

9. Melibatkan interpretasi.

10. Membutuhkan banyak usaha.

C. Langkah-langkah serta Fase-fase dan Perilaku Guru dalam Problem Based Learning (PBL)

1. Langkah-langkah serta Fase-fase dan Perilaku Guru dalam Problem Based Learning (PBL)

Langkah-langkah implementasi pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) menurut John Dewey, terdapat enam langkah dalam pembelajaran PBL, yaitu:merumuskan masalah, menganalisi masalah, merumuskan hipotesis,mengumpulkan data, menguji hipotesis dan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah(JohnDewey, 1997: 32).

Sedangkan menurut Anita Lie (2002 : 77),merumuskan langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning (PBL ) sebagai berikut: 

1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan sarana dan alat yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih, 

2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain), 

3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah, 

4) Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan teman, 

5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

2. Fase-fase dan Perilaku Guru dalam Problem Based Learning (PBL)

Model Problem Based Learning (PBL) terdiri dari lima fase dan perilaku yang merupakan tindakan berpola. Pola ini diciptakan agar hasil pembelajaran dengan pengembangan pembelajaran dapat diwujudkan.Richard I. Arends dalam bukunya yang berjudul Learning to Teach (2012: 411), merumuskan sintak pembelajaran berbasis masalah yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Banyak para pendidik yang mempergunakan buku Arends tersebut sebagai pedoman, baik dalam penerapan maupun dalam penulisan karya ilmiah atau penelitian. Seperti yang terdapat dalam buku Cooperative Learning karya Agus Suprijono yang menguraikan sintak Arends tersebut secara lebih terperinci, yaaitu sebagai berikut: (Suprijono, 2009: 73-76)

Sumber: Buku Cooperative Learning  (Suprijono, 2009: 74)

Fase-fase dalam tabel diatas dapat dapat dijelaskan melalui uraian berikut ini:

1) Pada fase pertama, hal-hal yang perlu dielaborasi antara lain:

a. Tujuan utama pembelajaran bukan untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru tetapi untuk menginvestigasi berbagai permasalahan penting dan menjadi pembelajar mandiri.

b. Permasalahan atau pertanyaan yang diinvestigasi tidak memiliki jawaban mutlak “benar” dan sebagian besar permasalahan kompleks memiliki banyak solusi yang kadang-kadang saling bertentangan.

c. Selama fase investigasi pelajaran, peserta didik didorong untuk melontarkan pertanyaan dan mencari informasi. Guru memberikan bantuan tetapi peserta didik mestinya berusaha bekerja secara mandiri atau dengan teman-temannya.

d. Selama fase analisis dan penjelasan pelajaran, peserta didik didorong untuk mengekspresikan ide-idenya secara bebas dan terbuka.

2) Pada fase kedua, guru diharuskan untuk mengembangkan keterampilankolaborasi di antara peserta didik dan membantu mereka untuk menginvestigasi masalah secara bersama-sama. Pada tahap ini pula guru diharuskan membantupeserta didik merencanakan tugas investigative dan pelaporannya.

3) Pada fase ketiga, guru membantu peserta didik menentukan metodeinvestigasi. Penentuan tersebut didasarkan pada sifat masalah yang hendakdicari jawabnya atau dicari solusinya.

4) Pada fase keempat, penyelidikan diikuti dengan pembuatan artifak danexhibits. Artifak dapat berupa laporan tertulis, termasuk rekaman proses yangmemperlihatkan situasi yang bermasalah dan solusi yang diusulkan. Artefakdapat berupa model-model yang mencakup representasi fisik dari situasimasalah atau solusinya. SedangkanExhibit adalah pendemonstrasian atas produk hasilinvestigasi atau artefak tersebut.

5) Pada fase kelima, tugas guru adalah membantu peserta didikmenganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri danketerampilan penyelidikan yang mereka gunakan. Terpenting dalam fase inipeserta didik mempunyai keterampilan berpikir sistemik berdasarkan metodepenelitian yang mereka gunakan.

Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pembelajaran berbasis masalah harus ditandai oleh keterbukaan, keterlibatan aktif peserta didik, dan atmosfer kebebasan intelektual. Penting pula dalam pengelolaan pembelajaran berbasis masalah memperhatikan hal-hal seperti situasi multitugas yang akan berimplikasi pada jalannya proses investigasi, tingkat kecepatan yang berbeda dalam penyelesaian masalah, pekerjaan peserta didik, dan gerakan dan perilaku di luar kelas.

D. Kelebihan dan kekurangan dari model Problem Based Learning (PBL)

1. Kelebihan dari model Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL)merupakan salah satu modelpembelajaran yang memberdayakan daya fikir, kreativitas dan partisipasisiswa dalam pembelajaran.Hal ini sejalan dengan konsep belajar bahwabelajar adalah perubahan tingkahlaku. Penerapan model pembelajaranProblem Based Learning (PBL )memiliki beberapa keunggulan, yaitu:

a. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk mememukan pengetahuan baru bagi siswa.

b. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna.

c. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasefer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

d. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja tetapi juga dari upaya yang dilakukan siswa sendiri.

e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertangtungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

f. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

g. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

h. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

i. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

j. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

2. Kekurangan dari model Problem Based Learning (PBL)

Para pendidik harus memahami bahwa tidak ada satupun modelpembelajaran yang sempurna dan selalu cocok diterapkan dalam segala situasi.Demikian pula dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Sebagai suatu model pembelajaran, Problem Based Learning (PBL) di samping memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan, diantaranya:

a. Ketika peserta didik tidak mempunyai minat dan kepercayaan bahwa masalah akan sulit dipecahkan, mereka enggan untuk mencoba

b. Keberhasilan PBL memerlukan waktu yang cukup lama untuk persiapan

c. Tidak bisa digunakan di kelas-kelas yang memiliki pengetahuan dibawah atau rendah

d. Tidak semua peserta didik terampil bertanya dan menganalisis

III. PENUTUP

Problem Based Learning (PBL)didasarkan pada psikologi kognitif Bruner yang berangkat dari asumsi bahwa belajaradalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajarbukan sekedar menghafal sejumlah fakta tetapi suatu proses interaksi secarasadar antara individu dan lingkungannya. Melalui Problem Based Learning(PBL ), diharapkan siswa dapat berkembang di berbagai aspek baik kognitif,afektif maupun psikomotor melalui penghayatan problema yang dihadapinya.

PBL memiliki tiga ciri utama, yaitu merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menuntut siswa secara aktif terlibat berkomunikasi, mengembangkan daya fikir, mencari dan mengolah data, kemudian aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, serta pemecahan masalah dilakukan dengan pendekatan berfikir ilmiah.Adapun tujuan dari PBL ialah untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. Setelah melakukan kegiatan pembelajaran PBL maka diharapkan siswa akan mampu memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Dalam mengimplementasikan PBL pada pembelajaran di sekolah, para ahli merumuskan suatu langkah-langkah yang harus dilakukan. Salah satunya dikemukakan oleh John Dewey, yang mengatakan bahwa terdapat enam langkah dalam pembelajaran PBL, yaitu:merumuskan masalah, menganalisi masalah, merumuskan hipotesis,mengumpulkan data, menguji hipotesis dan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah

Tidak ada satupun model pembelajaran yang sempurna.Oleh sebabb itu PBL juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi tidak semua kegiatan pembelajaran dapat menggunakan model PBL. Namun meski demikian, PBL merupakan model pembelajaran yang sangat berguna untuk mengembangkan keterampilan siswa abad 21 yang menekankan pada C4.

IV. DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia.
Agus Suprijono, 2009, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arends, Richard I. 2012. Learning to Teach 9th ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Ibrahim, M. & Nana, S. (2000). Pengajaran Berbasis Masalah. Surabaya: Unesa University Press.
Joyce, Bruce & Marsha Weil. (1980). Models of  Teaching Fifth Edition. USA: Allyn and Bacon A Simon & Scuster Company
Klein, Stephen B. 1996. Learning- Principples and Applications. New York: McGraw-Hill, Inc.
Ratna Wilis Dahalar. 1989.Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Sudjana, Nana. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Pembelajaran. Bandung: CV  Sinar Baru
Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan.Jakarta : Kencana Prenada Media.





Post a Comment

avatar
Admin Purwarupalingua Online
Welcome to Purwarupalingua theme
Chat with WhatsApp