Hakikat Morfologi
Hakikat Morfologi
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan kata logos yang berarti 'ilmu'. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti 'ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata'; sedangkan di dalam kajian biologi morfologi berarti 'ilmu mengenai bentuk-bentuk sel-sel tumbuhan atau jasad jasad hidup. Memang selain bidang kajian linguistik, di dalam kajian biologi ada juga digunakan istilah morfologi. Kesamaannya, sama sama mengkaji tentang bentuk Kalau dikatakan morfologi membicarakan masalah bentuk bentuk dan pembentukan kata, maka semua satuan bentuk sebelum menjadi kata, yakni morfem dengan segala bentuk dan jenisnya, perlu dibicarakan.
Lalu, pembicaraan mengenai pembentukan kata akan melibatkan pembicaraan mengenai komponen atau unsur pembentukan kata itu, yaitu morfem, baik morfem dasar maupun morfem afiks, dengan berbagai alat proses pembentukan kata itu, yaitu afiks dalam proses pembentukan kata melalui proses afiksasi, duplikasi ataupun pengulangan dalam proses pembentukan kata melalui proses reduplikasi, penggabungan dalam proses pembentukan kata melalui proses komposisi, dan sebagainya. Jadi, ujung dari proses morfologi adalah terbentuknya kata dalam bentuk dan makna sesuai dengan keperluan dalam satu tindak pertuturan. Bila bentuk dan makna yang terbentuk dari satu proses morfologi sesuai dengan yang diperlukan dalam pertuturan, maka bentuknya dapat dikatakan berterima; tetapi jika tidak sesuai dengan yang diperlukan, maka bentuk itu dikatakan tidak berterima. Keberterimaan atau ketidakberterimaan bentuk itu dapat juga karena alasan sosial. Namun, di sini, dalam kajian morfologi, alasan sosial itu kita singkirkankan dulu; yang kita perhatikan atau pedulikan adalah alasan gramatikal semata. Alasan sosial masuk dalam kajian sosiolinguistik.
Objek Kajian Morfologi
Objek kajian morfologi adalah satuan-satuan morfologi, proses proses morfologi, dan alat-alat dalam proses morfologi itu. Satuan morfologi adalah:
1) Morfem (akar atau afiks).
2) Kata,
Lalu, proses morfologi melibatkan komponen:
1) Dasar (bentuk dasar).
2) Alat pembentuk (afiks, duplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi).
3) Makna gramatikal.
Kelima objek kajian itu akan dibicarakan pada bab atau subbab yang akan datang tetapi sebagai pegangan sementara akan dijelaskan sebagai berikut: Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang bermakna. Modern ini dapat berupa akar (dasar) dan dapat pula berupa afiks. Bedanya, akar dapat menjadi dasar dalam pembentukan kata, sedangkan afiks tidak dapat, akar memiliki makna leksikal, sedangkan afiks hanya menjadi penyebab terjadinya makna gramatikal. Kemudian kata adalah satuan gramatikal yang terjadi sebagai hasil dari proses morfologis. Dalam tataran morfologi, kata merupakan satuan terbesar dan dalam tataran sintaksis merupakan satuan terkecil. Secara bersendiri setiap kata memiliki makna leksikal dan dalam kedudukannya dalam satuan ujaran memiliki makna gramatikal. Dalam proses morfologi, dasar atau bentuk dasar merupakan bentuk yang mengalami proses morfologi. Dasar ini dapat berupa bentuk polimorfemis (bentük berimbuhan, bentuk ulang, atau bentuk gabungan). Alat pembentuk kata dapat berupa afiks dalam proses afiksasi, dapat berupa pengulangan dalam proses reduplikasi, dan berupa penggabungan dalam proses komposisi. Makna gramatikal adalah makna yang "muncul dalam proses gramatika. Makna gramatikal ini biasa didikotomikan dengan makna leksikal, yakni makna yang secara inheren dimiliki oleh sebuah leksem. Makna gramatikal ini mempunyai hubungan dengan komponen makna leksikal setiap dasar (akar).
Referensi:
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta : Rineka Cipta
Post a Comment