Thursday, September 24, 2020

Bahasa dan Memori

A. Pendahuluan

Salah satu pembeda utama antara manusia normal dan tidak normal adalah memori. Ada beberapa kata mutiara tentang pentingnya memori dalam kehidupan manusia, antara lain: "Memori adalah buku harian yang selalu kita bawa ke mana-mana" (Oscar Wilde dalam Rose and Nicoll, 2002:149) dan "Kadang-kadang dikira bahwa kita lupa akan sesuatu, padahal kenyataannya kita tidak pernah mempelajarinya dengan perhatian besar" (Anonim, dalam Rose and Nicholl, 2002:193). Untuk mengetahui secara rinci peranan memori dalam belajar dan berbahasa, berikut disajikan penjelasan lengkap yang disertai dengan beberapa hasil studi mengenai bahasa dan memori, terutama keterkaitan antara memori dengan retensi kosakata.

B. Pemanggilan Kembali Informasi

Bahasa dan memori sangat erat kaitannya. Ketika seseorang berbicara sering terjadi pengaktifan kembali informasi atau pengetahuan yang telah disimpan dalam otaknya. "Pemanggilan kembali" (recall) informasi atau stimulus adalah salah satu bentuk pengaktifan fungsi bahasa yang tersimpan dalam memori. Dengan kata lain, tidak sedikit kegiatan ujaran yang menuntut pengaktifan memori secara optimal. Apa yang diungkapkan melalui ujaran atau bahasa itu bukan merupakan penyimbolan pertama kali terhadap peristiwa yang terjadi pada saat itu dan di tempat itu. Apa yang diungkapkan itu merupakan pemunculan kembali sesuatu acuan atau tanda yang pernah diamati sebelumnya.

 Kuat dugaan bahwa pada awalnya fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk mengaktifkan memori, sehingga komunikasi sosial antarmanusia bisa berlangsung tanpa hambatan. Kalau saja segala hal yang kita hadapi dalam kehidupan ini dapat disaksikan secara langsung atau hadir di depan kita setiap saat, kita mungkint idak perlu menggunakan bahasa lisan atau ujaran, cukup hanya dengan menunjuk kepada objek yang kita maksudkan di depan mata kita. Bahasa lisan atau ujaran merupakan alat pemicu memori yang sangat fleksibel dan memancing pendengar untuk mengaktifkan memorinya dengan jalan berusaha untuk mengingat kembali peristiwa yang dialaminya di masa lalu. Dalam bahasa terkandung sebuah peran mnemonic, yaitu strategi untuk meningkatkan kapasitas dan peran memori.

Otak memiliki kemampuan menyimpan (storage) yang sangat luar biasa, yang belum pernah ada tandingannya. Dengan kemampuannya yang luar biasa itu, otak bahkan dapat menyimpan informasi dari berbagai kategori/jenis pada tempat terpisah untuk masing-masing kategori/jenis tersebut. Misalnya, nama-nama binatang disimpan dalam bagian yang berbeda dengan nama-nama orang. Kemampuan memilah-milah dan menyimpan unsur-unsur tersebut dalam daerah yang berbeda didukung oleh adanya daerah atau bagian otak yang disebut hipokampus" yang terletak di kedua hemisfer otak kanan dan kiri. Fungsi utama bagian ini adalah untuk menerima, menyaring. dan membantu memasukkan informasi itu ke dalam memori, bahkan meneruskan informasi tersebut ke bagian-bagian otak lainnya. Dengan peran seperti itu, dapat dikatakan bahwa hipo. kampus memberi kontribusi yang sangat besar dalam menyaring (filter), mempelajari asosiasi-asosiasi baru dan menentukan apa yang penting dan apa yang layak diabaikan atau ditekan. Tanpa hipokampus kita mungkin masih bisa melakukan aktivitas belajar, tetapi kita tidak bisa mengingat apa yang telah kita pelajari. Oleh karena itu, peran hipokampus dalam proses belajar sangat penting, termasuk belajar bahasa.

Lima tipe memori menurut Rose and Nicholl (2002:71);

1. Work (Kerja)

Memori kerja tergolong memori "Jangka-sangat-pendek" yang berada pada bagian korteks prefrontal dan memung. kinkan seseorang menyimpan dan mengingat beberapa hal pada saat yang sama. Memori seperti ini adalah salah satu pembeda yang sangat nyata antara kemampuan otak manusia dengan kemampuan komputer. Memori ini pula yang memungkinkan kita mengingat permulaan suatu kalimat sampai si pembicara mengakhirinya. Pada sebagian besar orang, memori kerja mulai kurang efisien setelah mencapai usia empat puluh. Jadi, jangan heran kalau ada orang dengan usia seperti ini sering lupa dengan peristiwa yang sebenarnya relatif baru dilakukannya

2. Implisit (Implisit)

Memori ini disebut juga memori "otot," yaitu memori yang tidak menuntut adanya kesadaran (otak) ketika seseorang berusaha untuk mengingat sesuatu. Hal ini berarti otak tidak berperan dalam aktivitas motorik. Perlu diingat bahwa dalam otak ada saraf yang mengendalikan atau mengatur gerakan atau aktivitas motorik manusia. Memori ini banyak terlibat dalam gerakan fisik atau keterampilan kinestetik. Sebagai contoh, seseorang yang sudah lancar mengemudikan mobil, tidak perlu lagi melibatkan aktivitas otak untuk mengingat-ingat bagaimana menjalankan kendaraan jenis itu sebab semua langkah atau gerakan fisik yang berhubungan dengan kegiatan tersebut sudah secara otomatis dilakukan oleh masing-masing anggota badan yang berperan untuk itu. Perintah langsung dari otak secara aktif tidak diperlukan lagi.

3. Remote (jarak jauh/jangka panjang) 

Seluruh informasi atau peristiwa yang pernah diketahui atau dialami seseorang tersimpan dalam memori Informasi tersebut kemungkinan besar bisa dimunculkan (diakses) kapan saja, meskipun mungkin ada juga yang sulit dipanggil kembali, tergantung kepada banyak faktor, antara lain, usia dan kompleksitas informasi. Memori ini merupakan akumulasi data atau informasi yang beragam yang pernah dialami sepanjang hidup seseorang, yang cenderung menurun seiring bertambahnya usia.

4. Episodic

Memori episodik mengacu pada memori yang berkaitan dengan peristiwa khusus yang terjadi pada suatu tempat dan waktu tertentu. Memori ini berhubungan dengan penga laman pribadi yang sangat khusus, misalnya kemampuan mengingat skor suatu pertandingan bulu tangkis, tempat kita meletakkan sesuatu, dan sebagainya. Contoh lain, yaitu kemampuan seseorang mengingat semua peristiwa, bahkan isi percakapan, yang terjadi pada sebuah pesta makan malam.

5. Semantic

Jenis memori yang lain adalah memori semantik. Memori semantik mengacu pada pengetahuan umum tanpa spesifik kasi waktu dan tempat terjadinya peristiwa Memori ini mengaktualisasikan perannya dalam mengingat kata-kata dan simbol-simbol beserta maknanya yang kemungkinan besar sulit hilang atau permanen. Meskipun memori ini memungkinkan seseorang mengingat peristiwa dalam waktu yang panjang. memori ini tidak dapat diidentikkan dengan memori jangka panjang. Memori semantik menggambarkan pengetahuan umum kita mengenai cara kerja dunia atau kebenaran umum. Misalnya, kita sepakat bahwa bumi ini bundar, pisau silet umumnya tajam, air garam asin, asam itu masam, dan sebagainya. Contoh lain yaitu kita mampu mengingat cara penulisan atau ejaan kata-kata dalam bahasa tertentu. Dalam menyimak kita pun dapat mengidentifikasi subjek dan predikat sebuah kalimat yang didengar, Kita pun dapat mengingat peristiwa atau pengalaman kita di masa kecil, meskipun kita tidak tahu persis kapan dan di mana peristiwa itu terjadi. Jadi, memori semantik merupakan memori yang sifatnya permanen, tetapi tidak berdasarkan pada waktu dan tempat terjadinya peristiwa yang dialami seseorang

Banyak ahli yang telah membuat klasifikasi memori. Yang cukup dikenal adalah Squire dan Kandel (1999) dalam Dardjowidjojo (2003) yang mengklasifikasi memori menjadi dua, yaitu:

 1) Memori deklaratif

 2) Memori non deklaratif

Memori deklaratif adalah memori yang berperan dalam memanggil (mengingat) kembali peristiwa, fakta, kata, muka (wajah), musik, atau segala hal atau peristiwa yang pernah diketahui atau dialami selama hidup seseorang. Memori deklaratif mengemban tugas penyimpanan informasi aktual dalam bentuk unit-unit kognisi seperti proposisi atau citra.

Terkait dengan itu, banyak temuan bahwa kemampuan untuk memanggil kembali didukung juga oleh kekerapan pajanan (exposure) terhadap informasi tersebut. Dengan kata ain, kemampuan mengingat hal-hal atau fakta tersebut ditentukan antara lain oleh frekuensi seseorang menemukannya dalam kehidupan sehari-hari. Latihan atau pengulangan yang lebih sering memberi peluang untuk mengingat fakta atau pengetahuan tersebut lebih kuat terpateri dalam memori dan akan lebih mudah diakses atau diingat kembali. Pentingnya pengulangan juga menjadi landasan pembelajaran bahasa. misalnya pembelajaran kosakata (vocabulary).

Bagaimanakah hubungan antara memori dan menghafal? Banyak orang menghafal bacaan (surat-surat) panjang dalam kitab suci Al-Qur'an hanya akibat keseringan mereka mendengar orang lain membacanya. Bahkan tidak sedikit orang mampu menghafal surat Yasin yang sangat panjang itu hanya dengan mengikuti kegiatan pembacaan surat tersebut, tanpa melalui tahap-tahap menghafal yang sistematis seperti yang biasa dilakukan orang. Apakah yang memungkinkan orang-orang seperti itu mampu mengingat dengan baik? Apakah kemampuan itu identik dengan memori?

Kenyataan menunjukkan bahwa ketika kita berbicara mengenai memori, kita cenderung menghubungkannya dengan usaha untuk menyimpan dan mengingat informasi. Kemampuan mengingat adalah syarat utama untuk melakukan kegiatan menghafal. Memang, berdasarkan prosesnya, ada pendapat yang membedakan antara memori dan menghafal. Secara psikologis, memori umumnya bisa dibentuk tanpa melalui usaha khusus untuk menyimpan informasi tersebut dalam memori, sedangkan hafalan memerlukan upaya untuk "memateri" informasi ke dalam memori, sehingga bilamana informasi tersebut diperlukan, maka informasi tersebut akan mudah diakses kembali. Usaha untuk menyimpan informasi tersebut dalam memori umumnya dilakukan melalui kegiatan mengulang-ulang. Kegiatan mengulang-ulang seperti itu diberhentikan setelah diyakini bahwa informasi tersebut sudah benar-benar dapat dihafal dan tersimpan dengan kuat dalam memori. Informasi yang sudah terpateri dengan kuat dalam memori umumnya mudah diakses kembali dan tidak mudah dilupakan. 

Kembali lagi kepada kapasitas atau daya ingat seseorang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya ingat atau kekuatan memori seseorang. Faktor-faktor tersebut antara lain sikap atau penilaian terhadap informasi atau pengetahuan, keterkaitan (relevansi), signifikansi (pentingnya/Kebermaknaan), keteraturan, dan tuntutan akan sebuah peran. Suatu Informasi yang berkesan dan memiliki relevansi dengan tuntutan hidup seseorang akan tersimpan sangat kuat dalam memori yang pada gilirannya akan lebih mudah dan cepat dipanggil kembali Sebagai contoh, sebuah kerusakan yang fatal dalam mesin mobil yang dialami seorang "montir" akan dapat diingat dalam jangka waktu yang lama dan kalau gejala-gejala ke arah kerusakan yang sama terjadi lagi, montir tersebut akan dapat mendeteksi kerusakan itu lebih cepat dan menanganinya dengan balk. Demikian juga fakta atau peristiwa yang penting dan bermakna bagi kehidupan dan aktivitas seseorang. Misalnya, seseorang yang berhasil menemukan cara-cara pencegahan penyakit flu burung pada kondisi merajalelanya penyakit tersebut akan dapat mengingat keberhasilannya itu dalam waktu yang tidak dapat dibatasi. Penyebabnya adalah penemuan tersebut sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama untuk mencegah timbulnya suatu penyakit. Kemudahan mengingat suatu peristiwa atau fakta juga dipengaruhi oleh keteraturan rentetan kejadiannya. Misalnya, sejumlah buku yang disimpan dalam lemari buku gan menggunakan sistem yang teratur, misalnya dengan me urut- kannya berdasarkan alfabet nama penulisnya akan lebil mudah dicari dibandingkan dengan buku-buku yang diletakkan secara sembarangan.

Selanjutnya dikatakan bahwa memori non deklaratif merupa. kan perwujudan perubahan perilaku yang timbul akibat adanya Pengalaman tertentu atau adanya stimulus yang diterima. Memori non deklaratif bersifat instingtif, tidak secara ilmiah atau permanen dimiliki seseorang. Misalnya, seekor monyet yang terbiasa diberikan makanan dengan menggunakan piring akan melompat-lompat dengan girang ketika melihat seseorang yang memegang piring mendekatinya, meskipun orang tersebut hanya memegang piring kosong. Adanya latihan yang memperkuat memori terhadap apa yang dilatihkan. Memori non deklaratif inilah yang menyebabkan anjing percobaan yang dilakukan Pavlov selalu memberikan respons sama ketika mendapatkan stimulus yang sama. Demikian juga dengan keterampilan yang diperlihatkan oleh hewan-hewan yang dilatih khusus seperti gajah dan harimau pada sebuah kelompok sirkus. Latihan yang intensif membuat hewan-hewan tersebut mengingat apa yang dilatihkan dan memahami perintah pawangnya.

Sementara itu, Penfield and Roberts (1959) membagi memori menjadi tiga jenis, yaitu: 1) memori pengalaman, 2) memori konsep, dan 3) memori kata. Secara sederhana, memori pengalaman adalah memori untuk mengingat kejadian yang dialami di masa lampau. Apa yang pernah dialami sendiri akan dapat dikeluarkan dengan baik, terutama pengalaman yang sangat berkesan. Memori konsep berperan dalam mengingat atau membangun konsep berdasarkan data atau fakta yang pernah dilihat atau diterima. Memori ini tidak hanya terbatas pada mengingat wujud objek yang pernah dilihat atau diterima. tetapi juga ada aktivitas yang lebih kompleks, yaitu melakukan asosiasi antara konsep tentang objek tersebut dengan objek yang dilihat berikutnya, misalnya, seseorang pernah melihat sapi akan langsung berkata "itu sapi" ketika di layar televisi muncul gambar sapi. Terakhir, memori kata adalah memori yang berhubungan dengan sebuah konsep yang dipahami seseorang dengan wujud fonologis atau bunyi dari konsep tersebut. Wujud fonologis tersebut menjadi acuan memori atau pemanggilan kembali.

Pengelompokan memori juga dilakukan oleh Tufling dan Lapage (2000) (dalam Dardjowidjojo, 2003) yang membagi memori menjadi dua kelompok, yaitu: 1) memori proskopik (astupic), dan 2) memori palinskopik (episodic). Kedua kelompok memori tersebut memiliki ciri masing-masing sesuai perannya. Memori proskopik berperan dalam memanfaatkan pengalaman masa lalu untuk menghadapi atau menangani kasus yang relatif sama yang muncul pada kesempatan berikutnya.

Sebagai contoh, seorang anak yang pernah "jatuh" ke dalam jurang akan sangat hati-hati kalau dia sedang berada di pinggir jarang, khawatir akan jatuh untuk kedua kalinya. Orang yang pernah bercerai kadang-kadang terlalu berhati-hati memilih pasangan hidup selanjutnya, tidak ingin peristiwa yang sama akan terulang pada masa yang akan datang. Sementara itu, memori palinskopik adalah kebalikan dari memori proskopik. Memori palinskopik tidak berorientasi pada masa lalu dan bersifat individual. Pengalaman hidup seseorang membentuk memori hanya bagi dirinya sendiri. Artinya, suatu peristiwa yang dialami seseorang hanya akan tersimpan dengan kuat dalam memori orang yang bersangkutan. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temukan orang-orang yang mengalami trauma dengan peristiwa yang mereka alami sebelumnya.

Dari segi daya tahan ingatan, dikenal dua jenis memori, yaitu: a) memori jangka pendek, dan b) memori jangka panjang. Memori jangka pendek adalah sebuah "memori pegangan" (holding memory) karena memori tersebut hanya menyimpan Informasi dalam jangka waktu sesaat atau temporer, jumlah terbatas, dan informasi itu akan mudah dan cepat dilupakan. Memori jangka pendek sering dikatakan sebagai memori yang menyimpan "7 tambah atau kurang 2 unit informasi" (7 plus ratnik 2 units of information). Dari memori jangka pendek, informasi ada yang selanjutnya masuk dalam memori jangka panjang (long term memory) dan ada juga yang hilang atau terbuang. Jumlah informasi yang dapat disimpan dalam memori jangka pendek biasanya terbatas hanya sampai tujuh item tunggal, ditambah atau dikurangi dua (Miller, 1956). Kode wilayah, nomor telepon, dan sejenisnya adalah sebagian dari contoh informasi yang hanya terdiri atas tujuh item tunggal, ditambah atau dikurangi dua. Memori jangka panjang merupakan pengingatan kembali pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya yang terorganisasi dalam schema (kerangka mental). Kita dapat menyimpan sejumlah informasi yang tidak terbatas dalam memori jangka panjang, meskipun dalam proses penyimpanannya memerlukan waktu yang lebih lama.

Referensi:

Ringkasan buku:
Arifuddin, 2010. Neuropsikolinguistik. Jakarta : Rajawali Pers

Post a Comment

avatar
Admin Purwarupalingua Online
Welcome to Purwarupalingua theme
Chat with WhatsApp