Kesemestaan Bahasa
Kesemestaan dalam bahasa menjelaskan sifat-sifat yang dimiliki oleh semua bahasa yang bersifat universal.
ada dua hal yang harus diperhatikan dalam kesemestaan ini.
1. Hal yang berwujud butir (substantive)
2. Hal yang berwujud formative (cara pembentukan.
Yang dimaksud dengan substantive adalah hal-hal yang berhubungan dengan butir-butir kebahasaan, misalnya berbagai jenis kata yang mutlak harus ada di dalam bahasa (kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan dan kata ganti) dan ciri-ciri fonetik (distinctive phonetic features.
Yang dimaksud dengan formative adalah cara bagaimana berbagai objek, perasaan, kegiatan dan sebagainya diwujudkan menjadi kata-kata, lambang yang berbentuk bunyi.
Beberapa Prinsip Kesemestaan Bahasa.Yang akan dikemukakan di sini antara lain ialah
A.Aturan Gramatika
1. Apakah ada prinsip yang mendasari bekerjanya gramatika yang ada. Aturan gramatika itu ada agar bahasa dapat disaji- kan menjadi tutur yang jelas dengan cara yang singkat dan lancar
2. Bagaimanakah unsur-unsur atau komponen yang memben tuk gramatika? Untuk keperluan itu, maka disediakanlah dalam bahasa itu sarana yang sifatnya lengkap, tetapi hemat. Semua bahasa, baik bahasanya puak yang primitif maupun bahasanya bangsa yang sangat modern, mempunyai sarana gramatika yang sifatnya lengkap, tetapi semuanya bekerja secara efisien. Semua komponen gramatika mempunyai fungsi gramatika tertentu yang tidak dapat dikerjakan oleh komponen gramatika lainnya. Jadi tidak ada sarana yang adanya bersifat redudant, yaitu yang fungsinya sama persis seperti unsur gramatika lainnya.
3. Apa sajakah komponen gramatika itu? Sarana gramatika itu ialah butir (kata dan atau tanpa imbuhan), organisasi (urutan), dan unsur suprasegmental.
4. Bagaimanakah cara kerja komponen gramatika itu? Ketiga sarana atau komponen gramatika itu bekerja sama bahu membahu merupakan satu sistem yang lengkap tetapi tidak berlebihan. Berkat adanya sistem itulah, maka bahasa lalu menjadi sarana komunikasi yang baik, yaitu yang dapat me nyampaikan pesan secara jelas, dengan cara yang sangat efisien.
5. Di dalam perkembangan hidupnya salah satu dari ketiga komponen itu boleh menambah perbendaharaannya demi kejelasan pesan karena pengaruh keadaan tertentu). Tetapi sebaliknya, boleh juga mengurangi perbendaharaannya kalau sekiranya kejelasan penyampaian pesan itu ternyata berlebihan.
6. Setiap perubahan yang terjadi pada salah satu dari ketiga komponen gramatika itu tentulah akan diikuti oleh perubah- an lain pada komponen lainnya. Ubah suai (realignment) semacam ini mengarah kepada prinsip kerja agar gramatika itu tetap dapat menjamin efisien kerja si bahasa. Artinya dengan adanya ubah suai semacam itu gramatika itu tetap akan dapat menjadi sarana penyampai pesan yang jelas tetapi efisien.
7. Apakah yang dimaksud dengan butir linguistik? Yang di maksud dengan butir linguistik ialah kata dan imbuhan. Semua bahasa tentu mempunyai kata. Akan tetapi ada bahasa yang tidak mempunyai imbuhan.
8. Ada berapa macamkah kata itu? Kata itu ada dua macam, yaitu kata bermakna (content words) dan kata tugas (func tion words, grammatical words). Kata bermakna mempunyai arti referensial (arti acuan) yang dapat dipastikan dengan mudah, karena ide yang dilambangi oleh kata yang ber. makna itu ada di sekitar kehidupan kita. Sebaliknya, kata tugas tidak melambangi ide yang berupa benda, kegiatan, dan sifat yang mudah dipastikan. Makna yang dilambangi biasa. nya ada sangkut pautnya dengan kejelasan tata bahasa. De ngan kata lain, kata tugas itu terlebih-lebih bertugas dalam bidang tata bahasa daripadá melambangi ide atau konsep. 9. Jenis kata yang termasuk dalam kategori kata bermakna itu apa saja? Kata bermakna ialah kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata bilangan (nu. mera!), kata ganti (pronomina), dan kata tambahan atau kata keterangan (adverbia).
10. Rasanya semua bahasa mempunyai kata bermakna semacam tersebut di atas. Mengapa begitu? Kata benda melambangi ide tentang objek yang ada dalam pikiran orang yang ada di alam sekitar. Kata kerja melambangi kegiatan atau perbuatan yang dilakukan oleh atau yang terjadi kepada objek yang dibicara kan. Kata sifat melambangi keadaan atau sifat yang melekat kepada objek yang dibicarakan. Kata bilangan melambangi jumlah atau cacah dan urutan dari objek yang dibicarakan. Kata ganti menggantikan sebutan kata benda demi kelan caran susunan kalimat. Kata adverbia melambangi keterang an atau sifat yang melekat kepada sifat atau kerja yang sudah disebutkan tadi.
11. Di dalam linguistik pembagian-pembagian itu sering menjadi kurang menentu karena adanya hal-hal yang berada di tapal batas pembagian. Adakah hal yang meragukan ini di dalam pembagian jenis kata? Ya. Dari sudut arti yang dikandung dan fungsinya di dalam gramatika, kata ganti seakan-akan berdiri di tapal batas antara kata bermakna dan kata tugas. Ia dikatakan bermakna karena memang melambangi sesuatu yang dapat dikenali di alam sekitar. Tetapi, ia juga kata tugas karena bertugas memperlancar susunan atau tata kalimat.
12. Jenis kata apa saja yang termasuk ke dalam kelas kata tugas? Kata tugas meliputi preposisi, konjungsi, dan artikel. Ke tiga kata tugas itu biasanya ada di dalam bahasa.
13. Apakah fungsi ketiga kata tugas itu? Preposisi pertama-tama bertugas menandai berbagai keterangan yang memperjelas arti atau maksud kegiatan atau keadaan yang tersebut di dalam kata kerja atau kata sifat. Konjungsi bertugas meng: gabungkan dua butir agar menjadi satu kesatuan ide. Artikel (kata sandang berfungsi menandai kata benda yang sudah atau belum dibicarakan sebelumnya.
14. Apakah ada kata tugas dari jenis lain? Ada bahasa yang mempunyai kata tugas lain di samping yang tersebut itu yang - tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Salah satu contoh dari kata tugas yang tidak universal ialah partikel atau klitika (to di dalam bahasa Inggris, dan lah, kah, pun, di dalam bahasa Melayu).
15. Mengapa sering diperlukan kata tugas tambahan? Kata tugas lain itu diperlukan karena dengan butir-butir dan komponen gramatika yang ada masih juga ada hal yang belum jelas dan memerlukan penjelasan. Mungkin aturan yang menyangkut urutan kata ternyata longgar. Mungkin juga karena sebab lain. Dengan adanya partikel atau klitika itu, maka susunan sintaksis menjadi jelas. Jadi, partikel atau klitika yang kebe. tulan ada di dalam sesuatu bahasa pun sebetulnya merupakan kata tugas, karena partikel atau klitika itu mempunyai fungai gramatika yang jelas, lagi pula arti referensialnya sukar di pastikan
16. Apakah wujud imbuhan itu? Imbuhan dapat berupa awalan (orefix), sisipan (infix), akhiran (sufix), dan gabungan antara imbuhan-imbuhan itu (confix).
17. Dari sudut tugasnya di dalam gramatika, dapat dibagi men. jadi berapa bagiankah imbuhan itu? Ada tiga macam imbuhan, imbuhan derivasional yang merubah sesuatu kata menjadi kata dalam jenis yang lain, imbuhan infleksional yang menandai jenis (kategori) dari berbagai kata, dan im buhan relasional yang tugasnya ialah menunjukkan macam hubungan antara satu jenis kata yang ada dengan jenis lain nya.
18. Mengapa tidak semua bahasa mempunyai imbuhan? Tidak semua bahasa mempunyai imbuhan, karena fungsi imbuhan sering dapat digantikan oleh butir (kata atau frasa) atau organisasi (konteks). Dalam bahasa lain, tugas sesuatu im. buhan derivasional dapat digantikan oleh akta atau frasa dan tugas imbuhan infleksional dapat digantikan oleh kata ter tentu atau susunan kalimat yang ada.
19. Sebagai rangkuman dapat dikatakan bahwa setiap butir yang ada di dalam bahasa itu tentu mempunyai fungsi di dalam gramatika. Kalau ada sesuatu butir (kata bermakna, kata tugas, partikel, imbuhan) yang tidak mempunyai fungsi gra matikal, maka ia akan ditanggalkan dari pemakaian. Butir yang dapat ditanggalkan dari pemakaian mempunyai peng ganti pada komponen gramatika lainnya (urutan kata atau unsur suprasegmental).
20. Apakah yang dimaksud dengan organisasi atau urutan? Yang dimaksud dengan organisasi atau urutan adalah urutan butir (kata, imbuhan) di dalam kalimat. Kata itu dapat berdiri di depan atau di belakang bagian kalimat yang tertentu,
21. Apakah tugas urutan kata itu selalu sama? Tidak. Fungsi urutan kara di dalam bahasa yang berbeda sering juga ber beda. Ada urutan yang menandai posisi suatu jenis kata dengan ketat, tetapi ada urutan kata yang tidak. Ketat dan tidaknya fungsi urutan kata ini sering berhubungan erat dengan keberadaan jenis kata tertentu atau pola intonasi tertentu.
22. Apa yang dimaksud dengan unsur suprasegmental? Yang dimaksud dengan unsur suprasegmental ialah tekanan (stress) nada (pitch), jeda (juncture), dan intonasi (intona. tion).
23. Apakah semua unsur suprasegmental seperti tersebut di atas dimanfaatkan oleh semua bahasa untuk menandai fungsi gramatikal? Tidak semua bahasa memanfaatkan unsur-unsur suprasegmental itu secara sama. Ada bahasa yang menggu nakan tekanan untuk menandai berbagai macam informasi, tetapi ada juga yang menggunakan partikel untuk kepenting. an itu. Seperti dikatakan di atas, besar dan kecilnya peranan unsur suprasegmental ini ditentukan oleh peranan kompo nen gramatika lainnya. Kalau unsur suprasegmental ber fungsi secara baik, mungkin fungsi urutan atau keberadaan berbagai jenis partikel kalimat tidak begitu berarti, dan sebaliknya.
B. Aturan Fonologi
24. Apakah prinsip kerja secara efisien itu juga berlaku pada subsistem linguistik yang lain: Ya. Prinsip efisiensi kerja seperti itu juga berlaku pasa subsistem fonologi. Di dalam subsistem fonologi juga ada butir, organisasi (urutan) dan unsur suprasegmental. Ketiga komponen itu bekerja sama membentuk kata.
25. Bagaimanakah penerapan prinsip ubah-suai itu di dalam subsistem fonologi? Kalau butir mempunyai peran yang penting, maka peran organisasi atau unsur suprasegmental dapat menjadi ringan. Kalau unsur suprasegmental sangat berperan, maka kedua komponen lainnya dapatlah mem punyai peran yang ringan. Demikian juga kalau organisasi berperan, maka butir dan unsur suprasegmental dapat ber peran ringan.
26. Di dalam membentuk kata-kata yang ujudnya berbeda-beda, masing-masing komponen itu menggunakan butir atau pola yang bersifat membedakan (distinctive). Butir menggunakan fonem konsonan dan vokal yang membedakan. Urutan menggunakan kebolehan pembentukan gugus konsonan dan vokal. Unsur suprasegmental menggunakan tekanan, nada, pemanjangan bunyi sebagai hal yang membedakan. Semakin banyak unsurnya yang distinctive, maka semakin kuatlah kompanen itu sebagai sarana pembentuk kata.
27. Semakin banyak komponen bunyi yang berperan, maka semakin terbukalah kesempatan guna membentuk kata yang ujudnya singkat. Sebagai misal, bahasa yang mempunyai fonem vokal dan konsonan yang banyak, maka bentuk kata di dalam bahasa itu cenderung pendek. Sebaliknya, kalau hanya ada konsonan dan vokal yang sedikit saja, maka kata kata cenderung berbentuk panjang,
28. Akan tetapi, kalau unsur suprasegmental juga bersifat mem bedakan (distinctive), maka bentuk leata-katanya pun juga cenderung pendek, walaupun jumlah konsonan dan vokal nya tidak banyak. Jadi, kalau bahasa itu menggunakan pitch sebagai pembeda kata (torial), maka bentuk kata-katanya pun cenderung pendek. Juga, kalau tekanan bersifat distinctive, maka kata-katanya pun juga dapat berbentuk pendek.
29. Sebaliknya, kalau jumlah konsonan dan vokal hanya sedikit, gugus konsonan dan diftong tidak banyak, dan unsur supra segmental juga tidak bersifat distinctive, maka kata-kata di dalam bahasa itu cenderung berbentuk panjang
C. Aturan Semantik
30. Apakah prinsip efisiensi itu juga berlaku pada subsistem semantik? Ya. Prinsip efisiensi itu juga berlaku pada sub sistem semantik. Dalam hal ini prinsip itu hanya terbatas kepada kemampuan mencapai kejelasan dengan sarana yang minimal, melainkan juga ada prinsip lain, yaitu bahwa ba hasa itu harus dapat dibangkitkan dan dipahami secara jelas dan mudah (lancar).
31. Pada segi segi perlambangan arti apa sajakah prinsip efisiensi ini berlaku? Prinsip efisiensi ini dapat kelihatan pada be berapa segi perlambangan arti: (1) pada jenis unsur bahasa yang dapat dipakai untuk melambangi arti; (2) pada panjang pendeknya lambang yang dipakai untuk melambangi arti; (3) pada jumlah lambang yang dipakai untuk melambangi arti.
32. Jenis unsur bahasa yang manakah yang dapat melambangi arti (makna)? Semua unsur bahasa dapat memancarkan arti. Ketiga komponen gramatika seperti tersebut di atas (butir, organisasi atau urutan, dan unsur suprasegmental) dapat dimanfaatkan untuk melambangi arti. Ketiga komponen itu tidak semuanya harus dipakai di dalam suatu bahasa, tetapi apabila diperlukan, mereka itu semuanya dapat dipakai seba. gai lambang yang berarti
33. Dalam hal ini perlu diingat bahwa yang dimaksud dengan arti boleh mencakup arti referensial dan arti intensional. Acuan arti referensial dapat dikenali di sekitar kehidupan kita. Arti intentional dapat dipahami sebagai maksud hati yang ingin disampaikan oleh seseorang penutur kepada orang yang diajak bercakap.
34, Butir manakah yang dapat melambangi arti (makna)? Kata dapat melambangi arti. Frasa juga dapat. Kalimat juga dapat. Wacana juga dapar. Bahkan cara mengucapkan sesuatu bunyi juga dapat.
35. Organisasi bicara yang manakah yang dapat memancarkan arti atau makna? Urutan yang runtut, yang berbalik-balik, yang mengandung elipsis (penanggalan), yang berulang ulang yang memuat alih kode (code switching) semuanya dapat memancarkan makna.
36. Lagu yang bagaimanakah yang dapat memancarkan makna Lagu bicara yang memuat berbagai tekanan, pemanjangan yang berhenti-henti, yang diucapkan dengan keras, dengan lemah lembut, dengan nada tinggi, kesemuanya dapat me mancarkan makna yang berbeda-beda.
37. Adakah hal lain lagi yang dapat mempunyai arti atau makna? Ya, ada. Bahasa sebetulnya tidaklah homogen. Di dalamnya terdapatlah berbagai variasi. Variasi itu dapat bermacam-ma. cam tergantung kepada kenyataan hidup masyarakatnya. Ada variasi yang berbentuk ragam tutur, tingkat tutur, dialek, idiolek, dan lain-lain. Variasi di dalam kenyataannya mengandung ketiga komponen gramatika di atas. Ada bu tiraya, ada organisasinya, ada juga intonasinya. Variasi-variasi ini pun ada maknanya.
38. Dalam hal arti, butir urutan dan unsur suprasegmental ini adalah satu hal penting yang perlu dicatat. Sesuai dengan prinsip efesiensi, maka setiap bentuk yang berbeda pun melambangi arti (makna) yang berbeda pula. Mungkin kecil saja perbedaan arti (makna) itu, tetapi asal saja bentuknya berbeda, maknanya pun berbeda pula. Jadi, apa yang sering dikatakan sinonita itu sebetulnya mempunyai perbedaan arti puia.
39. Mengapa bahasa itu bersifat analitis? Mengapa bahasa itu dapat dibagi-bagi sehingga menjadi rincian yang sangat de tails Untuk apakah bunyi yang keluar dari mulut manusia itu perlu diuraikan? Urai-mengurai bunyi yang keluar dari organ suara itu ternyata dapat menghasilkan rincian yang banyak sekali. Uraian kita menjadikan bahasa manusia kaya rincian. Untuk apakah rincian yang banyak itu? Untuk menjadikan bahasa itu kaya dan mudah dibentuk menjadi bentukan yang beraneka ragam. Uraian yang terkecil, seperti distinctive phonetic features, membentuk fonem. Dengan bantuan pola organisasi yang tertentu, maka fonem-fonem itu pun dapat dipakai untuk membentuk kata yang jumlahnya banyak sekali. Dengan bantuan pola organisasi tertentu, maka kata kata itu pun dapat dipakai untuk menyusun kalimat yang bentuknya bermacam-ragam. Dengan bantuan pola organ- isasi tertentu, maka kalimat-kalimat itu pun dapat dipakai untuk membentuk wacana yang bermacam-ragam.
40. Dari sudut bentuknya, bagaimanakah bahasa itu dianalisis? Bagaimanakah bunyi itu dipotong-potong? Bunyi-bunyi itu diterbitkan dan dikenali berdasarkan kebolehan organ-organ yang berfungsi memproduksinya. Karena organ suara itu pada dasarnya juga berfungsi untuk tugas kehidupan yang lain (untuk bernapas, mengunyah makanan), maka analisis bunyi-bunyi itu diwarnai oleh kebolehan alat-alat napas dan pencerna makanan itu. Kalau kita perhatikan kegiatan ma sing-masing alat yang terlihat (lidah, bibir, gigi, pita suara, rongga hidung, dan lain-lain), dapatlah dikatakan bahwa alar alat itu memang telah berfungsi secara efisien sekali.
41. Bagaimakah gambaran rincian analisis itu? Bahasa manusia dapat diuraikan menjadi kalimat, frasa, kata, suku kata, bunyi dan sampai ke uraian yang sekecil-kecilnya. Bahasa manusia mengandung bunyi yang dapat dibedakan sampai ke tingkat yang paling lembut. Bunyi yang terlembut pun dapat dikenali melalui pangkal tolak feature (raut, serat) yang dapat ditimbulkan oleh sarana bicara kita. Bunyi bahasa dibagi menjadi bunyi segmental dan suprasegmental tergantung kepada mudah dan tidaknya menganalisisnya. Yang segmental dibagi menjadi konsonan dan vokal. Yang konso- nan dibagi lagi menjadi yang plosive, fricative, africate, roll, lateral, nasal, dan semi vowel, dan seterusnya. Yang plosive (dan lain-lain) itu pun disusun berdasarkan beberapa bentuk khas (distinctive fonetic features) yang tersedia di dalam organ bahasa kita. Setiap pangkal tolak yang dapat tersedia di dalam organ bicara kita dipakailah sebagai pangkal tolak pembentukan unsur bahasa. Dengan begitu, maka bahasa itu dapat menjadi kaya. Kaya dengan bagian dan rincian.
42. Mengapa unsur-unsur bahasa itu bersifat berlapis-lapis se perti digambarkan di atas? Setiap butir merupakan bagian saja dari butir yang lebih besar dan setiap butir itu dapat dibagi lagi menjadi butir-butir yang lebih kecil. Bagaikan sebuah zat, maka zat itu adalah terdiri dari sel-sel dan ma sing-masing sel terdiri dari berbagai molekul, dan setiap molekul terdiri dari berbagai atom, dan seterusnya. Mengapa begitu? Supaya mudah disusun menjadi bentukan yang ber. beda-beda. Dengan menggantikan (substitusi) sebagian kecil saja dari suatu bentukan, maka bentukan itu akan berbeda. Kalau bentuk itu berbeda, maka artinya pun berbeda. Perbe daan ini akan mudah dikenali. Jadi, secara tidak langsung sifat binary dalam bahasa itu memudahkan sifat kreativitas di dalam bahasa memudahkan bahasa itu dipakai sebagai sarana penyampai pesan yang bermacam-macam.
43. Sekarang bagaimanakah hubungan antara bentuk lambang dan ani yang dilambanginya? Apakah setiap lambang itu melambangi satu arti? Jawabnya dapat berbentuk ya atau tidak. Satu lambang memang melambangi sebuah arti yang umum. Arti umum ini bolehlah kita sebut suatu sememe, yaitu suatu keluarga arti, suatu anggota arti. Dalam pernakai- an, setelah lambang itu dirangkaikan dalam tutur, setelah ia terjalin dengan konteksnya, maka arti khususlah yang tam: pak. Arti khusus atau arti rincian ini dapat berjumlah lebih dari satu. Satu lambang dapat memiliki ani khusus yang banyak sekali. Di dalam kamus yang baik sering kita lihat ada sebuah kata yang mempunyai lebih dari 40 arti khusus.
44. Apakah pola perlambangan seperti ini juga berlaku pada lambang-lambang lain, selain kata. Ya. Sebagai contoh, ragam tutur pun mempunyai makna khusus yang lebih dari satu. Dialek pun dapat mempunyai arti yang banyak. Penanggalan bentuk (clipsis) pun demikian juga Bentuk atau konstruksi pasif di dalam bahasa Melayu/Indonesia pun mempunyai arti yang banyak. Pemajemukan mempunyai arti rincian yang banyak.
45. Apakah sebetulnya hakikat arti umum itu? Ani umum sebetulnya ialah arti yang membedakan lambang itu dari arti lambang yang lain. Jadi, arti umum itu sifatnya kontrastif. 46. Apakah sebetulnya hakikat arti khusus atau arti rincian itu? Arti rincian ialah arti yang betul-betul tersembul pada waktu suatu tutur diucapkan. Arti rincian ini mengandung ciri-ciri pokok dari arti umum, tetapi dibuat menjadi lebih spesifik oleh konteks pemakaiannya. Maka dari itu, arti rincian ini bolehlah disebut arti kontekstual.
47. Apakah yang menentukan banyak dan sedikitnya arti khusus atau arti rincian ini? Yang menentukan ialah jumlah macam konteks yang sering menjalinnya. Semakin banyak macam konteks yang sering dikaitnya maka semakin banyaklah arti rincian itu.
48. Mengapakah kata yang sering dipakai itu biasanya mempu. nyai arti rincian yang banyak? Kata yang frekuensi pe makaiannya tinggi cenderung dapat bergandengan dengan berbagai macam konteks. Karenanya arti rinciannya pun banyak.
49. Kata-kata macam apakah yang arti rinciannya sedikit? Kata majemuk biasanya mempunyai arti yang sedikit saja. Istilah teknis (ilmu pengetahuan) juga mempunyai arti rincian yang sedikit saja.
50. Mengapa kata majemuk mempunyai arti rincian vane yang sedikit? Kata majemuk terutama yang bentuknya mendekati frasa modikatif, sebetulnya merupakan kata yang artinya telah dipersempit. Tampaknya, semakin sempit arti vang dimuat, semakin khususlah kata itu. Semakin spesifik arti kata itu, semakin sempit jugalah kemungkinan hubungan kata itu dengan bagian sintaksis lain. Dengan kata lain, semakin spesifik arti sesuatu kata, semakin sempitlah relasi konteksnya sehingga semakin sedikit jugalah arti rinciannya.
51. Mengapa istilah teknis atau istilah ilmu pengetahuan juga hanya mempunyai arti rincian yang sedikit? Istilah ilmu pengetahuan biasanya diberi arti yang sangat spesifik oleh para sarjananya. Asal saja istilah itu tidak ditarik dari peris.tilahan umum, maka seperti yang terjadi pada kata majemuk, istilah ilmu pengetahuan itu hanya mempunyai relasi kon teks yang terbatas saja. Dengan kata lain, arti rinciannya pun juga terbatas. Istilah ilmu pengetahuan yang berasal dari bahasa yang sudah diamati, seperti dari bahasa Yunani dan Latin, sangat baik untuk menghindari arti rincian yang banyak.
52. Dalam hal jumlah rincian, apakah ada perbedaan antara makna ragam tutur formal dengan ragam tutur informal? Ada. Ragam tutur formal yang biasanya ditandai oleh adanya kelengkapan komponen tutur (tidak ada atau tidak banyak penanggalan), uraian tutur yang jabar (tidak banyak alih kode dan penggunaan istilah yang berarti ganda), keruntutan penyajian tidak dibolak-balik), dan kelogisan penyajian komponen, biasanya bermakna sopan dan berjarak. Tetapi, ragam tutur informal -- yang sering ditandai adanya berbagai penanggalan, alih kode, urutan yang rancu dan tidak logis, penggunaan berbagai interjeksi, istilah sapaan, pengulangan yang tidak perlu - dapat berati bermacam-macam: santai, tidak santun, lucu, marah, bingung, akrab, tidak serius, dan sebangsanya. Oleh karena itu, percakapan atau komunikasi yang menghendaki adanya kejelasan makna selalu dijalankan di dalam ragam tutur yang formal
53. Jenis kata apa yang juga hanya mempunyai arti rincian terbatas? Jenis kata bilangan (numeral). Mungkin karena inilah maka ilmu hitung yang menggunakan angka atau bilangan itu dapat bersifat eksakta
54. Apa sebetulnya yang dimaksudkan dengan konteks? Konteks ialah kesatuan linguistik atau ekstralinguistik yang ke betulan berhubungan dengan butir linguistik yang dibicara kan. Konteks linguistik dapat berbentuk bunyi (fonem). jenis kata atau subjenis kata, jenis kalimat, jenis wacana. Konteks ekstralinguistik atau sering disebut konteks sosiolinguistik dapat berbentuk situasi percakapan, peserta percakapan (penutur, tertutur, orang ketiga yang kebetulan hadir, orang ketiga yang kebetulan diacu), tujuan bicara, topik pembicaraan, sarana komunikasi, urutan percakapan, genre, dan norma bicara.
55. Mengapa konteks itu harus mempengaruhi butir linguistik yang kebetulan diucapkan orang? Dengan kata lain, mengapa tutur itu selalu bersifat kontekstual? Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa bahasa itu terdiri dari berbagai rincian yang dapat disusun menjadi susunan yang berbagi-bagi pula. Kecuali itu, karena segala sesuatunya harus dapat disajikan dengan lancar, maka antara butir-butir yang tersusun pun tentulah ada saling pengaruh mempengaruhi sehingga apa yang terucapkan dapat keluar dengan lancar.
56. Tetapi mengapa di dalam bidang arti dan makan, konteks pun mempengaruhinya? Dengan kata lain, mengapa pelam bangan oleh bahasa itu tidak dapat berwujud satu lambang melambangi satu arti? Mengapa harus ada arti rincian yang ditentukan oleh konteks-konteks itu? Hal ini mungkin dise babkan oleh adanya kenyataan bahwa butir-butir yang dapat dihasilkan oleh alat ucap kita sebetulnya terbatas saja jum lahnya. Dibandingkan dengan berbagai pesan yang harus dipercakapkan oleh manusia, maka jumlah butir itu tertolong sedikit saja. Butir itu sarananya terbatas, sedang pesan yang harus disampaikan tidak terbatas jumlahnya. Oleh karena itu, bahasa itu haruslah bersifat kreatif. Dari alat yang sedikit tadi diciptakan berbagai pesan yang tidak terbatas jumlahnya. Sebagai akibatnya, maka suatu butir pun sering terpaksa harus melambangi berbagai arti atau makna. Makna atau arti mana yang dimaksudkan pada waktu berbicara, maka tergantunglah hal itu pada konteks.
57. Bagaimana hubungan antara arti rincian dari sesuatu butir linguistik dengan konteks? Jadi, konteks itu menyebabkan tersembulnya arti rincian itu. Di atas dikatakan bahwa satu lambang biasanya memiliki satu arti umum saja. Di dalam arti umum itu terdapatlah berbagai semantic features atau serat-serat makna. Jumlah dan macam semantic features itu bersesuaian benar dengan jumlah dan macam konteks yang biasanya digandeng oleh lambang itu di dalam tutur. Pada waktu tutur diucapkan, maka macam konteks yang kebetulan menjadi kaitan lambang atau butir itu mengait dan mencuatkan serat makan atau semantic features yang sesuai dengannya. Dengan begitu, maka konteks itulah yang menonjolkan arti lambang atau butir itu pada tutur itu. Dalam kesempatan lain, kalau kebetulan yang menjalin lambang itu ialah konteks yang berjenis lain, maka arti rincian yang muncul pun lain pula.
58. Apakah macam semantic features yang dikandung oleh se suatu kata atau sesuatu butir linguistik itu sama keadaannya dengan uraian yang ditemukan oleh para sarjana ilmu hayat atau sarjana ilmu alam pada waktu mereka menganalisis sesuatu benda yang namanya sama dengan kata itu? Tidak sama. Cara menguraikan semantic features seperti yang jalankan oleh pengikut gramatika transformasi pun tidak sesuai benar. Semantic features yang dimuat oleh kata ialah semantic features yang membedakan dengan arti kata lain yang mana pun. Maka semantic features yang dikandung itu ialah yang distinctive (membedakan) saja. Oleh karena itu, yang terutama dimuat di dalam kata itu ialah semantic features yang membedakan dengan kata-kata yang menjadi sinonimnya. Kalau jumlah distinctive semantic features yang dimuat oleh kata itu ialah sejumlah X, maka distinctive semantic features yang dimuat oleh kata itu ialah sejumlah X. Macam semantic features itu ialah yang dapat dipakai untuk membedakan arti kata itu dengan arti kata-kata sinonimnya.
59. Apakah setiap kata itu mempunyai bentuk-bentuk sinonim seperti itu? Ya. Bahkan boleh dinyatakan bahwa setiap bentuk linguistik itu mempunyai pola kesinoniman seperti itu. Dengan kata lain, setiap arti atau setiap makna itu sebetulnya dapat dilambangi oleh beberapa lambang. Jadi, kalau di atas tadi dikatakan bahwa satu lambang itu dapat memiliki arti yang banyak, maka sebaliknya arti yang satu dapat dilambangi oleh lambang yang banyak.
60. Mengapa satu arti dapat dinyatakan dalam beberapa cara?
Mengapa satu makna dapat dilambangi oleh beberapa bentukan linguistik? Salah satu sebabnya ialah demi efisiensi komunikasi seperti disebutkan di atas. Adanya bentuk alter natif yang dapat menonjolkan arti rincian tertentu kiranya akan menyingkat waktu untuk mengucapkan sesuatu makna yang khas. Kalau tidak ada bentuk alternatif yang khas ini, maka untuk mengacu kepada makna yang khas itu tentulah diperlukan cara penyampaian yang berkepanjangan. Meng apa begitu? Karena setiap feature diperlukan pelambangan sendiri. Setiap penyempitan makna diperlukan modifikator tersendiri. Kalau tidak ada istilah sinonim yang melambangi arti yang khas, maka akan diperlukanlah suatu frasa untuk melambargi arti yang khas.
61. Sekarang dari sudut pelambangan arti, apakah yang menyebabkan adanya kata dan frasa? Kata itu ialah suatu kesatuan linguistik atau lambang yang bentuknya ringkas yang dipakai untuk melambangi suatu untaian konsep atau ide. Kalau pengertian tentang untaian konsep atau ide itu dirasa belum jelas, jadi masih perlu ditegaskan, maka frasa pun dibangunnya. Paling tidak frasa yang berjenis frasa modifikasi mempunyai fungsi pelambangan seperti ini. Modifikator atau kata pensifat yang ditambahkan pada kata itu bertugas mempersempit atau mempertegas arti dari kata pokok. Frasa komplementif yang terdiri dari verba dan objek atau verba beserta keterangan-keterangannya pun bertugas seperti itu.
Jadi, kalau di dalam percakapan arti umum saja sudah cukup jelas, maka kata lah yang dipakai. Akan tetapi, kalau penam pilan kata itu saja belum cukup, masih menimbulkan keraguan, maka frasalah ditampilkan. Dengan kata lain, maka kata itu pun diberi modifikasi, diberi pensifatan, diberi keterangan tambahan. Dengan kata lain, arti dari frasa itu lebih sempit daripada arti kata.
62. Bagaimana dengan kata majemuk? Kata majemuk berada di antara kata dan frasa. Kata majemuk itu tidak sedefinitif seperti frasa, tidak sejelas frasa, tetapi masih lebih eksplisit dari kata. Karena artinya yang lebih eksplisit daripada kata, maka kata majemuk itu biasanya hanya mempunyai arti rincian yang sedikit saja. Di dalam kamus, banyak sekali kata majemuk yang mempunyai sebuah arti saja.
63. Apakah ada hubungan antara jenis-jenis semantic features yang terkandung di dalam kata dengan frasa. Ya, ada. Macam frasa yang ada di dalam bahasa sebetulnya mencerminkan adanya macam semantic features yang ada di dalam kata.
64. Jenis kata apakah yang dapat memuat serat-serat makna atau distinctive features seperti yang tertera pada frasa? Semua jenis kata yang nicmpunyai kepanjangan menjadi frasa kiranya memang dapat memuat semantic features itu di dalamnya.
65. Semantic Features apa saja yang mungkin termuat di dalam kata benda? Semantic features itu antara lain ialah:
a. fungsi (sarung vs, selendang),
b. ukuran (danau vs. laut),
c. bentuk (kursi vs. bangku),
d. pemilik (rumah vs. istana),
e. warna (rambut vs uban),
f. sifat (miang vs. bulu),
g. tempat (kumis vs, kening),
h. pekerjaan (murid vs guru),
i jantina atau jenis kelamin (ayah vs. ibu),
j. tingkat sosial (hamba vs. raja),
k. status perkawinan (gadis vs. janda),
1. tingkat umur (bayi vs. gadis),
m. bahan (soto vs. gado-gado),
n. cara pembuatan (soto vs. mi), dan lain-lain
66. Semantic features apa saja yang mungkin termuat di dalam suatu kata kerja? Ciri makna itu antara lain ialah sebagai berikut:
a. memerlukan objek atau tidak
b. memerlukan satu atau dua objek
c. siapa pelakunya
d. berapa jumlah pelakunya
e. waktu terjadinya kegiatan
f. tempat terjadinya kegiatan
g. cara kegiatan itu dilaksanakan
k. frekuensi terjadinya kegiatan
i. tujuan kegiatan
j. alat yang dipakai
k nyata dan tidaknya
l. arah tindakan
m. batas kegiatan
n. alasan kegiatan, dan sebagainya
Post a Comment