Thursday, March 5, 2020

Bahasa dan Gender


Istilah gender mengacu pada perbedaan jenis kelamin. Perbedaan antara gender antara laki-laki dan perempuan dibentuk oleh beberapa teori dasar yaitu (1) teori nature adalah teori yang memandang perbedaan psikologis yang ada pada laki-laki dan perempuan yang disebabkan perbedaan fisiologis dan biologis. Laki-laki mempunyai penis, jakun dan memproduksi sperma sedangkan perempuan memiliki rahim, kelenjar susu dan memproduksi indung telur. Perbedaan fisik ini juga memiliki perbedaan psikis masing-masing. Perempuan dengan kodrat fisiknya untuk melahirkan berakibat pada perangai psikologisnya yang dibutuhkan untuk mengasuh anak yang dilahirkan. Seperti perangai keibuaan yang menuntut sifat halus, sabar, penyayang dan sebagainya. Laki-laki dengan kodrat fisik dan psikologisnya yang kuat berdampak pada perangai yang tegar dan kasar.
Selanjutnya, (2) teori nurture atau kebudayaan, teori ini membantah konsep teori nurture. Teori ini menyatakan bahwa perbedaan laki-laki dan perempuan lebih bersifat politis. Dengan demikian apa yang disebut maskulinitas dan feminitas merupakan hasil konstruksi sosiobudaya.  (3) teori psikoanalisis adalah teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud mengemukakan bahwa pembagian tugas yang terjadi di masyarakat merupakan konsekuensi logis dari kodrat laki-laki dan perempuan, (4) teori konflik merupakan teori yang menyatakan bahwa dalam struktur masyarakat terdapat beberapa kelas yang saling memperebutkan pengaruh dan kekuasaan.  Perbedaan posisi dan peran antara laki-laki dan perempuan tidak disebabkan oleh perbedaan biologis tetapi merupakan penindasa dari kelas yang berkuasa dalam relasi produksi yang diterapkan dalam kosntruksi masyarakat dan  (5) teori fungsionalis structural menyatakan bahwa pembagian kerja seksual mutlak dibentuk demi menjaga keharmonisan dan keseluruhan sistem. Hal ini bertujuan untuk menghindari persaingan antar gender demi terciptanya ketenangan (Darma, 2009: hlm 167-170).
Faktor gender juga memiliki pengaruh dalam berbahasa. Terdapat perbedaan-perbedaan antara tuturan perempuan dan laki-laki. Bahren (2011: hlm 124-126) menjelaskan bahwa penutur wanita kadangkala memiliki kecendrungan hiperkorek. Pada sisi lain wanita bersifat konservatif artinya wanita lebih dapat menyimpan warisan bahasanya. Faktor lainnya yang menggambarkan hubungan bahasa dan jenis kelamin adalah faktor yang bersifat eksternal bahasa yaitu gesture. Di Indonesia wanita cendrung lebih banyak menggunakan gesture berupa cubitan, kedipan mata, dan gerakan-gerakan tangan. Hal lain yang menunjukkan perbedaan bahasa perempuan adalah dalam hal suara dan intonansi. Suara-suara manja, nyaring yang berkaitan dengan tata krama dan nilai-nilai sosial.   
Trudgill (1974) (dalam Karim, 1984 : hlm 112-136) mengatakan ada beberapa perbedaan antara tuturan laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, laki-laki dan perempuan memiliki kosakata khusus yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan. Apabila terjadi pelanggaran penggunaan kosakata maka laki-laki atau perempuan akan ditertawakan. Sehingga tuturan laki-laki dan perempuan kelihatan seperti memiliki bahasa yang berbeda dengan laki-laki. Kedua faktor tabu, dalam suatu bahasa masyarakat ada kosakata yang tidak boleh dituturkan oleh laki-laki dan sebaliknya ada juga kosakan yang tidak boleh dituturkan oleh wanita. Faktor ketiga, perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan adalah hasil dari sikap sosial yang berbeda-beda memperlakukan laki-laki dan wanita.  
Referensi: 
Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Yrarna Widya Bandung : Bandung
Bahren. 2011. Lika Liku Linguistik. Padang : Minangkabau Press
Trudgill, Peter. 1974. Sosiolinguistik : An Introduction. Dialihbahasakan oleh Nik Safiah Karim. Sosiolinguistik Suatu Pengenalan (1984). Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia

Post a Comment

avatar
Admin Purwarupalingua Online
Welcome to Purwarupalingua theme
Chat with WhatsApp