Filsafat ilmu dan filsafat bahasa
I. Pengantar
Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilainya (Mudhofir: 1996). Filsafat beranjak dari sifat dasar manusia yang selalu ingin tahu dan mempertanyakan hal-hal yang ada di sekitarnya. Berdasarkan sifat ini filsafat berusaha untuk menjawab berbagai macam pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta. Selain itu, filsafat juga mempertanyakan tujuan hidup manusia.
II. Arti Filsafat
Filsafat dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya.Hal ini disebabkan oleh bidang filsafat itu sendiri yang sangat luas sejauh masih dapat dijangkau oleh pikiran. Berikut pengertian filsafat dari berbagai sudut pandang:
1. Dari segi etimologi
Kata filsafat dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa yunani yg terdiri dari kata philos yg berarti teman dan sophia yang berarti bijaksana, maka istilah filsafat bermakna teman kebijaksanaan. Selain itu istilah filsafat juga berasal dari kata philein yang berarti mencintai dan sophos yang berarti bijaksana, sehingga istilah filsafat juga bermakna mencintai kebijaksanaan.
2. Filsafat sebagai suatu sikap
Filsafat dapat dikatakan sebagai suatu sikap terhadap kehidupan alam semesta. Esesnsi dalam filsafat adalah berpikir. Maka dari itu, seseorang akan menentukan sikap yang akan diambil dalam menghadapi persoalan yang sulit. Sikap tersebut sendiri lahir dari proses berpikir secara kritis, luas, tenang dan mendalam. Cara berpikir ini kemudian membentuk sikap dewasa, yang menyelidiki segala persoalan secara kritis, terbuka, toleran dan selalu meninjau permasalahan dari semua sudut pandang.
3.Filsafat sebagai suatu metode
Filsafat adalah metode pemikiran yang bersifat mendalam, beralasan, hati-hati dan jeli. Metode berpikir ini bersifat luas dan secara garis besar berbeda dengan metode pamikiran ilmu khusus.
4. Filsafat sebagai kelompok persoalan
Para filsuf berusaha menjawab semua pertanyaan yg ada di alam semesta seperti persoalan abadi yang selalu dihadapi manusia. Beberapa pertanyaan yang diajukan manusia telah terjawab, beberapa baru terjawab sementara dan bahkan ada yang belum terjawab sama sekali. Filsuf berusaha menjawab pertanyaan yang tidak mudah dijawab dimana pertanyaan ini akan menimbulkan pertanayaan lain yang berkaitan untuk seterusnya. Filsuf bertugas untuk memberikan penjelasan tentang jawaban dari pertanyaan tersebut dengan menggunakan alasan yang logis dan rasional.
5. Filsafat sebagai sekelompok teori atau sistem pikiran
Filsafat memunculkan pemikir-pemikir seperti Aristoteles, Plato, Socrates, Karl Marx dan lainya. Mereka mengemukakan teori atau sistem pemikiran yang menjawab persoalan-persoalan filsafati. Namun, besarnya kadar subjektifitas seorang filsuf dalam menjawab persoalan tersebut menyebabkan sulitnya menentukan teori atau sistem pemikiran yang baku.
6. Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah
Bahasa tidak luput menjadi objek kajian filsafat. Filsuf menggunakan metode analisis untuk mengkaji arti suatu istilah dan pemakaian bahasa. Beberapa filsuf berpegang teguh pada prinsip bahwa salah satu tujuan filsafat adalah menyingkirkan kekaburan-kekaburan dengan cara menjelaskan istilah atau ungkapan dan dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
7. Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh
Filsafat mengumpulkan dan menggabungkan kesimpulan-kesimpulan dari seluruh ilmu dan pengalaman manusia menjadi suatu pandangan yang tetap dengan cara direnungkan secara menyeluruh. Filsuf tidak berpandangan khusus sebagaimana ahli ilmu khusus berpikir. Dari cara berfikir komprehensif ini akan dihasilkan kesimpulan umum tentang alam semesta yang bisa diterima oleh semua manusia. Ini berbeda dengan pandangan ahli ilmu khusus yang hanya memikirkan hal-hal khusus yang hanya berkaitan dengan ilmu mereka.
III. Objek Material dan Objek Formal Filsafat
Manusia berpikir secara kritis hingga akhirnya melahirkan pengetahuan yang terus dipikirkan dan dikembangkan menjadi sebuah ilmu. Namun, tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu. Adapun syarat pengetahuan dapat dijadikan ilmu adalah memiliki dua buah objek utama, yaitu objek material dan objek formal. Objek material disebut juga gegenstand. Yang disebut dengan objek material adalah hal yang dijadikan sasaran pemikiran, baik yang konkrit maupun yang abstrak. Sedangkan objek formal adalah cara memandang atau meninjau objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakan.
IV.Hubungan Ilmu dengan Filsafat
Filsafat dapat dikatakan sebagai induk atau awal terlahirnya berbagai macam ilmu (mater scientiarum). Berpisahnya ilmu dari filsafat disebabkan oleh objek material filsafat yang terlalu umum, menyangkut seluruh kenyataan, padahal ilmu-ilmu membutuhkan objek material yang lebih khusus. Dalam perkembangannya,masing –masing ilmu khusus akhirnya memisahkan diri dari filsafat. Ilmu-ilmu khusus ini tentunya memiliki ciri dan kajian masing-masing yang kemudian menjadi garis pembatas yang tegas antara satu ilmu dan ilmu lainnya. Dalam hal ini filsafat berusaha untuk menjadi penghubung antar masing-masing ilmu. Terhadap ilmu-ilmu khusus, filsafat secara kritis menganalisis konsep-konsep dasar dan memeriksa asumsi-asumsi dari ilmu-ilmu untuk memperoleh arti dan validitasnya. Dalam hal ini, filsafat juga berusaha untuk menjadikan hasil atau penemuan dari tiap-tiap ilmu berada dalam satu pandangan hidup dan pandangan dunia yang komprehensif dan konsisten.
V. Filsafat Bahasa
Bahasa merupakan kajian yang ditelaah oleh para ahli bahasa (linguist). Namun demikian, ternyata para filsuf pun sudah telah lama menaruh minat terhadap bahasa. Kajian terhadap bahasa yang dilakukan oleh para ahli bahasa dan filsuf tentunya memiliki tujuan yang berbeda. Para ahli bahasa mempelajari bahasa untuk mendapatkan kejelasan tentang bahasa dan mencari hakikat bahasa itu sendiri, sedangkan dalam filsafat bahasa, para filsuf tidak mempelajari bahasa untuk mencari hakikat bahasa itu sendiri melainkan sebagai objek sementara untuk memperoleh kejelasan dan pemahaman tentang hakikat pengetahuan konseptual (conceptual knowledge) (Poedjosoedarmo:2001).
Para filsuf kerap kali menemukan prinsip-prinsip tentang cara kerja bahasa di dalam perjalanannya mencari hakikat conceptual knowledge melalui bahasa. Tak jarang para filsuf pun mengemukakan idenya tentang bagaimana sebaiknya bahasa itu dan bahasa yang baik itu bagaimana. Kebanyakan para filsuf juga merasa kurang puas dengan cara bahasa bekerja. Mereka meyakini bahwa bahasa dan arti seharusnya memiliki hubungan satu-satu. Satu arti seharuusnya disimboli oleh satu symbol dan satu simbol hanya memiliki satu arti. Perihal ketepatan adalah hal utama yang dikaji oleh para filsuf terhadap bahasa yang digunakan untuk mengkomunikasikan ilmu pengetahuan.
Secara garis besar, perhatian para filsuf terhadap bahasa adalah sebagai berikut:
a.Metafisika
Metafisika adalah bagian dari filsafat yang berusaha memformulasikan fakta yang paling umum dan paling luas. Dalam metafisika ini, salah satu filsufnya, Plato dalam bukunya Republik mengatakan bahwa manakala sejumlah orang menyebut kata yang sama, kita berasumsi bahwa mereka itu juga memikirkan ide yang sama.
b.Logika
Logika merupakan cabang filsafat lain yang menaruh perhatian pada bahasa. Logika merupakan studi tentang mencari kesimpulan (inference) yang sahih dari pernyataan-pernyataan (statement) yang berbentuk premis dan konklusi. Sahih atau tidaknya inferensi itu tergantung dari wujud pernyataan yang mengandung premis dan konklusi yang juga ditentukan dari cara bagaimana istilah itu disusun menjadi pernyataan.
c.Epistemologi
Epistemologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan. Epistemologi mengkaji kebenaran secara umum sebuah pengetahuan sehingga dapat ditemukan sebuah kebenaran yang bertanggung jawab.
d.Reformasi bahasa
Seiring dalam perjalanannya mencari hakikat conceptual knowledge, para filsuf tidak hanya tertarik untuk mencari hakikat bahasa dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga memperbaikinya. Filsuf berpendapat bahwa bahasa seharusnya diperbaiki karena kegiatan keilmuan para filsuf sangat tergantung pada pemakaian bahasa. Mereka juga mengeluhka beberapa kelemahan bahasa yang terwujud dalam berbagai bentuk. Bahasa dianggap kurang mampu menyampaikan atau menggambarkan kebenaran seutuhnya. Dengan kata lain, bahasa hanya mampu menggambarkan kebernaran dengan gambaran yang bengkok. Selain itu, beberapa filsuf menganggap bahwa bahsa yang digunakan selama ini bersifat samar, tidak eksplisit (tidak lugas), mengandung keraguan (ambigu), krang mandiri atau masih tergantung pada konteks (context dependent), dan sering menimbulkan salah paham. Terlepas dari pendapat-pendapat yang meragukan bahasasebagai sarana menyampaikan pengetahuan, beberapa filsuf meyakini bahwa pemakai bahasa sendiri lah yang menjadi faktor utama kesalahan penggunaan bahasa tersebut.
VI. KESIMPULAN
Filsafat,ilmu pengetahuan dan bahasa merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan satu sama lain. Filsafat, dianggap sebagai induk dari ahirnya ilmu pengetahuan yang kebenarannya disampaikan dan digambarkan melalui bahasa. Melalui bahasa itulah para filsuf memahami pengetahuan konseptual. Sahih atau tidaknya sebuah ilmu pengetahuan yang disampaikan melalui bahasa tergantung dari pemakaian bahasa itu sendiri yang hingga kini terus dikaji dan dperbaiki oleh para filsuf.
Referensi:
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 1996. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Penerbit
Liberty Yogyakarta.
Poedja, Soedarmo. 2001. Filsafat Bahasa. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Post a Comment