Friday, March 27, 2020

Fonetik Artikulatoris 3

Komponen Supraglotal


Komponen supraglotal ini terdiri atas tiga rongga yang berfungsi sebagai kotak resonansi dalam pembentukan bunyi, Ketiga rongga itu sering juga  disebut saluran suara. Di dalam  saluran  suara itu terdapat sejumlah  alat  ucap yang  penting  di dalam  pembentukan bunyi-bunyi bahasa, khususnya alat-alat ucap yang  terdapat  di dalam rongga mulut.  Alat-alat  yang  dipakai  dalam  pembentukan  bunyi itu dikenal  sebagai  artikulator. Pada pembentukan suatu  bunyi, minimal kita mempergunakan sepasang  artikulator.  Artikulator yang bergerak  menuju  artikulator lainnya  di dalam  pembentukan suatu  bunyi disebut artikulator aktif, sedangkan  yang  tidak  bergerak  disebut  artikulator pasif. Setiap  kali  terjadi  perubahan posisi  artikulator, akan  terjadi  perubahan   bentuk tabung arus   udara yang menjadi   kotak  resonansi bunyi   yang  dibuat itu. Perubahan   tabung   udara  itu  akan  mengakibatkan perubahan atau perbedaan kualitas  bunyi.

Ketiga  rongga yang  membentuk saluran  suara  itu juga biasa disebut sistem artikulatoris  adalah rongga kerongkongan atau  faring, rongga hidung, dan rongga mulut. Di samping  ketiga  rongga itu, masih ada rongga, yaitu  rongga bibir, yang  termasuk dalam  komponen supraglotal  itu.  Akan tetapi,  dalam pembentukan  bunyi  bahasa  rongga itu tidak  pernah  dipergunakan

A. Rongga Kerongkongan 
Rongga kerongkongan  itu merupakan   tabung  yang terletak  di atas laring dan bercabang  di sebelah  atas yang berwujud  rongga mulut  dan rongga hidung. Peranan   rongga kerongkongan  ini hanyalah sebagai tabung udara yang akan  turut bergetar apabila pita suara  menimbulkan getaran pada arus udara yang lewat  dari paru-paru. Volume rongga kerongkongan  itu dapat diperkecil dengan jalan menaikkan laring, dengan mengangkat ujung  langit-langit lunak sehingga  hubungan dengan  rongga hidung  tertutup, dan dengan  menarik  belakang  lidah ke arah dinding faring.

B. Rongga Hidung
Rongga  hidung  mempunyai dimensi dan  bentuk yang  tetap  seperti  badan biola. Peranannya dalam  pembentukan bunyi  hanya  sebagai tabung  resonansi, Apabila  arus udara  dari  paru-paru   mengalarni  getaran  pada  waktu  melalui  pita  suara, getaran  itu  akan  menggetarkan juga udara yang ada di dalam rongga kerongkongan, rongga mulut, dan  udara  yang ada di dalam rongga hidung  kalau yang  terakhir  ini  tidak ditutup salurannya  oleh ujung Iangit-langit  lunak. Apabila  dalam pembentukan bunyi  mulut  ditutup  dan  udara  keluar  melalui hidung, maka  bunyi  itu  disebut   bunyi  nasal apabila  dalam  pembentukan bunyi  saluran  ke  rongga  hidung  ditutup   rapat  sehingga  udara  keluar  melalui mulut   seluruhnya, maka  bunyi  yang  dihasilkan itu  disebut  bunyi  oral. Kalau  dalam  pembentukan bunyi udara  sebagian  keluar  melalui mulut  dan sebagian  lagi  keluar  melalui  hidung  karena   ujung  Iangit-Iangit  tidak   menutup rapat   saluran  ke  rongga  hidung,   maka  bunyi yang  dihasilkan  disebut  bunyi yang dinasalisasi.

C. Rongga Mulut
Rongga  mulut  merupakan rongga yang  terpenting di antara  ketiga  rongga supraglotal   karena   dimensinya   dan  bentuknya  sangat  bermacam-macam. Hal ini  dimungkinkan oleh  karena  mobilitas   rahang, bibir,  dan,  terutama lidah. Lidah  merupakan   alat  ucap  yang terpenting dalam sistem artikulatoris karena sebagian  besar  bunyi bahasa  dibuat dengan  menggunakan lidah  sebagai  artikulator aktifnya. Lidah  juga merupakan alat ucap yang  paling  luwes  dalam  melakukan   berbagai  gerakan  dan boleh dikatakan  semua  bagiannya  dapat digerakkan.

Rongga  mulut   dapat   diumpamakan sebagai sebuah  rumah  yang  mempunyai  atap  yang  lengkung. Atap rongga  mulut  ini terdiri  atas  langit-langit lunak  (velum) dengan  ujungnya yang disebut  uvula dan langit-langit  keras  {palatum) yang  bersambung  ke depan  dengan  pangkal  gigi (alveolum}, kemudian gigi atas (dentes)  dan  akhirnya  dengan  bibir  atas  (labium). Dua  alat yang terakhir  itu  mudah  dilihat,  tetapi  alat-alat  yang membentuk atap rongga mulut itu  tidak  tampak. Apabila  jari  kita  ternpelkan   di belakang  gigi atas  lalu  kita urutkan   ke belakang,  maka  kita  akan  merasakan  daerah pangkal gigi yang re latif  datar,  daerah  langit-langit  keras,  yaitu  mulai  daerah  yang terasa  meleng-. kung  ke  atas  sampai  pada  daerah  yang  terasa  lunak. Daerah  yang  lunak  ini dikenal  sebagai  daerah  langit-langit  lunak (velum) yang berakhir  dengan  bagian ujung  yang  berulir-ulir  yang  disebut uvula. (Biasa juga  disebut  anak tekak dalam  istilah  awam).

Dalam   membicarakan bunyi, acap  kali  kita perlu membuat pernyataan umum,  khususnya dalam pembicaraan  fonologi.  Di dalam pendeskripsian   bunyi  secara   fonetis,  cenderung  dipergunakan ciri-ciri artikulator yang  cermat. Berikut   ini  diberikan pembagian tempat artikulasi atas (atap  rongga  mulut) berdasarkan bagian, daerah, zona, dan subzona  berdasarkan pembagian  yang dibuat  oleh  Catford  (1977).


Referensi :
Ringkasan Buku Pengantar Fonologi I: Fonetik, Karangan Hans Lapoliwa.

Post a Comment

avatar
Admin Purwarupalingua Online
Welcome to Purwarupalingua theme
Chat with WhatsApp