Bahasa dan Budaya
Bawa dan Cika (2004 : hlm 4) menyatakan bahwa kebudayaan adalah proses dan produk pikiran, perasaan, dan
prilaku, atau sekaligus ketiganya (pikiran, perasaan, dan prilaku manusia)
akibat dia berinteraksi dengan Tuhan, sesama manusia dengan dirinya, dan dengan
lingkungan, at au sekaligus dengan ketiganya. Kebudayaan itu berperan untuk.
kesejahteraan manusia lahir dan batin sehingga harkat dan martabat manusia
terangkat. Kebudayaan itu beragam karena
manusia dan yang diajak berinteraksi oleh manusia
beragam. Akan tetapi, setiap kebudayaan itu se1alu memiliki bentuk, jungsi, dan makna.
Samovar
dan Peter (dalam Abdurahman, 2011 : hlm 28) mengemukakan 6 ciri-ciri kebudayaan
sebagai berikut; (1) budaya bukan bawaan tetapi dipelajari, (2) budaya dapat
disampaikan dari generasi ke generasi, (3) budaya berdasarkan simbol, (4)
budaya bersifat dinamis suatu sistem yang terus berubah sepanjang waktu, (5)
budaya bersifat selektif merepresentasikan pola-pola prilaku pengalaman
manusia, (6) berbagai unsur budaya saling berkaitan dan etnosentrik.
Kridalaksana
(2008 : hlm 24) menyatakan bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan
oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan
mengidentifikasi diri. Palmer (1996) (dalam Eron, 2007 : hlm 3) mempelajari
bahasa adalah mendengar kegegeran budaya yang bergandengan erat dengan
pengalaman mentah. Budaya adalah gema tradisi yang menyesuaikan dirinya dan
menyerap serta memfusi dalam teks dan konteks. Pengetahuan budaya memiliki
peranan penting untuk menafsir bentuk tuturan konvensional yang semakin banyak
ditemukan dalam berbagai macam bentuk dan struktur tuturan yang kompleks.
Edward
Sapir linguis mengatakan bahwa manusia hidup di dunia ini di bawah “belas
kasih” bahasanya yang telah menjadi alat pengantar dalam kehidupannya
bermasyarakat. Menurut sapir, telah menjadi fakta bahwa kehidupan suatu
masyarakat sebagian “didirikan” diatas tabiat-tabiat dan sifat-sifat bahasa
itu. Karena itulah, tidak ada dua buah bahasa yang sama sehingga dapat dianggap
mewakili satu masyarakat yang sama. Benjamin Lee Whorf murid sapir, menolak
pandangan klasik mengenai hubungan bahasa dan berpikir yang mengatakan bahwa
bahasa dan berpikir merupakan dua hal yang berdiri sendiri-sendiri. Sama halnya
dengan Von Humboldt dan sapir, Whorf juga menyatakan bahwa bahasa menentukan
pikiran seseorang sampai kadang-kadang bisa membahayakan dirinya sendiri.
Sebagai contoh, whorf yang bekas anggota pemadam kebakaran menyatakan “kaleng
kosong” bekas minyak bisa meledak. Kata kosong digunakan dengan pengertian
tidak ada minyak di dalamnya. Tetapi dalam ilmu kimia hal ini tidaklah selalu
benar. Kaleng minyak yang sudah kosong masih bisa meledak kalau terkena panas.
Karena kaleng itu masih ‘dipenuhi’ oleh uap bensin (dalam Chaer, 2009:52-53).
Pendapat lainnya yang senada dengan pemikiran
Sapir dan Whorf adalah Duranti (1977) menyatakan bahwa kajian bahasa sebagai
sebuah sumber budaya dan tuturan sebagai praktek budaya. Maksudya adalah bahasa
dan tuturan berada dalam konteks budaya. Secara khusus terdiri atas dua
variable utama; bahasa sebagai sumber budaya (tataran abstrak) dan tuturan
sebagai praktek budaya (tataran konkrit).
Menurut
Sibarani (2004 : hlm 167) hubungan dengan bahasa dan budaya adalah bahasa
tunduk pada norma-norma budaya. Tata cara berbahasa harus sesuai dengan
norma-norma budaya yang hidup dalam masyarakat tempat hidup dalam masyarakat.
Apabila tata cara berbahasa seseorang tidak sesuai dengan norma-norma budayanya
maka seseorang akan dikatakan sebagai orang yang aneh, egois, acuh, sombong,
tidak beradat dan berbudaya. Nababan (1986) dalam (Sibarani, 2004: hlm 167)
menyatakan bahwa tata cara berbahasa bertujuan untuk mengatur (1) apa yang
sebaiknya kita katakana pada waktu dan keadaan tertentu, (2) ragam bahasa apa
yang sewajarnya kita pakai dalam situasi sosiolinguistik tertentu, (3) kapan
dan bagaimana kita menggunakan giliran berbicara kita dan menyela pembicaraan
orang lain, (4) kapan kita harus diam atau jangan berbicara.
Referensi :
Bawa, I Wayan dan Cika , I Wayan (Ed).
2004. Bahasa Dalam Perspektif
Kebudayaan. Bali : Universitas Udayana Press
Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik. Poda : Medan
Post a Comment