Abreviasi (Pemendekan Kata)
Kridalaksana (2007: 159) menjelaskan bahwa abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Istilah lain untuk abreviasi ialah pemendekan, sedangkan hasil prosesnya disebut kependekan. Beliau membagi abreviasi menjadi 5 bagian yaitu sebagai berikut
1. Singkatan adalah salah satu hasil proses pemendekan yang beruba huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf seperti FSUI (Fakultas Sastra Universitas Indonesia), KKN (Kuliah Kerja Nyata) maupun yang tidak dieja huruf demi huruf seperti dll (dan lain-lain), dst (dan seterusnya).
Singkatan ini terbagi atas 16 bagian, yaitu a) pengekalan huruf pertama tiap komponen, misalnya M (masehi), dll (dan lain-lain), b) pengekalan huruf pertama dengan pelesapan konjungsi, preposisi, reduplikasi, artikulasi dan kata, misalnya ABKJ (Akademi Bahasa dan Kebudayaan Jepang). BDB (Bebas dari Bea), (c) pengekalan huruf pertama dengan bilangan, bila berulang, misalnya D3 (Dinas Dermawan Darah), P3AB (proyek percepatan pengadaan air bersih), (d), pengekalan 2 huruf pertama dari kata, misalnya Aj (ajudan), As (asisten), Ny (nyonya), (e) pengekalan tiga huruf pertama dari sebuah kata, misalnya Okt (Oktober), (f) pengekalan 4 huruf pertama dari suatu kata, misalnya Purn (Purnawirawan).
Selanjutnya, (g) pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir kata, misalnya Ir (Insinyur), (h) pengekalan huruf pertama dan huruf ketiga, misalnya Gn (gunung), (i) pengekalan huruf pertama dan terakhir dari suku kata pertama dan huruf pertama dari suku kata kedua, misalnya Kol (kolonel), Red (redaksi), (j) pengekalan huruf pertama kata pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata, misalnya a.d (antedium), VW (Volkswagen), (k) pengekalan huruf pertama dan diftong terakhir dari kata, misalnya Sei (sungai), (l) pengekalan dua huruf pertama dari kata pertama dan huruf pertama kata kedua dalam suatu gabungan kata, misalnya Swt (swantara), (m) pengekalan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kata kedua dari suatu kata, misalnya Bdg (Bandung), ttg (tentang), (n) pengekalan huruf pertama dari tiap suku kata, misalnya hlm (halaman), (o) pengekalan huruf pertama dan huruf keempat dari suatu kata, misalnya DO (depot) dan (p) pengekalan huruf yang tidak beraturan, misalnya Pt (platinum), Ops (operasi).
2. Penggalan adalah proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem, seperti Prof (profesor), Bu (Ibu), Pak (Bapak). Penggalan terbagi atas 6 bagian, yaitu (a) penggalan suku kata pertama dari suatu kata, misalnya Dok (dokter), (b) pengekalan suku terakhir suatu kata, misalnya pak (bapak), dik (adik), (c) pengekalan tiga huruf pertama dari suatu kata, misalnya bag (bagian), fak (fakultas), (d) pengekalan empat huru pertama dari suatu kata, misalnya brig (brigade), Viet (Vietnam), (e) pengekalan kata terakhir dari suatu frase, misalnya harian (surat kabar harian), ekspres (kereta api ekspres) dan (f) pelesapan sebagian kata, misalnya pabila (apabila), takkan (tidak akan).
3. Akronim adalah proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyaknya memenuhi kaidah fonotaktik bahasa Indonesia, seperti FKIP, ABRI dan AMPI.
4. Kontraksi adalah proses pemendekan yang meringkas leksem dasar atau gabungan leksem, seperti tak (dari tidak), rudal (peluru kendali) dan berdikari (berdiri di atas kaki sendiri).
5. Lambang huruf adalah proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur, seperti g (gram), cm (sentimeter) dan Au (aurum). Lambang huruf dapat dibagi menjadi 6 bagian, yaitu (a) lambang huruf yang menandai bahan kimia atau bahan lainnya, contoh S (sulfur), (lambang huruf yang menandai ukuran, misalnya g (gram), (c) lambang huruf yang menyatakan bilangan V (5), lambang huruf yang menandai kota, negara dan alat angkutan, contoh JKT (Jakarta), A (nomor mobil Banten), (d) lambang huruf yang menandai mata uang Rp (rupiah), (e) lambang huruf yang dipergunakan dalam berita kawat, contoh SGR (segera), DTG (datang) (Kridalaksana, 2007 : 162-174).
Chaer (2008) menggunakan istilah akronimisasi untuk penyebutan pemendekan kata. Menurut Chaer (2008 : 236) akronimisasi adalah proses pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari sebuah kata. Proses ini menghasilkan sebuah kata yang disebut akronim.
Chaer (2008) mengemukakan bahwa belum ada aturan tertentu yang mengatur pembentukan akronim. Menurut Chaer, (2008) ada beberapa kaidah pembentukan akronim. Pertama, pengambilan huruf pertama dari kata-kata yang membentuk konsep, misalnya IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Kedua, pengambilan suku pertama dari semua kata yang membentuk konsep itu, misalnya Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat). Ketiga, pengambilan suku kata pertama ditambah dengan huruf pertama dari suku kata kedua dari setiap kata yang membentuk konsep itu, misalnya warteg (warung tegal), sulsel (Sulawesi Selatan). Keempat, pengambilan suku kata yang dominan dari setiap kata yang mewadahi konsep itu, misalnya tilang (bukti pelanggaran), litbang (penelitian dan pengembangan.
Kelima, pengambilan suku kata tertentu disertai dengan modifikasi yang tampaknya tidak beraturan; namun, masih dengan memperhatikan keindahan bunyi, misalnya pilkada (pemilihan kepala daerah), organda (organisasi angkutan darat), kloter (kelompok terbang). Keenam, pengambilan unsur-unsur kata yang mewadahi konsep itu, tetapi sukar disebutkan keteraturannya termasuk di seni, misalnya sinetron (sinema elektronik), satpam (satuan pengamanan), kalapas (kepala lembaga kemasyarakatan).
Referensi:
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia
Post a Comment