Thursday, March 26, 2020

Fonetik Artikulatoris 2

Laring

Laring merupakan kotak yang terbentuk dari tulang-tulang rawan. Bagian dasar atau bawah laring itu terdiri atas tulang rawan krikoid. Tulang krikoid ini adalah lingkar (cincin) yang paling ujung (atas) pipa pemapasan (trakea). Laring itu tergantung oleh tulang hioid pada leher. Pada tulang hioid ini tergantung tulang rawan tiroid sebagai pelindung. Pada bagian belakang tulang krikoid yang membesar terdapat sepasang tulang rawan aritenoid. Pada bagian dalam tulang aritenoid ini melekat ujung-ujung sepasang pita suara yang terentang ke depan dan melekat pada dinding tulang tiroid yang disebut jakun. Di atas pita suara itu terentang pula sepasang pita suara palsu. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.


Keterangan:                                                                                                                                           
th  : tulang  hioid;
tt  : tulang  tiroid;
uth : urat  tirohioid;
ps  : pita suara;
psp : pita suara palsu;
ttt : tanduk tulang tiroid;
ta  : tulang aritenoid
ukt : urat krikotiroid
tk  : tulang krikoid


Laring, dengan kerja pita suara, berfungsi sebagai klep yang mengatur pintu antara paru-paru   dengan  mulut  atau  hidung.  Kerja  pita  suara  di   laring itu  mengakibatkan penggolongan   bunyi-bunyi bahasa  atas  bunyi   yang  bersuara dan bunyi yang tidak bersuara. Apabila klep  itu ditutup  rapat,  udara yang ada di dalam paru-paru akan terpisah dari udara di dalam mulut atau hidung. Apabila klep itu  dibuka  lebar-lebar,  udara dari paru-paru atau ke dalam paru-paru akan mengalir dengan lancar atau bebas.  Pengawasan arus udara yang melalui klep laring dilakukan oleh pita suara yang dapat menutup, membuka, mengendor menjadi tebal atau menegang menjadi tipis.  Gerakan- gerakan pita suara itu diatur oleh tulang rawan aritenoid beserta otot-ototnya.  


l.aring itu dapat digerakkan ke atas dan ke bawah. Mekanisme demikian dipergunakan untuk  mengubah volume rongga-rongga yang terdapat di atas laring. Perubahan volume rongga yang terjadi oleh gerakan turun  dan naik laring itu sedikit sekali. Arus udara yang keluar-masuk  paru-paru melalui celah yang terdapat  di antara kedua  pita suara sebagai hasil kerja tulang aritenoid beserta otot-ototnya.  Oleh karena pita suara itu hanya digerakkan pada ujung yang melekat pada bagian dalam tulang rawan aritenoid, sedangkan ujung yang melekat di jakun tidak, maka celah yang terdapat  di antara pita-pita suara itu berbentuk V. Celah itu rata-rata 23 mm pada laki-laki dewasa dan 17 mm pada wanita. Celah atau ruang di antara kedua pita suara itu disebut glotis.


Secara teoretis  variasi glotis yang dapat terbentuk  oleh gerakan kedua pita suara itu  tidak terbilang banyaknya. Namun, untuk keperluan praktis te laah bunyi-bunyi bahasa, kita dapat membedakan dua macam glotis yang utama,  yakni (I)  glotis terbuka dan (2) glotis tertutup. Glotis terbuka digunakan untuk pembentukan bunyi-bunyi tidak bersuara pada umumnya, sedangkan glotis  tertutup   dipergunakan  untuk  pembentukan  bunyi-bunyi  yang bersuara.

Perbedaan pokok antara bunyi yang bersuara dan yang tidak bersuara terletak pada ada atau tidaknya gerakan buka-tutup  pita suara,  Apabila dalam pernbentukan bunyi itu pita suara melakukan gerakan menutup dan merapat, maka bunyi yang dihasilkan disebut bunyi bersuara. Hal ini  terjadi karena udara yang terkurung di paru-paru oleh penutupan pita suara Iama-kelamaan membesar tekanannya sehingga dapat menguakkan kedua pita suara itu;  dan setelah udara keluar kembali pita suara akan merapat sehinggaakan terjadi lagi pengurungan udara di paru-paru. Setelah tekanan cukup besar maka teru]ang lagi peristiwa mernbuka dan kemudian menutup pita suara tadi. Peristiwa ini berlangsung cepat. Gerakan membuka dan menutup pita suara itu lazim disebut, walaupun  menyesatkan,  bergetar. Peristiwa penggetaran pita suara ini disebut Fonasi dalam  literatur.   

Apabila  di dalam pembentukan bunyi pita suara tidak  melakukan gerakan membuka dan  menutup, bunyi  yang  dihasilkan  disebut bunyi tidak bersuara. Tidak  adanya  gerakan membuka dan menutup pita suara itu dapat  terjadi  karena  (1)  arus  udara  lewat  tanpa  hambatan yang berarti  di antara  kedua  pita suara,  atau  (2)  arus udara  tidak  dapat  lewat  sama sekali karena  pita suara me nutup  rapat  sekali. Penutupan rapat   demikian   itu  khusus  dilakukan   untuk  pembentukan bunyi hambat  glotal  [?], yaitu  bunyi  yang biasa disebut  hamzah

Glotis  terbuka  itu dapat diperlebar dan dapat dipersempit. Glotis terbuka lebar itu  biasanya  terjadi  apabila kita menarik napas dalam-dalam, sedangkan glottis yang  terbuka sempit itu  digunakan  untuk  pembentukan bunyi frikatif glotal  [h].  

Kedua  pita  suara  itu dapat  mernbuka  pada bagian tertentu saja.  Pada pembuatan bunyi kata engah, pita  suara  membuka hanya  pada bagian belakang  saja, seperti  pada  bunyi [h] ,   sedangkan  pada  pernbentukan bunyi  kata keriut dan bunyi falseto hanya  bagian  depan  pita  suara  yang terbuka  sedangkan  bagian belakang  tertutup rapat.  (Glotis untuk bunyi falseto  biasanya lebih sernpit dari pada glotis bunyi  keriut).      
Selanjutnya, baca. 
https://www.purwarupalingua.com/2020/03/fonetik-artikulatoris-3.html                          
Referensi :
Ringkasan Buku Pengantar Fonologi I: Fonetik, Karangan Hans Lapoliwa.

Post a Comment

avatar
Admin Purwarupalingua Online
Welcome to Purwarupalingua theme
Chat with WhatsApp