Monday, September 7, 2020

Taktik-Taktik Retoris


Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan sejumlah taktik yang dapat membantu untuk mencapai sasaran dan tujuan secara efektif dalam proses komunikasi retoris. Setiap Orang dapat mempergunakan taktik taktik ini sesuai dengan situasi yang dihadapi dan tujuan yang akan dicapai

A. Taktik Afirmasi

Termasuk dalam taktik afirmasi adalah:

1) Taktik "Ya"

Menurut taktik ini, pertanyaan dirumuskan sedemikian rupa sehingga lawan bicara hanya dapat menjawab: "Ya", dan perlahan lahan menuntunnya kepada kesimpulan akhir yang jelas atau mengejutkan, yang harus diterima tanpa syarat. Jawaban "Ya" me nuntut dari lawan bicara tidak hanya persetujuan rasional, tetapi juga secara emosional yang tidak dapat dihindarkan. Ketika berhadapan dengan Euthypron, Socrates sudah mengguna kan taktik ini dengan sangat berhasil:

S: Karena keahlian memelihara kuda adalah perhatian yang tepat untuk kuda, bukan? 

E: Ya.

S: Dan bukan setiap orang mengerti anjing pemburu, kecuali si pemburu, bukan?

E: Ya.

S: Karena keahlian memburu adalah perhatian yang tepat untuk anjing pemburu, bukan

E: Ya.

S: Dan keahlian beternak sapi adalah perhatian yang tepat untuk sapi. bukan?

E: Ya, tentu.

S: Jadi, kalau begitu Euthyphro, kesalehan adalah perhatian yang tepat untuk para dewa, bukan?

E: Ya

2) Taktik Mengulang

Ini adalah gaya bahasa yang tidak hanya dikenal pada zaman antik Yunani, tetapi juga pada zaman modern. Napoleon mengatakan: Pengulangan adalah satu-satunya gaya bahasa yang benar. Senator Robert Kennedy menyebutkan di dalam pidatonya yang terkenal pada tanggal 16 Maret 1968. hanya dalam kalimat pertama enam kali pencalonannya sebagai Presiden. Gaya bahasa ini juga sangat efektif dalam dunia reklame. Dalam retorika dialogika gaya bahasa ini memiliki fungsi yang penting. Pembicara Berusaha untuk menyampaikan pikiran dan idenya secara terus-menerus dengan cara dan rumusan yang berbeda dan menarik. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa hal yang diulang mengandung ide yang positif dan benar. Gaya ini dapat menyebabkan lawan bicara menaruh perhatian kepada ide yang dianjurkan, dan berusaha mengolah ide itu, lalu merasa tertarik dengan ide itu. Pepatah bahasa Latin mengungkapkan secara tepat: "Gutta cavat lapi dem, non vi, sed saepe cadendo" (artinya, tetesan air melubangkan batu, bukan karena kekuatannya, melainkan karena sering menetes).

Contoh: 

 Orang tidak sering menunjukkan hal ini bahwa…

 Sekali lagi saya katakan, betapa penting hal ini…

 Secara khusus saya mau tekankan…

Saya mengulangi… 

Sebaliknya, gaya bahasa ini tidak boleh dipergunakan untuk menyampaikan yang palsu, yang tidak benar, karena akan membawa efek negatif: orang tidak percaya kepada pembicara.

3) Taktik Sugesti

Taktik ini bermaksud mempermudah lawan bicara untuk menyetujui pikiran, anjuran dan hasil pertimbangan kita.

Contoh:

 Inilah yang paling tepat dan cocok bagi anda. Hanya saja, anda belum memiliki dalam koleksi anda... 

Program baru ini akan memberi keuntungan kepada anda. Dalam satu tahun. pasti modal anda akan kembali... 

Saya serahkan buku petunjuk ini kepada anda. Silahkan!

4) Taktik Kebersamaan

Apabila menghadapi kesulitan dalam diskusi, sering satu him bauan untuk menumbuhkan rasa kebersamaan (perasaan "kita"), atas sukses yang diraih bersama hingga saat ini, atau himbauan tentang kerja sama yang efektif sampai sant ini, dapat membantu untuk keluar dari jalan buntu.

Contoh: Pikirkan segala kerja sama kita yang berhasil baik selama ini! Bukankah sampai saat ini kita selalu menyelesaikan segala masalah dengan cara yang baik? Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama berusaha menanggulangi masalah ini. Apa yang dapat kita lakukan?

5) Taktik Kompromi

Kompromi adalah satu taktik yang dipakai dalam situasi yang sulit untuk mencapai keseimbangan rasional.

Contoh: 

Pendapat kami tidak jauh berbeda sebagaimana diperkirakan. Menurut saya kita sependapat dalam hal ini... 

Mari kita pusatkan perhatian kita selanjutnya pada pokok ini.. 

F. Schleger mengatakan: Perbedaan pendapat justru memperkuat kesepakatan yang mumi.

6) Taktik Konsensus

Taktik ini menampilkan di depan mata pendengar rangkuman pendapat kita yang sudah disetujui dan menggerakkan hati mereka untuk menuruti pendapat kita, menyetujui perjanjian yang dibuat. menerima anjuran atau membeli hasil produksi kita.

Contoh: Coba kita lihat kembali apa yang sudah kita bicarakan. Lihat kita semua sepakat khususnya dalam mengartikan apa itu "demokrasi". Oleh karena itu kita sebenarnya sependapat bahwa. Kita setuju, bahwa... Maka dari itu marilah kita bersama-sama.

B. Taktik Defensif

Termasuk dalam taktik defensif adalah:

1) Taktik Menunda

Taktik ini dipergunakan apabila ada keberatan bahwa ceramah atau penjelasan yang dikemukakan kurang jelas atau kurang me ngandung argumentasi yang kuat. Pembicara dapat secara taktis menunda penjelasan pada kesempatan berikut.

Contoh: Saya akan menanggapi pertanyaan anda. Tetapi pada kesempatan ini rasanya tidak cukup waktu untuk menanggapi pertanyaan anda. Dalam ceramah berikut saya baru akan memberikan tanggapan mengenai pertanyaan ini.

2) Taktik Mengelak

Dapat terjadi bahwa pikiran atau pendapat pembicara diragukan. Pembicara menghadapi kesulitan untuk menjelaskan posisinya. Dalam kesempitan dan kesulitan seperti ini, pembicara menyebutkan kutipan atau ucapan seorang ahli sehingga lawan bicara dapat dikonfrontasikan langsung dengan pendapat ahli tersebut.

Contoh: Andrew Code mengatakan: "Di dalam silogisme, saya hanya menemukan apa yang sebelumnya saya siratkan". Perdana Menteri X beberapa saat lalu mengatakan hal yang sama. Albert Einstein pernah menegaskan bahwa.. Coba anda baca tentang hal tersebut dalam prospek ini.

3) Taktik "Ya. tetapi"

Menurut taktik ini, kita menghargai dan menyetujui pendapat lawan bicara, tetapi aplikasinya disesuaikan dengan pendapat kita. Ini adalah satu cara untuk menyimpang secara halus dari titik tolak lawan bicara.

Contoh: Saya dapat memahami secara jelas pendapat anda, tetapi. Sampai pada tingkat tertentu anda benar, hanya… 

Saya setuju sekali dengan pendapat anda, hanya saja orang tidak boleh mengabaikan, bahwa…

Saya mengerti baik sekali kecemasan anda. Tetapi harus disadari juga bahwa dengan itu orang lupa akan…

4) Taktik Mengangkat

Untuk memperoleh persetujuan peserta atas pendapat kita, kita mengangkat dan menghormati pendapat yang berbeda dari lawan bicara. Dengan itu dia dapat lebih baik belajar menghargai pendapat kita.

Contoh: Saudara-saudara, saya tahu bahwa beberapa di antara anda memiliki pendapat yang berbeda dari pendapat saya. Saya menghormati pendapat anda. Tetapi coba anda pahami juga pendapat saya. Coba anda menempatkan diri ke dalam situasi saya. Mungkin anda akan ditindak sama seperti saya!

5) Taktik Berterima Kasih

Orang datang kepada kita dengan banyak kesulitan yang membebani. Kita Mengucapkan terima kasih kepadanya atas informasi itu, meskipun tidak menyenangkan kita, tetapi justru dengan itu mereka dibebaskan dari tekanan emosional.

Contoh: Saya berterima kasih karena anda mau menyampaikan kesulitan anda secara terus terang. Memang tugas kami untuk membantu anda. Saya mengucapkan terima kasih karena dengan begitu kami menyadari kesalahan ini, dan kami terbantu untuk menolong banyak orang lain.

6)  Taktik Merelativasi

Taktik ini menempatkan keberatan lawan bicara ke dalam konteks dan relasi, sehingga dengan itu pendapatnya menjadi relatif (sambil berhati-hati bahwa sebaliknya pendapat sendiri dapat di relativasi).

Contoh: Bukankah segala sesuatu harus dipandang secara relatif? Apa artinya mahal? Bukankah sering terjadi bahwa barang yang paling murah justru sebenarnya yang paling mahal?

Bukankah pengertian sukar dimengerti secara relatif? Nietzsche mengatakan, "Kalimat 'Semuanya adalah interpretasi' sebenarnya adalah interpretasi."

7) Taktik Menguraikan

Apabila lawan bicara menyampaikan seonggok keberatan, kesulitan dan kritikan, maka kita menguraikan dan menganalisis semua beberan itu satu persatu secara teliti. sambil menunjukkan titik-titik lemahnya.

Contoh: Coba kita teliti katalog keberatan anda satu demi satu. Mari kita lihat bersama-sama di mana ada titik lemah. Mungkin saya dapat membantu. Apakah mungkin anda melihat pokok ini terlalu dramatis? Di sini dapat muncul salah pengertian yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

8) Taktik Membiarkan

Taktik ini membiarkan lawan bicara menyampaikan maksud dan pikiran, sementara kita mendengarkan dengan penuh perhatian. tanpa memberikan reaksi. Yang penting ialah tidak menghalangi pembicaraannya, kecuali ada pertanyaan. Sesudah selesai, kita menjelaskan sambil memberikan tanggapan yang bertentangan dengan pendapatnya

Contoh: 

Bolehkah saya merangkum pembicaraan anda? 

Anda berpendapat bahwa. Apa saya tidak keliru?

Anda yakin bahwa. Dalam hal ini saya punya pendapat lain.. Dan saya mohon untuk dipertimbangkan lagi.

C. Taktik Ofensif

Yang termasuk dalam taktik ofensif adalah:

1) Taktik Antisipasi

Sementara lawan bicara menyampaikan pendapat, kita sudah mengantisipasi kelemahannya. Sesudah itu kita langsung menjatuhkan pendapatnya dengan mengemukakan argumentasi kontra.

Contoh: 

Barangkali anda akan menyampaikan keberatan bahwa. Pasti anda mau bertanya kepada saya entah. Pikiran sebaliknya adalah bahwa... 

Oleh karena itu jawabannya adalah bahwa.

2) Taktik Mengagetkan

 Lawan bicara menantang dengan satu pernyataan negatif. Kita mengejutkan dia dengan satu jawaban balik dari sudut pandangan yang tak diduganya Jawaban balik ini dapat bersifat paradoks untuk menghilangkan keseimbangan dalam dirinya dan untuk dapat mengarahkan dia

Contoh: 

Oleh karena itu saya menasihati anda supaya. Justru karena itulah...

Maka dari itu saya menganjurkan kepada anda... 

Keberatan ini memang sudah lama saya nantikan. Sebagaimana saya, anda mengerti bahwa... Bahkan anda mengerti lebih baik daripada saya bahwa.

3) Taktik Melebih-lebihkan

Lewat taktik ini orang secara sadar melebih-lebihkan pernyataan lawan bicara (pernyataan ekstrem) untuk mempengaruhi lawan bicara atau supaya dia menarik kembali pernyataannya.

Contoh: 

Dengan itu anda ingin mengatakan bahwa semua pejabat itu koruptor?

Tidak, saya tidak bermaksud begitu…

4) Taktik Memotong

Taktik ini dipergunakan untuk mengontrol pembicara yang berbicara terlalu banyak. Pembicaraannya dipotong dengan tiba-tiba dengan alasan untuk menyampaikan sesuatu yang penting.

Contoh: 

Bolehkah saya menyampaikan sesuatu yang penting secara singkat? 

Sabar, boleh saya jawab sebentar?

Coba beri kesempatan kepada Tuan X untuk mengungkapkan pendapatnya atas apa yang baru anda katakan! 

Saya tidak mau memotong pembicaraan anda, tetapi hanya mau berbicara sedikit.

D. Taktik Negasi

Termasuk dalam taktik negasi adalah:

1) Taktik "tidak"

Taktik ini menyangkal pendapat lawan bicara secara langsung, karena menuntut penjelasan yang tuntas. Di lain pihak cara ini dapat menciptakan permusuhan, karena melukai lawan bicara. Oleh karena itu sebaiknya mengemukakan pertanyaan-pertanyaan retoris.

Contoh: Bukan, itu tidak benar!

Bukan, tentang hal ini saya tahu lebih baik! 

Helmut Schmidt dalam suatu interview menjawab kepada Reporter Rohlinger sebagai berikut:

Itu satu pernyataan yang bodoh, tetapi saya tidak berkeberatan, andaikan anda…

Untuk menghindarkan perasaan tersinggung pada lawan bicara, dapat dipergunakan rumusan-rumusan yang lebih moderat seperti di bawah ini:

Jangan katakan: Anda bohong! Lebih baik: Apakah anda sungguh-sungguh mengatakan yang benar? Atau, jangan katakan: Anda tidak membaca keterangan yang dilampirkan! Lebih baik mengatakan: Apakah anda sudah membaca keterangan-keterangan yang dilampirkan? Dengan cara ini, tak seorang pun merasa diremehkan atau terluka, tetapi setiap orang yang mendengar, tahu apa yang sebenarnya di maksudkan.

2) Taktik Kontradiksi

Taktik ini mengemukakan pernyataan kontradiktoris (pertentangan secara esensial) atas apa yang dikatakan lawan bicara.

Contoh: Meskipun keberatan anda itu benar, tetapi tidak membuktikan apa-apa! (Maksudnya, apa yang dikatakan tidak benar.) Itu tidak pernah terjadi. tetapi anda terlalu melebih-lebihkan! (Membuktikan bahwa lawan bicara melebih-lebihkan masalah.).

Referensi: 

Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika: Terampil Berpidato, Berdiskusi, Beragumentasi, Bernegoisasi. Yogyakarta : Kanisius

Post a Comment

avatar
Admin Purwarupalingua Online
Welcome to Purwarupalingua theme
Chat with WhatsApp