Wednesday, March 11, 2020

Objektivitas, Subjektivitas, Logika dan Kebenaran : Induktif dan Deduktif


1.      Epistimologi
Epistimologi disebut juga dengan filsafat pengetahuan atau teori tentang pengetahuan. Secara etimologi istilah epistimologi berasal dari kata yunani, yakni episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang bearti teori. Epistimologi didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari tentang sifat dan dasar, asal mula atau sumber, struktur dan syarat syahnya dari pengetahuan (ali mudhofir, 1980:19-20). Adapun persoalan-persoalan epistimologi diantaranya adalah :
1.      Darimana asal mula atau sumber pengetahuan
2.      Apa jenis-jenis dari pengetahuan
3.      Apakah kebenaran dari pengetahuan
4.      Apa ukuran syah suatu pengetahuan.
Jenis-Jenis Epistimologi
a.       Epistimologi Metafisis
Plato dan hegel membicarakan pengetahuan bertolak dari pandangan tentang metafisika (realitas) yang dianggap mendasari semua realitas. Pembedaan plato antara dunia idea dengan dunia fisis/ fenomena (tiruan dari dunia idea) bertolak dari pembedaan plato atas epistime dan doxa. Hal ini terjadi juga pada epistimologi hegel yang bertolak dari asumsi metafisis, dimana baginya realitas hanya merupakan perwujudan dari roh, karena itu ide yang dimengerti dan realitas / kenyataan adalah sama. Yang dimengerti itu real dan real itu dimengerti.
b.      Epistimologi Skeptis
Epistimologi rene descartes adalah sebagai upaya untuk menemukan metode yang pasti, sehingga fiksafat dan pengetahuan dapat mengatasi berbagai perbedaan dan pertentangan pendapat yang muncul. Cara yang dilakukan descartes untuk menemukan metode yang pasti itu adalah dengan kesangsian metodes. Dengan menyangsikan keberadaan semua hal, lalu descartes menyatakan hanya ada satu yang tidak dapat disangsikan keberadaannya, yakni kesangsian itu sendiri. Kesangsian itu membuktikan adanya saya berpikir. Sistem yang didasarkan atas aksioma-aksioma, dan tersusun menurut langkah-langkah yang logis disebut epistimologi skeptis.
c.       Epistimologi Kritis
Epistimologis kritis bertolak dari sikap kritis terhadap berbagai macam asumsi,teori, dan metode yang ada dalam pemikiran (pengetahuan dan ilmu pengetahuan) serta yang ada dalam kehidupan kita. Pengetahuan,teori,metode,dan cara berpikir yang lama dikritisi, artinya dicari kelemahan dan kekurangannya kemudian diupayakan untuk merumuskan metode baru, cara berpikir baru yang dapat dipertanggungjawabkan dengan lebih rasional.
2.    Objektivitas dan Subjektivitas
1.      Logika dan Kebenaran : Induktif dan Deduktif
a.    Pengertian Logika
    Logika berasal dari kata yunani, yakni logos yang bearti nalar, pemikiran atau akal pikiran. Logika dapat didefinisiakn sebagai cabang filsafat atau ilmu yang mempelajari proses penalaran atau pemikiran dengan menggunakan prinsip-prinsip, bentuk-bentuk , hukum-hukum atau kaidah yang berlaku.

b.    Ruang Lingkup Logika
     Logika sebagai suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran. Bentuk pemikiran dimulai dari yang paling sederhana adalah konsep, proposisi atau pernyataan, statement, dan penalaran. Tidak ada proposisi tanpa pengertian, tidak ada penalaran tanpa pernyataan, tidak ada penalaran tanpa proposisi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan ruang lingkup logika terdiri dari : masalah term, proposisi, dan penyimpulan.
                         i.          Masalah / Term
                  Term merupakan unsur pengertian yang paling kecil, term mengungkapkan pengertian atau konsep tentang suatu benda. Pengertian adalah sesuatu yang abstrak. Jika kita hendak menunjikan pengertin itu harus diganti dengan lambang. Lambang yang paling lazim adalah bahasa. Di dalam bahasa lambang yang lazim adalah berupa kata-kata sebagai fungsi dari pengertian disebut term. Term yang mempunyai satu pengertian disebut univok. Term yang mempunyai dua pengertian disebut ekuivok. Sedangkan term yang mempunyai arti yang sekaligus sama dan berbeda disebut analog.
                       ii.          Proposisi
                 Proposisi dalam bahasa lambangnya berupa kalimat berita. Hanya kalimat beritalah yang merupakan suatu pernyataan yang dapat benar atau salah,kalimat tanya dan kalimat perintah bukan lambang proposisi karena tidak atau belum terdapat hubungan antara subyek dan predikat. 
                     iii.          Penyimpulan
             Penyimpulan adalah kegiatan akal manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang sudah ada. Dibedakan atas penyimpulan langsung dan tidak langsung. Penyimpulan langsung berdasarkan satu premis, begitupun sebaliknya. 
          C.       Macam- Macam Logika
a)      Logika Deduktif 
Logika deduktif adalah sistem penalaran yang membahas prinsip-prinsip penyimpulan dari putusan umum sampai pada kesimpulan khusus berdasarkan bentuk dan kesimpulan yang dihasilkan pasti benar . Logika deduktif sering juga disebut dengan logika sygolisme atau logika aristoteles dan logika formal.
b)      Logika Induktif
Sedangkan logika induktif adalah sistem penalaran yang membahas tentang prinsip-prisnsip dari penyimpulan dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi.
        D. Manfaat belajar logika dapat dikemukakan sebagai berikut :
        1.      Dapat menambah pengalaman tentang prinsip-prinsip pemikiran yang logis
        2.      Dapat mengungkapkan gagasan gagasan secara jelas,runtut,logis dan sistematis
        3.  Dengan belajar logika diharapkan mampu untuk merumuskan dan menetapkan argumentasi secara tepat dan kritis.
        4.    Dengan belajar logika dapa mengantarkan pemahaman tentang metode-metode ilmiah atau produser ilmiah yang digunakan.
     5.   Dengan belajar logika mampu untuk mempertumbuhkan sikap yang kritis terhadap persoalan persoalan realitas sosial. 
3. Perkembangan Logika
Logika dalam kehidupan intelektual manusia sesungguhnya sudah dimulai semenjak masa yunani kuno sekitar 6 abad sebelum masehi. Pemikiran tentang logika sudah dikenal pada masa yunani kuno seperti yang dikemukakan oleh pytagoras,socrates,mazab elea,mazab stoa,plato,euclides, archimides, maupun porphyrius. Menurut phytagoras bahwa segala ssuatu yang ada adalah berupa bilangan-bilangan. Pytagoras juga berpendapat bahwa nada nada musik dapat dijabarkan menjadi bilangan seperti oktaf atau tangga nada.
Sedangkan socrates memperkenalkan metode seni kebidanan. Dalam metode ini socrates menyampaikan ajaran ajarannya dengan menggunakan tanya jawab, menurutnya setiap orang mempunyai masalah dan pemecahan masalah ada pada diri sendiri,hanya saja mereka tidak menyadarinya. Oleh karena itu permasalahan harus dikeluarkan. Cara mengeluarkannya ide-ide tersebut seperti halnya seorang bidan mengeluarkan bayi dari kandungan seorang ibu.
Pada masa yunanai kuno yang terkenal karyanya tentang logika adalah aristoteles yang diberi nama to organon.  Logika dari aristoteles sering disebut dengan logika tradisional atau logika deduktif.  Pemikiran lain pada masa yunani kuno yang memberikan sumbangan perkembangan ilmu pasti dan lgika adalah euclides. Yang membuktikan bahwa sebuah segitiga yang terdapat dalam setengah lingkaran harus selalu mempunyai sudut 90 derajat.
Pada abad pertengahan pemikiran tentang logika tidak begitu berkembang namun beberapa tokoh menemukan metode logika baru yang disebut ars magna .  Yaitu semacam aljabar pengertian dengan tujuan untuk membektikan kebenraan-kebenaran yang tertinggi. Kemudian pada abad  modern muncul pemikiran tentang logika ilmiah yang mana bersifat empiris. Karya yang terpemting di abad modern ini adalah novum organum  dari Francis Bacon. 

4. Teori Kebenaran
Dalam epistemologi dan filsafat ilmu pengetahuan dikenal sejumlah teori kebenaran, yaitu: teori kebenaran korespondensi, teori kebenaran koherensi, teori kebenaran pragmatis, teori kebenaran performatif dan teori kebenaran paradigmatik. Berikut dijelaskan secara ringkas teori tersebut
1.      Teori Kebenaran Korespondensi
Teori kebenaran korespondensi menyatakan bahwa suatu teori/ proposisi benar bila proposisi atau teori itu sesuai dengan fakta (kenyataan). Kebenaran adalah kesetiaan pada realitas objektif. Jelasnya teori ini berpendapat bahwa sesuatu hal yang dikatakan mempunyai nilai kebenaran jika menunjukkan kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan.
2.      Teori Kebenaran Konsistensi atau Koherensi
Teori koherensi, kebenaran adalah adanya saling hubungan antar putusan-putusan atau kesesuaian/ ketaat-asasan dengan kesepakatan atau pengetahuan yang telah dimiliki. Teori kebenaran ini umumnya terdapat dalam matematika dan logika atau kelompok epistemologi idealis. Bagi penganut teori kebenaran ini, konsistensi suatu pernyataan atau teori dengan sistem pernyataan sebelumnya sudah mengandaikan kebenarannya dan menjadi tolak ukur kebenaran.
Kebenaran tidak dibentuk atas hubungan pernyataan dengan kenyataan (realitas) tetapi atas hubungan antara pernyataan (pikiran) dengan pikiran lainnya. Jelasnya, teori ini berpendapat bahwa sesuatu hal dikatakan mempunyai nilai kebenaran apabila ada hubungan antara pernyataan, putusan atau pikiran yang baru dengan pernyataan sebelumnya yang telah diakui kebenarannya. Dengan kata lain bahwa pernyataan, putusan atau pikiran bernilai benar apabila pernyataan tersebut mempunyai hubungan dengan ide-ide atau gagasan dari pernyataan terdahulu yang bernilai benar dalam sistem pemikiran yang saling berhubungan.
3.      Teori Kebenaran Pragmatis
Teori ini, kebenaran adalah suatu keadaan tindakan manusia yang berguna atau bermanfaat. Dengan kata lain suatu proposisi (pernyataan) berniali benar apabila proposisi tersebut mempunyai konsekwensi- konsekwensi praktis yang bermanfaat. Teori ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja membawa akibat yang bermanfaat. Bahkan kebenaran mitos dapat diterima asal membawa akibat praktis yang bermanfaat. Teori ini dianut oleh pragmatisme.
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang lahir di amerika serikat yang menekankan pentingnya akal budi (rasio) sebagai sarana pemecahan masalah dalam kehidupan manusia baik masalah yang bersifat teoretis maupun praktis. Dengan kata lain, benar-tidaknya suatu teori justru ditentukan oleh bermanfaat-tidaknya suatu teori dalam reaksi kehidupan. Benar-tidaknya suatu teori ditentukan oleh manfaat dan efektivitasnya untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
4.      Teori Kebanaran Performatif
Teori kebenaran perfomatif yang disebut dengan “tindak bahasa” mengaitkan kebenaran satu tindakan yang dihubungkan dengan satu pernyataan. Karena tuturan juga menyatakan suatu perbuatan, maka disebut juga tuturan performatif. Dengan demikian, kebenaran performatif maksudnya adalah bahwa satu kenyataan dikatakan benar apabila yang dinyatakan (oleh seseorang) dilakukan sesuai dengan tindakan dan kewenngan yang ada padanya.
5.      Teori Kebenaran Paradigmatis
Teori kebenaran paradigmatik, ilmu pengetahuan dikonstruksi atas paradigma tertentu. Dalam dunia ilmiah ada sekelompok ilmuwan yang mendukung paradigma tertentu. Ada kriteria yang berbeda antara satu paradigma dengan lain, sehingga kebenaran tergantung pada paradigma yang digunakan.


 Referensi:
Solihin, M. 2007. Perkembangan Pemikiran Filsafat dari Klasik hingga Modern. Bandung: Pustaka Setia
Yusuf, Akhyar Lubis. 2014. Filsafat Ilmu Klasik hingga Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Endraswara, Suwardi. 2011. Metode Penelitian Sastra. Jogjakarta: Caps
Husodo, Purwo. 2012. Pengantar Filsafat Ilmu dan Logika. Yogyakarta: Familia (Group Relasi Inti Media)
Affan, Afraniati. 2009. Logika Dasar. Padang: HAYFA Press



Post a Comment

avatar
Admin Purwarupalingua Online
Welcome to Purwarupalingua theme
Chat with WhatsApp