Thursday, September 10, 2020

Konsep - Konsep Dasar Dalam Morfologi

A. Pengertian Morfologi

Pengertian morfologi telah banyak dibicarakan oleh para linguis Berikut akan dikemukakan beberapa di antaranya Menurut Crystal (1980:232-233), morfologi adalah cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya melalui penggunaan morfem. Morfologi pada umumnya dibagi ke dalam dua bidang: yakni telaah infleksi (inflectional morphology), dan telaah pembentukan kata (lexical or derivational morphology). 

Apabila penekanan pada teknik menganalisis kata menjadi morfem, khususnya seperti dipraktikkan oleh para linguis strukturalis Amerika pada tahun 1940 dan 1950, maka istilah morfemik dipakai. Analisis morfemik dalam pengertian ini adalah bagian dari telaah linguistik sinkronis; analisis morfologis adalah istilah yang lebih umum yang juga diterapkan terhadap telaah historis. Analisis morfologis dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Satu pendekatan adalah membuat telah distribusional morfem dan varian morfemis yang muncul dalam kata (analisis susunan morfotaktis), seperti dalam model pemerian item and arrangement, yaitu suatu model pemerian yang mengandung kata sebagai tugas linear (arrangement) morf-morf (items), misalnya The boy kicked the ball. 

Pendekatan lain menetapkan atau membangun proses-proses atau operasi-operasi morfologis yang melihat hubungan-hubungan antara bentuk-bentuk kata sebagai satu hubungan pergantian, seperti dalam model item and process yaitu suatu model pemerian yang memandang hubungan antara kata-kata sebagai proses derivasi, misalnya item took diturunkan dari item take melalui proses perubahan vokal. Dalam linguistik generatif, morfologi dan sintaksis tidak dilihat sebagai dua tingkat yang terpisah; kaidah-kaidah dari tata bahasa berlaku bagi struktur kata, seperti halnya terhadap frasa dan kalimat, dan konsep- konsep morfologis hanya muncul sebagai titik di mana output komponen sintaksis harus diberikan representasi fonologis melalui kaidah-kaidah morfofonologis.

Menurut Bauer (1983:33), morfologi membahas struktur intemal bentuk kata. Dalam morfologi, analis membagi bentuk kata ke dalam formatif komponennya (yang kebanyakan merupakan morf yang berwujud akar kata atau afiks), dan berusaha untuk menjelaskan kemunculan setiap formatif. Morfologi dapat dibagi ke dalam dua cabang utama, yaitu morfologi infleksional dan pembentukan kata yang disebut morfologi leksikal. Morfologi infleksional membahas berbagai bentuk leksem, sedang pembentukan kata membahas leksem-leksem baru dari basis tertentu. Pembentukan kata dapat dibagi ke dalam derivasi dan pemajemukan (komposisi). Derivasi berurusan dengan pembentukan leksem baru melalui afiksasi, sedang pemajemukan berurusan dengan pembentukan leksem baru dari dua atau lebih stem potensial. Derivasi kadang-kadang juga dibagi ke dalam derivasi mempertahankan kelas (class-maintaining derivation) dan derivasi perubahan kelas (class-changing derivation). Derivasi mempertahankan kelas adalah derivasi Leksem baru yang sama kelasnya dengan basis asal leksem itu dibentuk, sedang derivasi perubahan kelas menghasilkan leksem yang berbeda kelasnya dengan basisnya. Pemajemukan biasanya dibagi menurut kelas dari kata majemuk yang dihasilkan ke dalam nomina majemuk, adjektiva majemuk, dan sebagainya. Pemajemukan juga dapat dibag lebih lanjut menurut kriteria semantik ke dalam kata majemuk eksosentris, kata majemuk endosentris, kata majemuk aposisional.

Menurut Rusmadji (1993:2), morfologi mencakup kata, bagian bagiannya, dan prosesnya. Menurut O'Grady dan Dobrovolsky (1989:89-90), morfologi adalah komponen tata bahasa generatif transformasional (TGT) yang membicarakan tentang struktur internal kata, khususnya kata kompleks. Selanjutnya, mereka membedakan antara teori morfologi umum yang berlaku bagi semua bahasa dengan morfologi khusus yang hanya berlaku bahasa tertentu. Teori morfologi umum berurusan dengan pembahasan secara tepat mengenai jenis-jenis kaidah morfologi yang dapat ditemukan dalam bahasa-bahasa ilmiah. Di pihak lain, morfologi khusus merupakan seperangkat kaidah yang mempunyai fungsi ganda. Pertama, kaidah kaidah ini berurusan dengan pembentukan kata baru. Kedua, kaidah kaidah ini mewakili pengetahuan penutur asli yang tidak disadari tentang struktur internal kata yang sudah ada dalam bahasanya.

B. Kata, Bentuk Kata, dan Leksem

Menurut Crystal (1980 : 383 - 385), kata adalah satuan ujaran yang mempunyai pengenalan intuitif universal oleh penutur asli, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulisan. Namun ada beberapa kesulitan untuk sampai kepada pemakaian yang konsisten dari istilah itu dalam kaitannya dengan kategori-kategori lain dari pemerian linguistik dan dalam pertandingan bahasa-bahasa yang mempunyai tipe struktural yang berbeda. Masalah ini terutama berhubungan dengan identifikasi dan definisi kata. Masalah ini mencakup baik ketentuan-ketentuan mengenai batas kata maupun mengenai status. Definisi kata yang umum sebagai satuan makna atau gagasan tidak membantu karena kesamaran konsep. Akibatnya, dibuat beberapa perbedaan teoretis.

Tiga makna utama kata biasanya dibedakan:

1. Kata adalah satuan yang dapat didefinisikan secara fisik yang dijumpai dalam suatu rentang tulisan (yang dibatasi oleh spasi) atau bicara (dimana identifikasi lebih sulit lagi, tetapi mungkin ada petunjuk-petunjuk fonologis untuk mengidentifikasi batas-batas, seperti kesenyapan atau ciri-ciri jeda). Kata dalam makna ini dirujuk sebagai kata ortografis (untuk tulisan) atau kata fonologis (untuk bicara). Istilah netral yang sering digunakan bagi keduanya adalah bentuk kata (world form);

 2. Ada suatu makna yang lebih abstrak, yang merujuk kepada faktor umum yang mendasari himpunan bentuk yang sama, seperti walk, walks, walking walked Satuan kata mendasar itu sering dirujuk  sebagai suatu leksem. Leksem adalah satuan kosakata yang didaftarkan dalam kamus;

3. Hal ini mengharuskan penetapan bagi suatu satuan yang abstrak untuk memperhatikan bagaimana kata-kata beroperasi dalam tata bahasa suatu bahasa dan kala, tanpa modifikasi, biasanya disiapkan untuk peran ini. Kata adalah suatu satuan gramatikal dari jenis teoretis yang sama seperti morfem dan kalimat Dalam model analisis hierarkis, kalimat (klausa dan sebagainya Terdiri atas kata, dan kata terdiri atas morfem.


Beberapa kriteria telah disarankan bagi identifikasi kata dalam bicara. Kriteria pertama adalah bahwa kata merupakan satuan linguistik yang paling stabil dibanding dengan semua satuan linguistik lainnya. dalam kaitannya dengan struktur internalnya, yaitu bagian-bagian konstituen suatu kata kompleks mempunyai sedikit kemungkinan untuk penyusunan kembali, dibanding dengan mobilitas posisional dari konstituen-konstituen kalimat dan struktur struktur gramatikal lainnya, Kriteria kedua merujuk kepada kekohesian kata (uninterrupt ability), yaitu unsur-unsur baru (termasuk kesenyapan) yang biasanya tidak dapat disisipkan ke dalamnya dalam bicara normal; berdasarkan kontras, kesenyapan biasanya hadir pada batas-batas kata. Suatu kriteria yang telah mempengaruhi pandangan para linguis tentang kata sejak pertama kali disarankan oleh Leonard Bloomfield adalah definisi kata sebagai suatu bentuk bebas minimum, yaitu satuan terkecil yang dapat membentuk suatu ujaran lengkap. Atas dasar ini, possibility adalah kata, begitu pula possible, tetapi -itu bukan kata. Tidak semua satuan yang menyerupai kata memenuhi kriteria ini.

Kridalaksana (1982:98) mendefinisikan leksem sebagai berikut: 

1. Satuan leksikal dasar yang abstrak yang mendasari pelbagai bentuk inflektif suatu kata. Contoh: sleep, sleeps, slept, sleeping adalah bentuk-bentuk dari leksem sleep.

2. Kata atau frasa yang merupakan satuan bermakna; satuan terkecil dari leksikon 

O'Grady dan Dobrovolsky (1989:91) menyatakan bahwa definisi kata yang paling umum diterima oleh para linguis adalah bahwa kata merupakan satu bentuk bebas yang terkecil, yaitu suatu unsur yang dapat muncul tersendiri dalam berbagai posisi dalam kalimat Lebih lanjut mereka (1989-89) membagi semua kata dalam suatu bahasa ke dalam dua kategori utama, yaitu, (1) kategori kata tertutup (clased categories), yang mencakup kata-kata fungsi, dan (2) kategori kata terbuka (open categories), yang meliputi kategori-kategori leksikal mayor, seperti nomina (N). verba (V), adjektiva (Adj), dan adverb (Adv). Kepada kategori-kategori leksikal mayor inilah kata-kata baru dapat ditambahkan. Karena masalah utama morfologi adalah bagaimana orang membentuk dan memahami kata yang mereka belum pernah ditemukan sebelumnya, maka morfologi hanya berurusan dengan kategori-kategori leksikal mayor.

Setiap kata yang menjadi anggota suatu kategori leksikal mayor disebut butir leksikal (lexical item), yang merupakan entri dalam Leksikon. Entri untuk setiap butir leksikal akan mencakup pengucapannya (fonologi), informasi tentang maknanya (semantik), termasuk kategori leksikal apa dan dalam lingkungan sintaksis mana kata itu dapat muncul (subkategorisasi)

Selanjutnya, ditinjau dari segi bentuknya, terdapat dua jenis kata dalam bahasa manusia, yaitu. (1) kata sederhana (simple words) dan (2) kata kompleks (complex words). Kata sederhana adalah kata yang tidak dapat diuraikan menjadi satuan-satuan bermakna yang lebih kecil sedang kata kompleks adalah kata yang dapat diuraikan menjadi bagian-bagian konstituen yang menyatakan suatu makna yang dapat dikenal.

Referensi:

Ba'dulu, Abdul Muis dan Herman. 2010. Morfosintaksis. Jakarta : Rineka Cipta


Post a Comment

avatar
Admin Purwarupalingua Online
Welcome to Purwarupalingua theme
Chat with WhatsApp