Thursday, September 24, 2020

Teknik Mnemonic

Telah ditemukan pula empat teknik asosiatif atau mnemonic yang dipandang ampuh, masing-masing merupakan sebuah metode klasik untuk mengoptimalkan kekuatan ingatan yang terbukti sering berhasil dan sering digunakan. Masing-masing teknik memiliki sebuah faktor yang sama, menghubungkan informasi dengan unsur-unsur mudah diingat dan imajinasi luar biasa yang sulit (bahkan tidak terlupakan. Keempat teknik tersebut yaitu:

a. Teknik loci

Teknik loci bertujuan untuk mempertajam kemampuan daya pikir atau daya ingat untuk menghubungkan satu gagasan Informasi, atau citra lain. Teknik loci menggunakan kata psikologis untuk menghubungkan apa saja yang perlu diingat kembali dengan bayangan mental tentang tempat-tempat yang telah diketahui. Citra tempat-tempat yang pernah dialami, atau minimal diketahui, akan mempercepat proses penghubungan (asosiasi) informasi. Pengasosiasian Informasi pernah diketahui dengan sesuatu yang kita kenal akan mempercepat pemanggilan kembali Informasi yang tersimpan dalam memori.

b. Kata-kata serima

Rima membuat segalanya mudah untuk diingat karena akhir Satu baris memberi petunjuk bunyi dari kata yang mengakhiri baris berikutnya, sehingga mengingatkan kita akan bunyi yang mengawali kata tersebut. Dalam karya sastra, misalnya, rima diterapkan dengan konsisten. Selain ada unsur artistik, unsur kemudahan dalam mengingat juga menjadi dasar penggunaan rima dalam karya sastra seperti puisi/sajak, dan pantun.

Contoh:

one-sun

six-sticks

lahir-mahir

five-hive

seven-heaven

rukun - dukun, dsb.

c. Akronim

Akronim adalah singkatan yang diperlakukan seperti kata. Akronim dirancang untuk memperluas kekuatan ingatan, dengan mengingatkan kita kepada huruf pertama butir penting yang kelak perlu untuk diingat, misalnya, "MADD" (Mothers Against Drunk Driving). Dalam bahasa Indonesia, penggunaan akronim sangat produktif, bahkan sebuah akronim diakronimkan lagi, sehingga membentuk akronim baru, misalnya AMD (ABRI Masuk Desa). Terbukti bahwa akronim mudah dikeluarkan kembali. Mungkin Anda telah membuktikan efektivitas penggunaan akronim dalam penyimpanan informasi.

d. Pengindeksan

Pembuatan indeks pada data memberi kekuatan bagi otak untuk melakukan tugasnya. Otak dapat memanggil hampir 100 juta bit informasi yang setara dengan 500 ensiklopedia. Namun, kesulitannya terletak pada bagaimana memanggil kembali Informasi itu dengan cepat dan mudah. Karena informasi itu tidak disimpan menurut urutannya atau secara acak, pencarian kembali informasi itu melakukan waktu lama dan melelahkan. Untuk memudahkan pencarian kembali informasi-informasi tersebut, perlu dilakukan pengindeksan yang menjadi rujukan mental. Pengindeksan itu mirip dengan pelabelan data atau Informasi (Stine, 2003). Dalam dunia perdagangan pun sistem indeks banyak diterapkan. Tujuannya adalah untuk memudahkan klasifikasi dan pengontrolan.

Dalam dunia penerbitan dan perpustakaan, misalnya, indeks memberi kemudahan bagi pengguna buku atau bacaan lainnya. Salah satu ciri buku yang baik adalah disertakannya indeks pada bagian akhir buku tersebut. Demikian juga di perpustakaan, seseorang akan lebih mudah mencari bacaan yang diperlukannya dengan melihat indeks buku tersebut.

Referensi:

Ringkasan buku:
Arifuddin, 2010. Neuropsikolinguistik. Jakarta : Rajawali Pers

Post a Comment

avatar
Admin Purwarupalingua Online
Welcome to Purwarupalingua theme
Chat with WhatsApp