Implikatur dan Presuposisi
Sebuah kalimat dapat mempresuposisikan
dan mengimplikasikan kalimat yang lain. Sebuah kalimat dikatakan
mempresuposisikan kalimat yang lain jika ketidakbenaran kalimat yang kedua
(yang dipresuposisikanJ mengakibatkan kalimat yang pertama (yang
mempresuposisikan) tidak dapat dikatakan benar atau salah (Wijana, 1996 : 37)
Grice (1975) (dalam Wijana, 1996 : 37)
dalam artikelnya yang beIjudul logic and Conversation mengemukakan bahwa sebuah
tuturan dapat mengimplikasikan proposisi. yang bukan merupakan bagian dari
tuturan bersangkutan. Proposisi yang diimplikasikan itu disebut implikatur.
Karena implikatur bukan merupakan bagian tuturan yang mengimplikasikannya,
hubungan kedua proposisi itu bukan merupakan konsekuensi mutlak.
Implikatur
percakapan merupakan salah satu ide yang sangat penting dalam pragmatik.
Implikatur percakapan pada dasarnya merupakan suatu teori yang sifatnya inferensial,
suatu teori tentang bagaimana orang menggunakan bahasa, keterkaitan makna suatu
tuturan yang tidak terungkapkan secara literal pada tuturan itu. Implikatur
percakapan berarti apa yang diimplikasikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh
penutur tidak terungkapkan secara literal dalam tuturannya.
Menurut Levinson (dalam Nadar, 2009: 61),
menyebutkan implikatur sebagai salah satu gagasan atau pemikiran terpenting
dalam pragmatik (”one of the single most important ideas in pragmatik”).
Salah satu alasan penting yang diberikannya adalah bahwa implikatur memberikan
penjelasan eksplisit tentang cara bagaimana dapat mengimplikasikan lebih banyak
dari apa yang dituturkan ”provides some explicit account of how it is
possible to mean more than what is actually said”
Contoh :
Budi
: “Can you tell me the time?
Jatmiko
: “ Well, the
milkman has come”.
Jawaban
dari pertanyaan di atas nampaknya tidak relevan dengan permintaan Budi tentang
waktu, namun Jatmiko sebenarnya ingin mengatakan bahwa yang bersangkutan tidak
tahu secara tepat pada saat itu pukul berapa. Dia berharap penanya dapat
memperkiraka waktunya sendiri dengan mengatakan bahwa tukang susu sudah datang.
Dalam konteks ini, nampaknya penutur dan lawan tutur sama-sama sudah mengetahui
pukul berapa tukang susu biasanya datang.
2. PRAANGGAPAN/ PRESUPOSISI
Jika
suatu kalimat diucapkan, selain dari makna yang dinyatakan dengan pengucapan
kalimat itu, ikut turut serta pula tambahan makna yang tidak dinyatakan tetapi
tersiratkan dari pengucapan kalimat itu. Pengertian inilah yang dimaksud dengan
praanggapan. Kalimat yang dituturkan dapat dinilai tidak relevan atau salah
bukan hanya karena pengungkapannya yang salah melainkan juga karena
praanggapannya yang salah. (Nadar, 2009)
Contoh
:
A:
What about inviting John tonight?
B:
What a good idea; then he can give Monica a lift
Praanggapan
yang terdapat dalam percakapan di atas antara lain adalah (1) Bahwa A dan B
kenal dengan John dan Monica, (2) bahwa John memiliki kendaraan – kemungkinan
besar mobil, dan (3) bahwa Monica tidak memiliki kendaraan saat ini.
Jika
suatu kalimat diucapkan, selain dari makna yang dinyatakan dengan pengucapan
kalimat itu, ikut turut serta pula tambahan makna yang tidak dinyatakan tetapi
tersiratkan dari pengucapan kalimat itu. Pengertian inilah yang dimaksud dengan
praanggapan. Kalimat yang dituturkan dapat dinilai tidak relevan atau salah
bukan hanya karena pengungkapannya yang salah melainkan juga karena
praanggapannya yang salah.
Sebuah
tuturan dapat dikatakan mempraanggapkan tuturan yang lain apbila ketidakbenaran
tuturan yang dipresuposisikan mengakibatkan
kebenaran atau ketidakbenaran tuturan yang dipresuposisikan tidak dapat
dikatakan. Tuturan yang berbunyi mahasiswa
tercantik di kelas itu pandai sekali, mempraanggapkan adanya seorang
mahasiswi yang berparas sangat cantik. Apabila memag ada kenyataannya memag ada
seorang mahasiswa yang berparas sangat cantik dikelas itu, tuturan tersebut
dapat dikatakan benar atau salahnya.
Sebaliknya, apabila di dalam kelas itu
tidak ada seorang mahasiswa yang berparas cantik, tuturan tersebut tidak dapat
dikatakan benar atau salahnya. Tutran yang berbunyi Kalau kamu sudah sampai Jakarta, tolong aku diberi kabar. Jangan sampai
lupa! Aku tidak ada di rumah karena bukan hari libur. Tuturan itu tidak
semata-mata dimaksudkan untuk memberi tahu simitra tutur bahwa ia harus
melakukan sesuatu seperti yang dimaksudkan dalam tuturan itumelainkan ada
sesuatu yang tersirat dari tuturan itu yang harus dilakukannya, seperti
misalnya mencari alamat kantor atau nomor telepon si penutur ( Rahardi, 2005:
42).
Referensi:
Nadar,
F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Rahardi, R.Kunjana.
2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga
Post a Comment