Morf, Morfem dan Alomof
Dalam bidang morfologi
sering didengar istilah morf, morfem, dan alomorf.
Ketiga istilah itu merepresentasikan makna yang berbeda tetapi berhubungan. Ketiga istilah ini
sering digunakan dalam analisis morfologi. Oleh karena itu pemahaman secara
lebih konseptual ketiga istilah itu amat diperlukan.
Secara teknis, morf
diberikan tiga definisi. Pertama, morf adalah fonem atau urutan fonem yang
berasosiasi dengan makna, misalnya, dalam bahasa Indonesia : buku, meja, ambil,
kan, di, meng, mem, i, dan lain-lain. Kedua, morf dinyatakan sebagai anggota
morfem yang belum ditentukan distribusinya, misalnya dalam bahasa Indonesia :
menaiki, menggulai, menunggangi, dan lain-lain Ketiga, morf dinyatakan sebagai
ujud konkret atau ujud fonemis dari morfem, misalnya : ber-, jalan, batu, mem-,
dan lain-lain.
Dari penjelasan itu,
dapatlah diketahui bahwa morf adalah bentuk atau ekspresi atau ujud fonologis
satuan kebahasaan yang belum ditentukan fungsi dan kategorinya. Morf adalah
setiap bentuk terkecil yang bermakna tetapi belum ditentukan keanggotaannya
dalam suatu morfem. Morf merupakan bahan baku morfem. Morf adalah bentuk
abstraksi dari morfem dan alomorf. Konsep morf sangat penting dikuasai dalam
menentukan apakah suatu bentuk merupakan morfem atau alomorf.
Morfem merupakan satuan
ketatabahasaan terkecil yang memiliki arti relatif stabil dan tidak dapat
dibagi menjadi satuan bermakna yang lebih kecil. Misalnya, kata dijual jika
diuraikan menjadi {di-} dan jual. Satuan {di-} berfungsi untuk membentuk verba
pasif. Satuan {di-} tidak dapat diuraikan menjadi satuan bermakna yang lebih
kecil. Satuan jual bermakna ‘mengalihkan hak milik yang ditukar dan ditakar
dengan uang’. Satuan jual tidak dapat diuraikan menjadi satuan bermakna yang
lebih kecil. Satuan-satuan gramatikal seperti ini disebut morfem.
Alomorf adalah
bentuk-bentuk morfem yang berbeda tetapi merupakan representasi dari satu
morfem yang sama. Misalnya, dalam bahasa Indonesia terdapat kata menyapu, menggali, mengukur, menulis,
memotong, meracik. Semua kata itu
debentuk oleh prefiks {meng-} dan kata dasar. Prefiks {meng-} bermakna
menyatakan verba aktif seperti yang dimaksud kata dasar. Akan tetapi wujud
prefiks {meng-} berbeda-beda pada rentetan kata itu. Prefiks {meng-} menjadi
{meny-} apabila dikombinasikan dengan kata dasar yang diawali fonem /s/, akan
menjadi {meng-} apabila dikombinasikan dengan kata dasar yang diawali fonem /g/
dan vokal; akan menjadi {men-} apabila dikombinasikan dengan kata dasar yang
diawali fonem /t/; akan menjadi {mem-} apabila dikombinasikan dengan kata dasar
yang diawali dengan fonem /p/; dan akan menjadi {me-} apabila dikombinasikan
dengan kata dasar yang diawali dengan fonem /r/, dan seterusnya. Varian dari
satu morfem yang sama seperti itu disebut alomorf. Jadi, morfem {meng-} dalam
bahasa Indonesia memiliki alomorf : mem-, meng-, meny-, men-, dan me-.
Dari penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa morf merupakan semua bentuk gramatik yang belum
teridentifikasi sebagai morfem ataupun sebagai alomorf. Morf-morf yang
ditemukan dalam suatu bahasa kemudian diklasifikasi dan diidentifikasi menjadi
beberapa morfem. Morfem yang sama tetapi direalisasikan secara berbeda, dan
perbedaan itu dapat dijelaskan secara fonologis dinyatakan sebagai alomorf
dari morfem yang sama.
Referensi:
Arnawa, Nengah. 2008. Wawasan Linguistik dan Pengajaran Bahasa. Bali : Pelawa Sari
Post a Comment