Jenis dan Aspek Debat
Oleh :
Bram Denafri
Ratna Juwitasari Emha
Jenis-Jenis Debat
Berdasarkan bentuk, bentuk, dan metodenya (Tarigan, 2015: 95) mengklasifikasikan atas tipe-tipe atau kategori, yaitu:
1. Debat parlementer/majelis (assembly or parlementary debating). Tujuan debat majelis ialah untuk memberi dan menambah dukungan terhadap UU tertentu dan semua anggota yang ingin mengutarakan pendapatnya.
2. Debat pemeriksaan ulangan untuk mengetahui kebenaran pemeriksaan terdahulu (cross examination debating). Perdebatan semacam ini merupakan suatu bentuk perdebatan yang lebih sulit jika dibandingkan dengan gaya perdebatan formal. Berikut prosedur debat pemeriksaan ulangan:
a) Pembicara afirmatif yang pertama menyampaikan pidatonya. Selanjutnya akan diperiksa secara detail oleh pembicara negatif
b) Setelah tujuh menit pemeriksaan, maka penanya diberi kesempatan selama empat menit untuk menyajikan kepada pendengar pengakuan-pengkauan apa yang telah diperolehnya dengan pemeriksaan ulangan itu. Hal ini dibatasi pada apa-apa yang telah diperolehnya secara aktual.
c) Selanjutnya pembicara negatif mengemukakan kasus negatif, mengikuti aturan yang sudah diterapkan ke pembicara afirmatif.
3. Debat formal, konvensional, atau debat pendidikan (formal, conventional or educational debating). Debat ini bertujuan memberikan kesempatan bagi dua tim pembicara kepada para pendengar untuk mengemukakan argumennya kepada pendengar. Jika terdapat dua pembicara dalam satu tim maka pembicara pertama dalam tim afirmatif akan mengemukakan perdebatan.
Sikap dan Teknik Berdebat
Emosi tak terkontrol seringkali ditemukan dalam acara debat. Bukan hanya ditemukan pada mahasiswa yang masih belajar, tetapijuga sering ditemukan pada seseorang sudah berpengalaman dalam hal menyampaikan ide-ide berpikirnya. Hal ini dapat dipengaruhi beberapa faktor. di antaranya merasa paling tahu, merendahkan lawan, atau tidak dapat mengontrol emosi akibat tekanan-tekanan dari luar.
Faktor-faktor tersebut dapat membuat pendebat keluar dari aturan dalam debat. Sebaliknya, tim debat yang baik seharusnya mempunyai sifat rendah hati, wajar, ramah, sopan, dan bertutur kata yang menjunjung nilai. nilai budaya ketimuran. Seseorang yang menugutamakan nilai-nilai kesopanan dan debat tidak akan kehilangan kekuatan dalam argumen-argumennya. Dia harus menghindarkan pernyataan yang berlebih-lebihan terhadap kasusnya dan mempergunakan kata kata dan ekspresi yang samar dan tidak dikehendaki oleh fakta-faktanya, dengan kata lain justru tidak menunjang kasus yang dikemukakannya.
Para anggota debat harus mampu mengontrol dirinya untuk tidak emosi karena sindiran atau perkataan-perkataan dari lawan yang dápat menyinggung. Kemudian perlu juga dipahami oleh kedua pendebat bahwa kata-kata yang sifatnya lelucon atau humor itu diperbolehkan tetapi tidak boleh berlebihan, hal ini diperlukan untu mencairkan suasana yang semakin menegangkan. Akan tetapi, serangan yang bertubi-tubi terhadap pribadi para lawan tidak dibenarkan sama sekali. Harus diingat, sikap tenang, santai, dan sopan santun akan menimbulkan kesan yang paling baik dalam debat.
Secara garis besar, ada beberapa unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam debat. Agar debat tersebut lengkap dan berjalan sesuai aturan debat dan harapan pendebat. Berikut unsur-unsurnya:
a. Memiliki mosi.
Pengertian dari mosi adalah topik atau bahasan yang akan diperdebatkan yang mempunyai sifat konvensional.
b. Debat harus memiliki pihak pro atau afirmatif.
Artinya, dalam debat harus ada pihak pihak yang setuju terhadap mosi. Biasanya, pihak pro akan memaparkan argumennya terlebih dahulu. Isi terkait alasan mendukung mosi yang diangkat dalam debat.
c. Ada pihak oposisi atau pihak kontra. Jika dalam debat ada pihak pro maka untuk terjadi sebuah perdebatan sudah pasti ada pihak yang kontra.
d. Adanya pihak netral. Keberadaan pihak netral penting dalam debat untuk memberikan suatu pandangan objektif yang pastinya tidak memihak salah satu pihak, antara pro dan oposisi.
e. Moderator.
Debat, harus ada seorang moderator yang bertugas memimpin jalannya perdebatan. Ia bertugas membacakan tata tertib debat. Memperkenalkan pembicara dalam debat dan menyampaikan mosi yang dibicarakan dalam debat.
f. Tim negatif
Tim yang tidak setuju atau menentang mosi yang disampaikan.
g. Penonton
Orang yang bertugas memahami debat dan menyaksikan acara debat serta tidak boleh mengganggu jalannya debat walaupun tidak sesuai dengan jalan pemikirannya masing-masing.
h. Juri Debat
Tim penilai terhadap perdebatan yang berlangsung. Juri juga harus bersikap netral terhadap kedua belah pihak, pendukung dan penentang.
Aspek Debat
1. Matter
Isi materi dari debat yang akan disampaikan debater, terdiri atas:
Premis, analisis, dan evidence. Premis merupakan pemikiran yang dituangkan dalam satu bentuk pernyataan sebagai dasar argumen untuk mendukung atau menolak mosi. Premis diperlukan agar judikator atau juri dan lawan debat mengetahui inti argumen yang diutarakan debater. Analisis berhubungan dengan pernyataan yang digunakan sebagai penjelas suatu premis. Premis harus diperkuat dengan analisis agar disebut sebagai argument. Argumen tanpa bukti akan akan menjadi lemah dan bahkan tidak bisa diterima. Bukti/Evidence merupakan data yang akan mendukung sebuah argumen yang kemudian akan digunakan sebagai penyangga utama dari premis.
2. Manner
Cara atau sikap yang ditunjukkan oleh debater ketika menyampaikan sebuah argumen
Berikut hal-hal yang harus di hindari saat berdebat:
a. Penyampaian argumen yang terlalu cepat
b.Tatapan mata yang berlebihan terhadap lawan debat.
c.Sikap tubuh yang keliru.
1. Berdiri mematung tanpa ada gesture
2. Berdiri sambil terus menerus memegang catatan
3. Menggerakan tangan secara berlebuhan
4. Menggebrak meja
Berikut beberapa tips untuk menyampaikan argumen dengan baik:
a.Dalam menyampaikan argumen kita perlu menggunakan jeda secara tepat. Biasanya sesuai dengan intonasi.
b. Menggunakan gerak tubuh secara efektif.
c. Mengontrol volume suara
3. Methods
Merupakan metode pengorganisasian argumen. Pengorganisasian ini berkaitan dengan konten dan urutan pernyataan yang disampaikan dalam debat agar ide yang disampaikan memiliki peluang yang lebih besar untuk diterima audiens. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan argumen debat agar lebih mudah dipahami dipercaya oleh para audiensi
a. Kalimat pembuka semenarik mungkin. Buatlah pernyataan pembuka yang impresif dan mampu menggambarkan secara jelas terkait dengan tema debat
b. Tujuan dinyatakan dengan jelas. Argumen yang jelas akan memudahkan juri untuk mengikuti alur berfikir debater. Hindari penggunaan kata-kata yang ambigu dan bermakna bias
c. Ide yang jelas dan runtut.Ide yang disampaikan dengan alur berpikir dengan jelas dan runtut akan mempermudah juri dan audiensi dalam memahami apa yang disampaikan oleh para debat.
d. Penyusunan skala prioritas terhadap argumen yang disampaikan. Ide yang paling sukar dipatahkan harus sudah disampaikan di awal.
e. waktu pada tiap argumen. Debater harus memperhatikan alokasi waktu yang dibutuhkan dalam menysusn skala prioritas argumen.
f. Penutup yang mengesankan. Sebuah argumen penutup yang tidak disampaikan dengan terburu-buru.
Referensi:
Ilham, Muhammad dan Wijiati. 2020. Keterampilan Berbicara: Pengantar Keterampilan Berbahasa. Pasuruan : Lembaga Academic & Research Institute.
Post a Comment