Objektivitas, Subjektivitas, Logika dan Kebenaran : Induktif dan Deduktif
Epistimologi
disebut juga dengan filsafat pengetahuan atau teori tentang pengetahuan. Secara
etimologi istilah epistimologi berasal dari kata yunani, yakni episteme yang
berarti pengetahuan dan logos yang bearti teori. Epistimologi didefinisikan
sebagai cabang filsafat yang mempelajari tentang sifat dan dasar, asal mula
atau sumber, struktur dan syarat syahnya dari pengetahuan (ali mudhofir,
1980:19-20). Adapun persoalan-persoalan epistimologi diantaranya adalah :
1. Darimana
asal mula atau sumber pengetahuan
2. Apa
jenis-jenis dari pengetahuan
3. Apakah
kebenaran dari pengetahuan
4. Apa
ukuran syah suatu pengetahuan.
Jenis-Jenis
Epistimologi
a. Epistimologi
Metafisis
Plato
dan hegel membicarakan pengetahuan bertolak dari pandangan tentang metafisika (realitas)
yang dianggap mendasari semua realitas. Pembedaan plato antara dunia idea dengan dunia fisis/ fenomena
(tiruan dari dunia idea) bertolak dari
pembedaan plato atas epistime dan doxa. Hal ini terjadi juga pada
epistimologi hegel yang bertolak dari asumsi metafisis, dimana baginya realitas
hanya merupakan perwujudan dari roh, karena itu ide yang dimengerti dan
realitas / kenyataan adalah sama. Yang dimengerti itu real dan real itu
dimengerti.
b. Epistimologi
Skeptis
Epistimologi
rene descartes adalah sebagai upaya untuk menemukan metode yang pasti, sehingga
fiksafat dan pengetahuan dapat mengatasi berbagai perbedaan dan pertentangan
pendapat yang muncul. Cara yang dilakukan descartes untuk menemukan metode yang
pasti itu adalah dengan kesangsian metodes. Dengan menyangsikan keberadaan
semua hal, lalu descartes menyatakan hanya ada satu yang tidak dapat
disangsikan keberadaannya, yakni kesangsian itu sendiri. Kesangsian itu
membuktikan adanya saya berpikir. Sistem yang didasarkan atas aksioma-aksioma,
dan tersusun menurut langkah-langkah yang logis disebut epistimologi skeptis.
c. Epistimologi
Kritis
Epistimologis
kritis bertolak dari sikap kritis terhadap berbagai macam asumsi,teori, dan
metode yang ada dalam pemikiran (pengetahuan dan ilmu pengetahuan) serta yang
ada dalam kehidupan kita. Pengetahuan,teori,metode,dan cara berpikir yang lama
dikritisi, artinya dicari kelemahan dan kekurangannya kemudian diupayakan untuk
merumuskan metode baru, cara berpikir baru yang dapat dipertanggungjawabkan
dengan lebih rasional.
2. Objektivitas
dan Subjektivitas
1.
Logika
dan Kebenaran : Induktif dan Deduktif
a. Pengertian
Logika
Logika berasal dari kata yunani, yakni
logos yang bearti nalar, pemikiran atau akal pikiran. Logika dapat
didefinisiakn sebagai cabang filsafat atau ilmu yang mempelajari proses
penalaran atau pemikiran dengan menggunakan prinsip-prinsip, bentuk-bentuk ,
hukum-hukum atau kaidah yang berlaku.
b. Ruang
Lingkup Logika
Logika
sebagai suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan
penalaran. Bentuk pemikiran dimulai dari yang paling sederhana adalah konsep,
proposisi atau pernyataan, statement, dan penalaran. Tidak ada proposisi tanpa
pengertian, tidak ada penalaran tanpa pernyataan, tidak ada penalaran tanpa
proposisi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan ruang lingkup logika terdiri dari
: masalah term, proposisi, dan penyimpulan.
i.
Masalah / Term
Term
merupakan unsur pengertian yang paling kecil, term mengungkapkan pengertian
atau konsep tentang suatu benda. Pengertian adalah sesuatu yang abstrak. Jika
kita hendak menunjikan pengertin itu harus diganti dengan lambang. Lambang yang
paling lazim adalah bahasa. Di dalam bahasa lambang yang lazim adalah berupa
kata-kata sebagai fungsi dari pengertian disebut term. Term yang mempunyai satu
pengertian disebut univok. Term yang mempunyai dua pengertian disebut ekuivok.
Sedangkan term yang mempunyai arti yang sekaligus sama dan berbeda disebut
analog.
ii.
Proposisi
Proposisi
dalam bahasa lambangnya berupa kalimat berita. Hanya kalimat beritalah yang
merupakan suatu pernyataan yang dapat benar atau salah,kalimat tanya dan
kalimat perintah bukan lambang proposisi karena tidak atau belum terdapat
hubungan antara subyek dan predikat.
iii.
Penyimpulan
Penyimpulan
adalah kegiatan akal manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang baru
berdasarkan pengetahuan yang sudah ada. Dibedakan atas penyimpulan langsung dan
tidak langsung. Penyimpulan langsung berdasarkan satu premis, begitupun
sebaliknya.
C. Macam-
Macam Logika
a) Logika
Deduktif
Logika deduktif adalah
sistem penalaran yang membahas prinsip-prinsip penyimpulan dari putusan umum
sampai pada kesimpulan khusus berdasarkan bentuk dan kesimpulan yang dihasilkan
pasti benar . Logika deduktif sering juga disebut dengan logika sygolisme atau
logika aristoteles dan logika formal.
b) Logika
Induktif
Sedangkan logika
induktif adalah sistem penalaran yang membahas tentang prinsip-prisnsip dari
penyimpulan dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang
bersifat boleh jadi.
D. Manfaat belajar logika
dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Dapat menambah
pengalaman tentang prinsip-prinsip pemikiran yang logis
2. Dapat mengungkapkan
gagasan gagasan secara jelas,runtut,logis dan sistematis
3. Dengan belajar logika diharapkan mampu untuk
merumuskan dan menetapkan argumentasi secara tepat dan kritis.
4. Dengan belajar logika dapa mengantarkan
pemahaman tentang metode-metode ilmiah atau produser ilmiah yang digunakan.
5. Dengan belajar logika mampu untuk
mempertumbuhkan sikap yang kritis terhadap persoalan persoalan realitas
sosial.
3. Perkembangan Logika
Logika dalam kehidupan intelektual
manusia sesungguhnya sudah dimulai semenjak masa yunani kuno sekitar 6 abad
sebelum masehi. Pemikiran tentang logika sudah dikenal pada masa yunani kuno
seperti yang dikemukakan oleh pytagoras,socrates,mazab elea,mazab stoa,plato,euclides,
archimides, maupun porphyrius. Menurut phytagoras bahwa segala ssuatu yang ada
adalah berupa bilangan-bilangan. Pytagoras juga berpendapat bahwa nada nada
musik dapat dijabarkan menjadi bilangan seperti oktaf atau tangga nada.
Sedangkan socrates memperkenalkan
metode seni kebidanan. Dalam metode ini socrates menyampaikan ajaran ajarannya
dengan menggunakan tanya jawab, menurutnya setiap orang mempunyai masalah dan
pemecahan masalah ada pada diri sendiri,hanya saja mereka tidak menyadarinya.
Oleh karena itu permasalahan harus dikeluarkan. Cara mengeluarkannya ide-ide
tersebut seperti halnya seorang bidan mengeluarkan bayi dari kandungan seorang
ibu.
Pada masa yunanai kuno yang
terkenal karyanya tentang logika adalah aristoteles yang diberi nama to organon. Logika dari aristoteles sering disebut dengan
logika tradisional atau logika deduktif.
Pemikiran lain pada masa yunani kuno yang memberikan sumbangan
perkembangan ilmu pasti dan lgika adalah euclides. Yang membuktikan bahwa
sebuah segitiga yang terdapat dalam setengah lingkaran harus selalu mempunyai
sudut 90 derajat.
Pada abad pertengahan pemikiran
tentang logika tidak begitu berkembang namun beberapa tokoh menemukan metode
logika baru yang disebut ars magna . Yaitu semacam aljabar pengertian dengan
tujuan untuk membektikan kebenraan-kebenaran yang tertinggi. Kemudian pada
abad modern muncul pemikiran tentang
logika ilmiah yang mana bersifat empiris. Karya yang terpemting di abad modern
ini adalah novum organum dari Francis Bacon.
4. Teori Kebenaran
Dalam epistemologi dan filsafat
ilmu pengetahuan dikenal sejumlah teori kebenaran, yaitu: teori kebenaran
korespondensi, teori kebenaran koherensi, teori kebenaran pragmatis, teori
kebenaran performatif dan teori kebenaran paradigmatik. Berikut dijelaskan
secara ringkas teori tersebut
1. Teori
Kebenaran Korespondensi
Teori
kebenaran korespondensi menyatakan bahwa suatu teori/ proposisi benar bila
proposisi atau teori itu sesuai dengan fakta (kenyataan). Kebenaran adalah
kesetiaan pada realitas objektif. Jelasnya teori ini berpendapat bahwa sesuatu
hal yang dikatakan mempunyai nilai kebenaran jika menunjukkan kesesuaian antara
pernyataan dengan kenyataan.
2. Teori
Kebenaran Konsistensi atau Koherensi
Teori
koherensi, kebenaran adalah adanya saling hubungan antar putusan-putusan atau
kesesuaian/ ketaat-asasan dengan kesepakatan atau pengetahuan yang telah
dimiliki. Teori kebenaran ini umumnya terdapat dalam matematika dan logika atau
kelompok epistemologi idealis. Bagi penganut teori kebenaran ini, konsistensi
suatu pernyataan atau teori dengan sistem pernyataan sebelumnya sudah
mengandaikan kebenarannya dan menjadi tolak ukur kebenaran.
Kebenaran
tidak dibentuk atas hubungan pernyataan dengan kenyataan (realitas) tetapi atas
hubungan antara pernyataan (pikiran) dengan pikiran lainnya. Jelasnya, teori
ini berpendapat bahwa sesuatu hal dikatakan mempunyai nilai kebenaran apabila
ada hubungan antara pernyataan, putusan atau pikiran yang baru dengan
pernyataan sebelumnya yang telah diakui kebenarannya. Dengan kata lain bahwa
pernyataan, putusan atau pikiran bernilai benar
apabila pernyataan tersebut mempunyai hubungan dengan ide-ide atau gagasan dari
pernyataan terdahulu yang bernilai benar dalam sistem pemikiran yang saling
berhubungan.
3.
Teori
Kebenaran Pragmatis
Teori ini, kebenaran adalah suatu keadaan tindakan manusia
yang berguna atau bermanfaat. Dengan kata lain suatu proposisi (pernyataan)
berniali benar apabila proposisi tersebut mempunyai konsekwensi- konsekwensi
praktis yang bermanfaat. Teori ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja
membawa akibat yang bermanfaat. Bahkan kebenaran mitos dapat diterima asal
membawa akibat praktis yang bermanfaat. Teori ini dianut oleh pragmatisme.
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang lahir di amerika
serikat yang menekankan pentingnya akal budi (rasio) sebagai sarana pemecahan
masalah dalam kehidupan manusia baik masalah yang bersifat teoretis maupun
praktis. Dengan kata lain, benar-tidaknya suatu teori justru ditentukan oleh
bermanfaat-tidaknya suatu teori dalam reaksi kehidupan. Benar-tidaknya suatu
teori ditentukan oleh manfaat dan efektivitasnya untuk memecahkan masalah
kehidupan sehari-hari.
4.
Teori Kebanaran
Performatif
Teori kebenaran perfomatif yang disebut dengan “tindak
bahasa” mengaitkan kebenaran satu tindakan yang dihubungkan dengan satu
pernyataan. Karena tuturan juga menyatakan suatu perbuatan, maka disebut juga
tuturan performatif. Dengan demikian, kebenaran performatif maksudnya adalah
bahwa satu kenyataan dikatakan benar apabila yang dinyatakan (oleh seseorang)
dilakukan sesuai dengan tindakan dan kewenngan yang ada padanya.
5.
Teori
Kebenaran Paradigmatis
Teori kebenaran paradigmatik, ilmu pengetahuan dikonstruksi
atas paradigma tertentu. Dalam dunia ilmiah ada sekelompok ilmuwan yang
mendukung paradigma tertentu. Ada kriteria yang berbeda antara satu paradigma
dengan lain, sehingga kebenaran tergantung pada paradigma yang digunakan.
Referensi:
Solihin, M. 2007. Perkembangan Pemikiran
Filsafat dari Klasik hingga Modern. Bandung: Pustaka Setia
Yusuf, Akhyar Lubis. 2014. Filsafat Ilmu
Klasik hingga Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Endraswara, Suwardi. 2011. Metode
Penelitian Sastra. Jogjakarta: Caps
Husodo, Purwo. 2012. Pengantar Filsafat
Ilmu dan Logika. Yogyakarta: Familia (Group Relasi Inti Media)
Affan, Afraniati. 2009. Logika Dasar.
Padang: HAYFA Press
Post a Comment