Sunday, March 8, 2020

Implikatur dan Presuposisi



1. IMPLIKATUR
Sebuah kalimat dapat mempresuposisikan dan mengimplikasikan kalimat yang lain. Sebuah kalimat dikatakan mempresuposisikan kalimat yang lain jika ketidakbenaran kalimat yang kedua (yang dipresuposisikanJ mengakibatkan kalimat yang pertama (yang mempresuposisikan) tidak dapat dikatakan benar atau salah (Wijana, 1996 : 37)
Grice (1975) (dalam Wijana, 1996 : 37) dalam artikelnya yang beIjudul logic and Conversation mengemukakan bahwa sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi. yang bukan merupakan bagian dari tuturan bersangkutan. Proposisi yang diimplikasikan itu disebut implikatur. Karena implikatur bukan merupakan bagian tuturan yang mengimplikasikannya, hubungan kedua proposisi itu bukan merupakan konsekuensi mutlak.
Implikatur percakapan merupakan salah satu ide yang sangat penting dalam pragmatik. Implikatur percakapan pada dasarnya merupakan suatu teori yang sifatnya inferensial, suatu teori tentang bagaimana orang menggunakan bahasa, keterkaitan makna suatu tuturan yang tidak terungkapkan secara literal pada tuturan itu. Implikatur percakapan berarti apa yang diimplikasikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur tidak terungkapkan secara literal dalam tuturannya.
      Menurut Levinson (dalam Nadar, 2009: 61), menyebutkan implikatur sebagai salah satu gagasan atau pemikiran terpenting dalam pragmatik (”one of the single most important ideas in pragmatik”). Salah satu alasan penting yang diberikannya adalah bahwa implikatur memberikan penjelasan eksplisit tentang cara bagaimana dapat mengimplikasikan lebih banyak dari apa yang dituturkan ”provides some explicit account of how it is possible to mean more than what is actually said”

Contoh :
Budi                : “Can you tell me the time?
Jatmiko            : “ Well, the milkman has come”.

Jawaban dari pertanyaan di atas nampaknya tidak relevan dengan permintaan Budi tentang waktu, namun Jatmiko sebenarnya ingin mengatakan bahwa yang bersangkutan tidak tahu secara tepat pada saat itu pukul berapa. Dia berharap penanya dapat memperkiraka waktunya sendiri dengan mengatakan bahwa tukang susu sudah datang. Dalam konteks ini, nampaknya penutur dan lawan tutur sama-sama sudah mengetahui pukul berapa tukang susu biasanya datang.
2. PRAANGGAPAN/ PRESUPOSISI
Jika suatu kalimat diucapkan, selain dari makna yang dinyatakan dengan pengucapan kalimat itu, ikut turut serta pula tambahan makna yang tidak dinyatakan tetapi tersiratkan dari pengucapan kalimat itu. Pengertian inilah yang dimaksud dengan praanggapan. Kalimat yang dituturkan dapat dinilai tidak relevan atau salah bukan hanya karena pengungkapannya yang salah melainkan juga karena praanggapannya yang salah. (Nadar, 2009)
Contoh :
A: What about inviting John tonight?
B: What a good idea; then he can give Monica a lift
Praanggapan yang terdapat dalam percakapan di atas antara lain adalah (1) Bahwa A dan B kenal dengan John dan Monica, (2) bahwa John memiliki kendaraan – kemungkinan besar mobil, dan (3) bahwa Monica tidak memiliki kendaraan saat ini.
Jika suatu kalimat diucapkan, selain dari makna yang dinyatakan dengan pengucapan kalimat itu, ikut turut serta pula tambahan makna yang tidak dinyatakan tetapi tersiratkan dari pengucapan kalimat itu. Pengertian inilah yang dimaksud dengan praanggapan. Kalimat yang dituturkan dapat dinilai tidak relevan atau salah bukan hanya karena pengungkapannya yang salah melainkan juga karena praanggapannya yang salah.
Sebuah tuturan dapat dikatakan mempraanggapkan tuturan yang lain apbila ketidakbenaran tuturan yang dipresuposisikan  mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan yang dipresuposisikan tidak dapat dikatakan. Tuturan yang berbunyi mahasiswa tercantik di kelas itu pandai sekali, mempraanggapkan adanya seorang mahasiswi yang berparas sangat cantik. Apabila memag ada kenyataannya memag ada seorang mahasiswa yang berparas sangat cantik dikelas itu, tuturan tersebut dapat dikatakan benar atau salahnya.
         Sebaliknya, apabila di dalam kelas itu tidak ada seorang mahasiswa yang berparas cantik, tuturan tersebut tidak dapat dikatakan benar atau salahnya. Tutran yang berbunyi Kalau kamu sudah sampai Jakarta, tolong aku diberi kabar. Jangan sampai lupa! Aku tidak ada di rumah karena bukan hari libur. Tuturan itu tidak semata-mata dimaksudkan untuk memberi tahu simitra tutur bahwa ia harus melakukan sesuatu seperti yang dimaksudkan dalam tuturan itumelainkan ada sesuatu yang tersirat dari tuturan itu yang harus dilakukannya, seperti misalnya mencari alamat kantor atau nomor telepon si penutur ( Rahardi, 2005: 42).

Referensi:
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi
Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Rahardi, R.Kunjana. 2005.  Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Post a Comment

avatar
Admin Purwarupalingua Online
Welcome to Purwarupalingua theme
Chat with WhatsApp